First of all, cover by Canva
Halo, panggil aku Mocha ❤️
***
Definisi homesick itu seperti apa?
Beragam, namun satu yang pasti. Ketika teringat senyum di wajah orang tua.
Begitulah ucap seorang remaja laki-laki ketika dia mulai memahami apa dan sebe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga belas tahun silam, tepatnya Jevan baru saja menginjak usia ke lima sejak dia dilahirkan ke dunia, kedua orang tuanya, yakni Geo dan Utari memutuskan untuk merayakan ulang tahun anak mereka di sebuah rumah panti tanpa dengan kue perayaan seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Untuk apa kita ke sana, Mama?" tanya Jevan kecil saat Utari memangkunya di dalam mobil yang tengah melaju.
"Bertemu teman-temanmu sayang," sahut Utari.
Putranya terdiam beberapa saat lalu sebuah kalimat keluar dari bibir mungilnya membuat Utari menegang beberapa detik sebelum akhirnya tersadarkan.
"Rumah panti? Oh, tempat orang yang tidak punya orang tua, kan?" ucap Jevan sambil mengangkat kepalanya menatap wajah ibunya.
"Jevan, jangan berkata seperti itu, anakku. Mereka tidak punya orang tua karena disebabkan banyak faktor, contohnya meninggal dunia," jelas Utari.
"Apa itu meninggal dunia?"
Geo melirik ke samping memperhatikan interaksi antara anak dan ibu lalu tersenyum tipis sambil mengambil alih pangkuan Jevan dan mendudukkannya di atas pahanya.
"Biarlah Papa yang menjelaskan. Meninggal dunia adalah orang yang pergi dan tidak akan kembali selamanya."
Jevan mengedipkan matanya, tanda dia tidak memahami sesuatu dari penjelasan ayahnya. "Apa orang meninggal itu dikubur dalam tanah?"
"Benar sekali. Setelah meninggal, mereka akan dikebumikan."
"Kenapa? Kenapa tidak diawetkan saja. Pasti mereka akan tetap punya orang tua. Kasihan ya, Pa?"
Geo bungkam begitu juga Utari yang kebingungan mencari ulasan tepat agar bibir mungil Jevan terkunci rapat tidak banyak bertanya.
"Papa ...."
"Kita hampir sampai. Jangan bertanya lagi. Jika sudah sampai disana, kamu harus berteman dengan baik-baik, oke?"
Jevan mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk pelan. "Oke Papa." Anak-anak panti asuhan yang sedang bermain di halaman samping dekat rumah, segera bangkit dan berlari menuju halaman depan, karena hari ini mereka kedatangan tamu.
Jevan berdiri di samping ayahnya, melihat banyak anak di sekelilingnya mengenakan pakaian mereka yang lusuh. Sangat kontras dengan pakaiannya yang rapi dan bersih serta licin oleh setrika.
Kegembiraan yang tulus saat melihat kedatangan Jevan membuat anak-anak panti asuhan ingin segera berteman dengannya. Namun, karena tak senang dengan pakaian mereka yang kotor dan ingus melintang di pipi, Jevan berteriak jijik dan merengek minta pulang saat itu juga.
"Jangan mendekat! Baumu tidak enak!"
Ketika anak-anak mendengar teriakan itu, mereka segera menjauh dan berdiri di belakang tubuh anak laki-laki yang berdiri di samping mereka. Dia datang ke sana karena dia ingin bermain.