Chapter Thirteen : Kenapa Perempuan Itu Unik?

170 8 0
                                    

Jadi kesepakatan updatenya Senin-Kamis ya teman-teman.

***

Sore harinya di hari yang sama, Raza dan Aurora duduk di gazebo sambil meminum dua gelas jus mangga dan sepiring kue. Selain udaranya bagus, pemandangannya pun menarik. Dari dapur terdengar suara dua pelayan dan Sabrina yang sebenarnya adalah bos karena ingin menyiapkan kue dan menu makan malam buatannya sendiri. Yang dimakan mereka sekarang adalah bagian dari kue yang dipanggang.

"Mama sangat sibuk tapi tidak bolehin Ara untuk membantu," kata Aurora kepada kakaknya.

Raza menelan kue tersebut, lalu mengambil gelas di dekatnya dan meminumnya perlahan. Melihat tenggorokannya tidak seret, dia menjawab.

"Daripada membantu, malah bisa menimbulkan kekacauan nantinya," Raza tertawa, menyebabkan bibir Aurora melengkung dengan cepat.

"Abang ih! Ara bukan pengacau tahu," dia mengerutkan kening. Raza terus tertawa, namun ia terpaksa berhenti ketika suara langkah kaki di belakang mengalihkan pandangannya.

"Mama boleh minta tolong?" Sabrina dengan pakaian rumahan juga celemek melekat pada pakaian berdiri di samping gazebo. Sontak Raza bergegas memakai sandal sembari mengangguk-angguk.

"Bisa Ma, bisa. Mama perlu bantuan apa?" sahutnya cepat.

Sabrina mengulas senyum tipis, lalu menjulurkan secarik kertas berisi tulisan menurun. Ternyata nama-nama bahan pembuatan kue.

"Ke toko sebentar beli peralatan juga perlengkapan bahan kue, Mama lupa kalo stoknya cuma sedikit," ujarnya.

Raza menerimanya lalu membaca sebentar. "Raza akan segera kembali," katanya membuat Aurora tergesa-gesa mengikuti sang kakak.

Sepertinya tamu malam nanti berjumlah banyak, Raza jadi tepuk jidatnya sendiri saat baru sadar kalau kolega bisnisnya Rajendra itu sangat banyak, bahkan ada dari negara tetangga yang bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin ayahnya.

Tidak perlu waktu lama untuk sampai di toko serba ada, Raza berjalan menuju tempat troller untuk wadah barang sebelum akhirnya masuk ke dalam toko.

Mata yang jeli juga gerakan tangan cepat memasukkan bahan kue ke dalam troller, saat tangan kanannya berusaha meraih tepung di rak paling atas, sayup-sayup ia mendengar suara gerutuan seseorang dari arah belakang. Ketika tatapannya turun, ia melihat Aurora sedang diam menikmati susu kotak dalam genggaman. Lantas siapa yang menggerutu barusan?

Ck, tinggi banget sih. Mana gue pendek lagi.

Karena masih penasaran ditambah suara gerutuan terdengar kembali, alhasil membuat Raza membalikkan badan. Perempuan berambut panjang dibiarkan terurai juga tingginya sebatas dada sedang menghentakkan kaki menyalurkan emosi.

Lalu kembali meloncat-loncat dengan tujuan tangan mungilnya bisa meraih kotak susu formula di atas sana. Melihat pemandangan tersebut lantas membuat kedua sudut bibir Raza berkedut tak tertahan.

"Abang jangan ketawa," tegur Aurora yang juga ternyata ikut memperhatikan perempuan tersebut.

Dikarenakan suara Aurora lumayan keras, beberapa atensi langsung tertuju pada mereka bertiga. Dan juga perempuan itu langsung menoleh ke belakang seraya menatap sinis ke arah Raza.

"Lo ngetawain gue, hah?!" hardik perempuan tersebut. Ia marah dan memberikan hadiah kepada Raza sebuah pukulan membabi-buta di bagian lengan tetapi sayangnya, Raza tidak merasakan sakit sama sekali, justru perempuan itu merasa ngilu karena ruas jarinya menabrak otot lengan Raza.

"Hulk," cetusnya kemudian dengan sorot mata jengkel.

"Maaf Mba, bukan maksud ngetawain. Mba perlu bantuan, kan?"

Homesick : Raza [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang