Chapter Thirty Five : Naksir Sejak Kapan?

96 6 0
                                    

Gambarnya cuma buat pemanis belaka, selain usianya juga sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambarnya cuma buat pemanis belaka, selain usianya juga sama. Sama-sama 18 tahun, hehe.

***

Mobil dengan laju kecepatan rendah berbelok ke arah pasar. Wilda sendiri memutuskan untuk singgah sebentar untuk membeli buah untuk diberikan kepada Rajendra.

Sesaat berada di depan aneka buah segar, Wilda bingung harus membeli yang mana. "Om Rajen suka makan buah apa?" putus Wilda memilih bertanya kepada Raza.

Cowok itu menundukkan kepalanya lalu menunjuk salah satu buah. "Mangga," kata Raza.

"Oke, mangga. Mba, tolong bungkus mangganya dua kilo, apelnya juga ya sama anggur dua kilo," ucap Wilda kepada sang penjual.

"Siap Mbak."

Sembari menunggu pesanan di bungkus kan, Raza mengirimkan pesan kepada pak Bandi bahwa ia sudah pulang bersama Wilda. Demikian pula cewek di sebelahnya sibuk dengan ponselnya.

"Ini Mbak," kata sang penjual memanggil Wilda.

"Terima kasih. Yuk pulang!" ajak Wilda tanpa sadar menggandeng tangan Raza.

Sedangkan Raza merasakan debaran jantung luar biasa karena digandeng Wilda. Kedutan di sudut bibirnya terus bergerak menahan senyum.

Sesampainya di pintu keluar barulah Wilda tersadar dan langsung melepaskan tangan Raza. "Maaf, gue gak sengaja gandeng tangan lo."

"Iya gapapa."

Susana mendadak awkward keduanya sama-sama diam lalu terkekeh geli sambil memasuki mobil. Posisinya masih sama, Raza duduk di kursi penumpang paling depan bersebelahan dengan supir dan Wilda duduk di kursi penumpang bagian tengah.

Selama diperjalanan pulang pak supir menyetel lagu Inggris kesukaan majikannya tanpa diminta, Wilda pun seperti tersengat aliran listrik langsung menggelengkan kepalanya dan bibirnya bergumam lirih mengikuti alunan musik.

Diam-diam Raza memperhatikan. Wilda yang dia lihat saat ini sudah jauh lebih dewasa. Bukan yang hobi tantrum juga selalu galak padanya. Meski Raza sendiri merindukan sifat-sifat konyolnya itu. Tunggu!

"Gak mungkin," Raza menepis perasaannya sendiri yang tiba-tiba saja berbunga-bunga ketika bertemu kembali dengan Wilda setelah beberapa bulan lamanya hilang komunikasi.

Kedua orang tua Wilda dan Raza sedang duduk di ruang tamu ikut mengalihkan perhatian ke arah pintu. Mereka tidak menyangka kalau kedua remaja itu bisa pulang bersamaan.

"Kalian pulang bareng?" tanya ayah Wilda sambil mengulurkan tangan.

"Hehe, iya Om. Tadi Raza dapat musibah. Ban motor depan Raza bocor terus papasan sama Wilda dan akhirnya pulang bareng," jelas Raza didengarkan seksama oleh semua orang.

"Ya ampun. Terus, motornya masih di bengkel?" tanya Sabrina.

"Iya," sahut Raza dan Sabrina mengangguk-angguk pelan.

Homesick : Raza [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang