LSI ¶ 41

2 0 0
                                    

"Saya ingin mengkhitbah saudari Khasya Humaira Fatih untuk menjadi istri saya."

Ujar Rensya, pria itu nampak menatap Khasya yang menunduk dengan tatapan dalam.

"Saya setuju saja dengan pendapat keponakan saya, sebagai walinya saya akan mendukung nya terhadap apapun yang ia setujui."

"Bagaimana Nak kamu menerima pinangan Nak Rensya?"

Khasya nampak meremas ujung khimar nya.

"InsyaAllah Khasya menerima pinangan ini."

Ujar Khasya dengan nafas lega.

Tiga hari sebelum nya.

Nampak gadis itu tengah menadahkan tangannya dengan derai air mata jatuh membasahi kain panjang putih membalut tubuhnya.

Begitu mendengar sosok yang akan di jodoh kan dengan nya adalah Rensya sosok sahabat Fahzan, seorang yang membantu Fahzan mengembalikan hak yang seharusnya pria itu miliki.

Ia tahu sosok Rensya tapi pertanyaan nya apakah ia mampu membimbing nya dengan baik? Khasya hanya takut pria itu keras terhadap diri nya.

Jikapun harus menolak Khasya yakin Fahzan tidak akan pernah menerima penolakan itu mau se berteriak apapun dirinya mau tindakan ekstrim pun ia lakukan Fahzan tetap akan menikahkan nya dengan pria itu.

Tangisnya tenggelam dalam sujud nya hingga jatuh dalam kesunyian pun.

Di esok harinya, entah angin dari mana dirinya di buat yakin dengan keputusan menerima Rensya sebagai calon imamnya.

"Nggak ada yang mau kamu pertanyakan tentang nak Rensya Nduk."

Khasya menggeleng.

Fahzan pun di buat bingung oleh jawaban adik susunya itu.

"Khasya yakin Kak Rensya adalah seorang yang Allah pilih untuk Khasya melalui perantara bang Fahzan paman dan bunda."

"Alhamdulillah." Rensya sedikit menghembuskan nafasnya.

"Untuk tanggal pernikahan nya bagaimana Khasya dan Nak Rensya, lebih baik kalian yang memutuskan."

"Khasya secepatnya aja bunda."

"Dua minggu ke depan tepat hari meninggal nya ibu saya, jika dek Khasya tidak keberatan saya ingin tanggal akad nya di hari itu. Saya ingin mengenang ketika saya kehilangan ibu saya sosok wanita yang saya cintai saya juga ingin mengenang hari itu dimana saya kembali mendapatkan pengganti dari sosok cinta pertama saya itu."

Tanah KonstantinopelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang