Saat anak-anak berada di dalam kelas, mereka sibuk mencari teman untuk membentuk satu kumpulan kelompok, yang mana terdiri atas empat orang hingga berjumlah sebanyak delapan kelompok Dari jumlah tersebut, dua orang adalah laki-laki dan dua orang lagi adalah perempuan. Di antara sekian banyak siswa-siswi yang mencari teman, ada seorang siswi yang duduk diam memperhatikan kesibukan mereka dalam mencari teman.
“Ashira, apakah kamu sudah mendapatkan kelompok, Nak?” tanya sang guru yang pergi ke mejanya. Ada yang memalingkan muka selama beberapa detik ke arah siswi itu, lalu kembali mengobrol dengan kelompok yang telah mereka bentuk.
Raza? Di awal pembagian kelompok sudah ada yang mengajarnya, ia dibawa oleh dua siswi bernama Aghila dan Bella. Posisi Reza sangat tinggi sekarang. Tahta anak laki-laki tampan di SMA ini adalah milikmu. Sedangkan Soraya bergabung dengan kubu lain.
Lihat betapa sulitnya bagi Raza untuk bernapas dengan benar. Dia tidak diizinkan pergi ke mana pun. “Belum, Bu. saya bingung harus satu kelompok dengan siapa," kata Ashira penuh hormat.
Tidak semua, tapi hampir Ketika tugas sekolah dibagi menjadi beberapa bagian kelompok, sekelompok ahli akan mencari pasangan yang cocok di sana alias sama-sama berotak encer.
"Kalau begitu, apakah diantara kalian semua ada yang kekurangan kelompok atau belum mendapatkan kelompok, biar Ashira masuk ke kelompok kalian?" tanya guru itu.
Semua diam tidak ada yang menjawab, guru menatap seisi kelas. Dari tatapan mereka semua menunjukkan rasa tidak siap untuk satu kelompok dengan Ashira.
"Baiklah, anak-anak adakah dari kalian yang kekurangan anggota kelompok?" tanya sang guru sekali lagi.
"Sudah pas Bu!" teriak salah satu kelompok yang kebetulan ketua dan anggotanya peraih peringkat paralel di kelas.
Sang Guru lantas menggeleng lemah. Jika terus dibiarkan begini, maka siswa dan siswi yang nilai akademisnya kurang, tetap akan kurang.
"Ibu batalkan. Kali ini kelompoknya ibu yang atur. Silakan kembali duduk ke tempat masing-masing."
Hampir seluruh siswa-siswi mendesah kecewa dan berat hati kembali duduk untuk menerima hasil keputusan guru mereka.
"Sekarang, maju satu-satu dan ambil satu gulungan kertas ini. Jangan dibuka sebelum ibu menyuruh kalian, mengerti?"
"Mengerti Bu ...."
Mulai dari barisan depan hingga paling belakang sudah menggenggam satu gulungan kertas kecil dan sudah tidak sabar ingin membukanya. Kurang lebih semacam arisan karena gulungan kertas tadi di kocok dalam sebuah botol bekas.
"Sudah ambil semua?"
"SUDAH BUUU ...."
Guru tersenyum kemudian mempersilakan mereka untuk membuka gulungan kertas tersebut. Saat mereka melihat, ternyata hanya sebuah angka yang dimana jika mendapatkan angka yang sama, maka itulah kelompok mereka.
"Yang mendapat angka 1 silakan angkat tangan!" seru sang guru dari depan dan tangan kanannya sudah memegang spidol untuk mencatat nama anggota kelompok satu.
Hingga pada angkatan kelompok terakhir, mereka yang sudah mendapatkan kelompok meski sangat tidak sesuai harapan, tercengang.
"Kelompok delapan diketuai oleh ; Jevan Pangestu, dan anggotanya Raza Arkatama, Ashira Amarylis dan Soraya Jamaika. Baik, sudah lengkap ya berati. Tugas ini kalian kerjakan harus kompak. Tidak ada yang boleh bermain curang."
"Baik Buu ...."
Selaku ketua dari kelompok akhir, Jevan terus menggerutu. Karena anggota kelompoknya memancarkan aura tidak sefrekuensi juga terlihat sangat santai, tidak seperti dirinya yang berambisi untuk tampak lebih sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick : Raza [TAMAT]
Novela JuvenilFirst of all, cover by Canva Halo, panggil aku Mocha ❤️ *** Definisi homesick itu seperti apa? Beragam, namun satu yang pasti. Ketika teringat senyum di wajah orang tua. Begitulah ucap seorang remaja laki-laki ketika dia mulai memahami apa dan sebe...