Tak hanya dibawa ke UGD, siswa bernama Dhani itu bahkan pindah sekolah karena terus-menerus di-bully oleh teman-temannya atas kelakuannya belakangan ini. Di tengah tercorengnya citra indah SMA Tunas Darma, banyak pihak yang memberikan komentar negatif atas video viral tersebut dan menghina SMA Tunas Darma.
Jevan tertawa terbahak-bahak saat melihat kabar tersebut masuk ke akun Instagram miliknya. Raza dirawat intensif di rumah selama lebih dari dua hari dan akhirnya dapat melanjutkan aktivitas normal hari ini. Dengung telinga sudah tidak terasa lagi, namun tetap harus diwaspadai agar tidak terulang kembali. Jika ini terjadi, dia akan kehilangan fungsi indera pendengarannya.
“Raza pamit ke sekolah, Pa, Ma.”
Rajendra mengambil cuti dua hari karena ingin istirahat sekaligus memantau kondisi Raza dan juga mengistirahatkan diri dari dunia bisnis sejenak yang telah ia geluti selama puluhan tahun. Apalagi kekayaannya lebih dari cukup.
Saat Raza hendak menjabat tangannya, Rajendra mengulurkan tangannya dan berkata, "Iya nak, hati-hati." Diikuti oleh langkah Sabrina yang keluar dari dapur dengan membawa kotak bekal.
Sabrina tersenyum. "Mama tahu ini sangat kekanak-kanakan, tapi ini makanan spesial yang bisa aku buatkan untukmu." Pemuda di depan Sabrina langsung menunduk, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang dan tangannya gemetar. Membawa bekal makan siang yang disiapkan ibunya ke sekolah adalah salah satu harapan terbaik yang ingin diterima Raza.
“Ada apa, kamu tidak menginginkannya atau kamu malu?” Sabrina bertanya sambil membelai bahu Raza. Ketika anak laki-laki itu mendongak, Sabrina bisa melihat air mata mengalir di pipinya. Menangis.
Sabrina memeluknya erat dan merasakan seperti apa momen itu. Menikmati secangkir kopi hitam, Rajendra tak bisa menahan senyumnya dengan mata bergerak.
“Sekarang Raza sudah punya ibu, jangan sedih lagi ya,” bisik wanita itu sambil terus membelai lembut punggung Raza. Sementara itu, Raza tidak bisa lagi menahan air mata yang mengalir. Bahkan sulit bagi Raza untuk mengucapkan terima kasih.
Yang bisa ia lakukan hanyalah menutup mulutnya dan memeluk ibunya yang sedang memeluknya. Sabrina berkata kembali, "Kalau kamu mau, Mama akan membuatkan bekal setiap hari untukmu."Raza tersenyum sambil mengambil bekal itu dan memasukkannya ke dalam tas.
"Terimakasih Mama. Raza senang sekali,” kata Raza dengan suaranya yang masih bergetar.
“Sama-sama. Semoga kamu menyukai lauk pauknya." Raza membungkuk dengan cepat. Apapun masakan ibunya pasti enak. Raza tidak bisa menolak.
***
Sesampainya di sekolah, Raza mengambil kotak bekalnya dan memegangnya sambil tersenyum padanya. Aroma makanannya sangat menyengat, ia tidak sabar menunggu tibanya waktu istirahat agar ia bisa menikmati makan siang yang telah Sabrina siapkan. Meskipun dia sudah sarapan, memikirkannya saja sudah membuatnya kembali lapar.
“Siapa yang kasih, fans lo?”
"Tidak. Aku tidak punya penggemar."
Jevan mengerang, ingin memukul kening Raza. Karena cowok itu sudah memiliki banyak penggemar dan penggemarnya ada dimana-mana, termasuk siswa-siswi dari sekolah luar.
Jevan memandang Raza jengah, "Merendah minta dikubur! Lo punya banyak penggemar, mereka ada dimana-mana."
Raza tertawa ringan dan meletakkan kotak bekal itu ke dalam laci. Lalu dia menatap Jevan yang sedang bermain ponselnya. "Aku tahu. Ini bekal makan siang dari mamaku,” kata Raza, membuat Jevan menoleh dan membuka mulutnya sedikit untuk berkata, “Oh.”
Suara tawa yang datang dari pintu kelas merebut perhatian kedua anak yang duduk di barisan belakang. Soraya dan Ashira memasang ekspresi lelah karena terlalu banyak tertawa sampai-sampai mengalami kram di pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick : Raza [TAMAT]
Roman pour AdolescentsFirst of all, cover by Canva Halo, panggil aku Mocha ❤️ *** Definisi homesick itu seperti apa? Beragam, namun satu yang pasti. Ketika teringat senyum di wajah orang tua. Begitulah ucap seorang remaja laki-laki ketika dia mulai memahami apa dan sebe...