Chapter 79

72 5 0
                                    

"Tidakkah sulit bagimu untuk datang? Ooh aku lihat kamu sudah dewasa. Aku bangga, namun juga merasa sedih di saat yang sama."

Sejak kapan dia merawatku seperti itu?

Aku meraih ujung rokku, menyembunyikan pikiran konyolku yang terdalam. Setelah menekuk lututku dengan ringan, aku menjawab dengan suara ceria.

"Terimakasih, Yang Mulia."

"Kenapa kamu berterimakasih padaku?"

"Yang Mulia, Ayah kekaisaran, merawat kekaisaran dengan baik jadi saya dapat tumbuh dengan baik. Itu sebabnya saya harus selalu berterimakasih kepada Yang Mulia."

Hei, pria tua. Ini adalah kehidupan keempatku.

Kaisar tertawa terbahak-bahak setelah mendengar sanjunganku. Itu adalah keterampilan yang aku peroleh setelah menjadi seorang pengemis.

"Nona benar-benar membuatku bahagia."

"Suatu kehormatan."

"Oh benar. Saat kamu kembali, naiklah kereta kekaisaran. Kamu bisa bepergian dengan lebih nyaman daripada kereta Dubbled."

Aku tidak segan-segan berteriak "Wow!" dan mengucapkan terimakasih.

Ketika atasan memberikan sesuatu, lebih baik menerimanya dan bergembira daripada menolaknya.

Seperti yang diharapkan, kaisar menyeringai dengan wajah bahagia.

"Selamat bersenang-senang di Istana Kekaisaran. Sampaikan salamku kepada Permaisuri Dowager."

"Ya saya akan melakukannya."

Kaisar mengangguk dengan wajah ramah dan berjalan melewatiku.

Kemudian Laura yang ikut bersamaku berbisik dengan wajah bahagia.

"Bahkan Yang Mulia tidak tahu harus berbuat apa karena Anda cantik."

Tentu saja aku cantik di matanya.

Aku punya kalimat Tuhan di kakiku, aku berguna baginya.

Dan aku akan memanfaatkan ini juga.

Aku melihat sekeliling. Para pelayan yang berjalan setelah kaisar sibuk mengalihkan pandangan mereka.

Ya, burung beo. Pergi dan sebarkan rumor bahwa Kaisar sangat menyayangiku.

Bagiku, kaisar adalah pria tua yang licik, tetapi bagi orang lain, dia adalah matahari kekaisaran.

Statusku akan naik ketika rumor itu menyebar.

Bagus.

Aku bersenandung dalam perjalanan menuju istana Permaisuri Dowager.

"Saya menyapa Permaisuri Dowager."

Saat aku membuka rokku lebar-lebar dan berbicara, Permaisuri dengan cepat meraih tanganku.

"Kita tidak membutuhkan sopan santun di antara kita. Ayolah, Nak. Duduk disini. Jenis teh apa yang kamu nikmati? Asam? Darjeeling? Aku punya scone coklat yang kamu bilang kamu sukai."

Dampak kalimat Tuhan sungguh luar biasa.

Belum lama ini, Permaisuri Dowager sangat memusuhiku.

Karena kejadian ibu baptis, hubungan burukku dengan Elizabeth, dan pengaruhku dalam perceraian Putri Ingrid. Namun, sejak rumor kalimat Tuhan tersebut tersebar, dia langsung mengubah sikapnya.

"Aku dengar kamu pingsan. Pasti sulit."

Permaisuri Dowager berbicara dengan suara khawatir dan dengan lembut membelai punggung tanganku.

The Baby Raising A Devil (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang