Chapter Three : Cari Simpati

285 14 0
                                    

Bel berbunyi, siswa-siswi langsung mengemas bukunya ke dalam tas, setelah selesai guru duduk kembali setelah menjelaskan beberapa materi pelajaran. Raza mengaku pelajaran di sini agak sulit, namun ia akan terus berusaha mempertahankan kesuksesannya agar tidak melengser.

Dari sudut matanya, Raza dapat melihat gadis yang menempel di dekatnya sedang tertidur lelap.

"Oh, udah selesai ya?"

Siswa itu langsung menoleh saat melihat Soraya tiba-tiba berdiri dan menanyakan pertanyaan tersebut. Tanpa pikir panjang, Raza mengangguk dan kembali ke tempat duduknya.

Setelah keluar kelas, Raza mempercepat langkahnya dari lorong sekolah. Katanya Aurora datang menjemputnya. "Abang!" Dan benar saja, sekitar sepuluh meter dari tempatnya berdiri, dia melihat seorang anak kecil melambaikan tangannya ke arahnya.

"Ara," bisik Raza lalu berlari ke arah adiknya. Soraya membeku saat melihat adegan ini. Ia tidak menyangka kalau teman barunya itu akan mempunyai adik perempuan yang sangat cantik.

"Menggemaskan! Pengen gue karungin deh." Sementara itu, orang yang menjadi pusat perhatian menoleh ke belakang dan tentu saja langsung menembak ke arah dimana Soraya berada. Raza tersenyum tipis lalu menyapanya.

"Duluan Sor," katanya.

"Sar, Sor, Sar, Sor! Lengkap napa manggilnya. Ngomong-ngomong, oke, hati-hati!" kata Soraya sambil sedikit meninggikan suaranya. Raza terkikik melihat reaksi Soraya yang tidak terima diberi tahu setengah nama saja.

Tak ingin kehilangan perhatian, Aurora pun memanjakan dirinya dan meminta kakaknya untuk menggendongnya hingga masuk ke dalam mobil. Tidak khawatir dengan bau keringat. Sesampainya di mobil, ternyata ada wanita lain di kursi tengah, Sabrina, yang terus memelototinya.

***

"Kenapa lama sekali?!" sentak Sabrina saat Aurora duduk di sebelahnya.

"Maaf Bu menunggu lama," kata Raza tidak nyaman. Faktanya, dia telah berusaha secepat mungkin untuk tidak membuat orang lain menunggu.

"Ma, jangan marah pada Abang," kata Aurora membela Raza. Melihat putrinya lebih membela Raza, Sabrina menoleh ke samping.

"Jalan Pak!"

"Baik nyonya."

KKeringat dingin terus mengalir dan udara di dalam mobil terasa pengap. Mobil terus melaju hingga tibalah sampai di rumah. Satpam buru-buru membuka pintu dan membungkuk hormat saat mobil melaju ke garasi.

"Ara, ayo!" Sabrina menarik lengan kanan Aurora.

Dia akan sangat membatasi interaksi antara anak kandungnya dengan Raza si anak adopsi.

"Tap---"

"Ara!" Sabrina menyela dan menatap Aurora. Merasakan ibunya sangat marah, Aurora tidak berani melawan lagi.

***

Rajendra sudah menyiapkan kamar untuk Raza namun letaknya berada di lantai satu dan jauh dari kamar Aurora. Itu semua atas permintaan Sabrina.

Aku tidak akan pernah menganggapmu anakku!

Perkataan Sabrina saat hendak berangkat sekolah tadi sudah cukup menghilangkan harapan meluluhkan hati wanita itu. Sebuah peringatan keras yang tentunya harus dipatuhi.

Homesick : Raza [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang