Untuk memenuhi permintaan maaf dari Aurora, Raza berpakaian rapi di keesokan harinya mengajak Aurora jalan-jalan sore menikmati keindahan kota. Saat sepeda motor Raza melaju di jalan, bocah yang mengenakan pita biru yang mengapit di kedua sisi kepalanya terus mengangguk gembira.
"Kak, ayo beli martabak. Ara mau makan itu," ajak Aurora sambil menjabat tangan Raz pelan. Anak laki-laki itu menunduk sejenak, lalu mengangguk sekilas.
"Cokelat atau keju?" jawab Raza.
Aurora terdiam sejenak, mempertimbangkan jawaban yang bagus. Mengingat dua rasa yang berbeda.
"Kalo Abang, suka yang mana?"
"Sama saja. Semuanya enak,” kata Raza.
"Oke, mau coba rasa coklat."
Para pedagang makanan mulai memenuhi jalan-jalan yang diperuntukkan bagi yang berjualan. Raza mulai mencari tempat parkir sampai dia menemukannya.
Aroma makanan tercium, aneka gerobak makanan dan berbagai rasa siap memanjakan lidah dan mengenyangkan. Sambil memasukkan kunci motornya ke dalam saku, Raza menggandeng tangan kecil Aurora dan mengajaknya menyusuri antrian panjang sepeda martabak.
"Disini terlalu lama, kita ke sana saja," ajak Aurora menunjuk gerobak cilor.
Raza memperhatikan Aurora yang terus menarik-narik kemejanya. "Ke sana?"
"Iya. Ayo Bang, sebelum antriannya panjang," kukuh Aurora.
"Ya udah, ayo."
Sesampainya di sana, Raza memesan sepuluh tusuk Cilor dan tak lupa memesan dua cup es kelapa muda yang dijual di dekat gerobak Cilor. Sambil menunggu pesanan, mereka semua duduk di kursi plastik yang disediakan untuk pelanggan. Lapangan terbuka penuh orang, beberapa mobil juga masuk ke dalam lapangan. Aurora terkesan melihat lingkungan disekitarnya.
"Abang, di sana ada apa, kok ramai-ramai?" tanyanya sambil memegang gelas es kelapa muda.
"Oh, itu rombongan orang pawai merayakan hari paskah," sahut Raza.
"Apa itu, kelihatannya seru. Ayo kita nonton ke dalam," ujar Aurora semakin penasaran.
Raza terkekeh ringan sembari memberikan kotak Styrofoam kepada Aurora. "Itu salah satu peringatan hari besar di agama Kristen ataupun Katolik. Kita sebagai umat Islam tidak diperkenankan untuk ikut," jelasnya.
"Yah ... Padahal Ara sangat penasaran," lirih Aurora.
Raza tidak mendengar karena dia sudah berada di depan penjual cilor untuk membayar. Saat transaksi jual-beli sudah selesai, dari arah samping kiri, sorot matanya menangkap sosok gadis sedang berdiri menunggu pesanan telur gulung sambil menggendong balita.
"Wilda," panggil Raza kemudian setelah memastikan siapa sosok gadis tersebut.
Yang dipanggil pun menoleh, lalu tersenyum kaku. Adik laki-laki dalam gendongannya ikut menoleh ke arah Raza.
"Lo disini juga, datang sama siapa?" tanya Wilda berbasa-basi.
"Tuh, sama bocil," sahut Raza sambil menunjuk Aurora menggunakan dagu yang masih antusias menatap ke arah lapangan.
"Oh. Gue kira sama teman-teman lo itu," ucap Wilda.
"Enggak. Ini khusus sama Ara," kata Raza kemudian tersenyum ke arah adik Wilda yang terus mengedipkan mata lucu.
"Namanya siapa?" tanya Raza sambil menoel pipi balita itu.
Wilda pun langsung menjawab, "Arzhel."
"Ayo duduk di sana, kasihan kamu berdiri terus sambil gendong Arzhel."

KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick : Raza [TAMAT]
Fiksi RemajaFirst of all, cover by Canva Halo, panggil aku Mocha ❤️ *** Definisi homesick itu seperti apa? Beragam, namun satu yang pasti. Ketika teringat senyum di wajah orang tua. Begitulah ucap seorang remaja laki-laki ketika dia mulai memahami apa dan sebe...