"OMG. LO CAKEP BANGET, GILA!" seruan itu membuat orang-orang yang berada di sebuah ruangan menoleh ke arah pintu.
Kehebohan itu disusul dengan tatapan pangling saat melihat Soraya yang notabenenya anak tomboy, bisa secantik dan seanggun itu memakai kebaya berwarna biru.
Haidar mengerjap takjub. Tidak di sangka sang pacar bisa di dandani selayaknya perempuan tanpa ada sisi laki-lakinya.
"You look stunning," puji Haidar membuat Soraya tersipu malu.
Ini adalah hari yang telah mereka tunggu-tunggu. Acaranya di mulai dari jam delapan pagi. Sementara itu, jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit.
Cuacanya sedikit mendung bahkan rintik hujan mengawali keluhan mereka karena tidak secerah harapan.
Meskipun begitu, bukan menjadi penghambat untuk para orang tua memenuhi undangan. Jajaran mobil terparkir rapi di tempat biasa motor anak-anak parkir.
Kelas sepuluh dan sebelas di tetapkan untuk tetap masuk, sekalian untuk berpamitan.
Ashira pun tak kalah cantiknya saat datang bersama kedua orang tuanya. Jantung Jevan berdetak kencang. Ia sudah membayangkan bisa menikah dengan gadis pujaannya itu.
"Itu cewek kamu?" tanya Utari sambil berbisik.
"Iya Ma. Cantik, kan, pacar aku?" balas Jevan.
"Cantik. Tapi sayang, malah pacarnya kayak kamu," sela Geo.
"Maksud Papa apa?" ketus Jevan.
"Pacarnya gampang tantrum."
"Papaaaa ...."
Utari memisahkan anak dan suaminya dengan duduk di tengah-tengah. Melihat keluarga Ashira yang akan duduk di depan mereka, sontak Jevan berlagak manis dan sopan demi citra baik di depan calon mertua.
Obrolan panjang dan berkesan itu membekas hingga tidak tanggung-tanggung membahas kedekatan antara anak-anak mereka.
"Kalo jodoh takkan kemana. Saya dan istri setuju-setuju saja," kata ayah Ashira.
"Benar. Kami pun akan berpendapat sama," balas Utari.
Untuk pernikahan politik tidak berlaku di keluarga mereka. Asalkan asal-usul dan bibit bobot calon anggota keluarga Adhitama tidak buruk atau memiliki riwayat kehidupan yang berantakan.
"Itu Tuan Rajendra," tunjuk Geo.
Sepasang suami-istri juga dua anak mereka datang memasuki ruangan. Semua tersenyum menyambut kedatangan keluarga Sanskara.
Penampilan Raza nyaris sempurna hingga menciptakan pekikan kagum dari adik-adik kelasnya saat tidak sengaja berpapasan.
Raza sendiri sebetulnya tidak nyaman, tetapi ibunya menegaskan agar Raza harus percaya diri.
Memberikan tampilan terbaik di acara perpisahan itu lumrah karena nantinya akan diabadikan di sebuah kamera.
Acara berlangsung dalam beberapa menit kemudian. Semua mendengarkan apa-apa saja yang pembawa acara katakan juga sambutan para dewan guru atas kehadiran para orang tua dalam mendampingi anak-anak mengambil raport.
Tidak jarang pula guru menyinggung perihal kelakuan anak-anak yang di luar nalar, tukang buat onar juga siswa-siswi emas di kelas dua belas.
Beragam reaksi para orang tua kepada anak mereka, ada yang tertawa, lalu mencubit anak yang nakal juga menepuk pundak bangga bagi yang namanya di sebutkan sebagai berliannya sekolah.
"Jevan gitu loh," ucap Jevan penuh percaya diri.
"Tetapi ada kejadian unik di mana Raza dan Jevan terciduk menerobos tembok karena terlambat sampai di sekolah," kata guru sambil melirik ke arah mereka berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/363362759-288-k774851.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick : Raza [TAMAT]
Teen FictionFirst of all, cover by Canva Halo, panggil aku Mocha ❤️ *** Definisi homesick itu seperti apa? Beragam, namun satu yang pasti. Ketika teringat senyum di wajah orang tua. Begitulah ucap seorang remaja laki-laki ketika dia mulai memahami apa dan sebe...