Chapter 111

44 3 0
                                    

Waktu berlalu dengan cepat.

Aku melayang di udara seolah-olah aku telah menjadi jiwa yang lepas dari tubuhku.

Setelah tersapu sungai, gadis itu tertidur seperti orang mati. Anak laki-laki itu tetap berada di sisi adiknya sepanjang cobaan itu.

[Leblaine, bangun. Bunga violet favoritmu sedang mekar sempurna di ladang. Ayo memanggang roti, minum susu segar, dan pergi piknik. Aku tidak akan mengingkari janjiku kali ini...]

Mendengar suaranya yang menyedihkan membuat hatiku sakit, seolah aku adalah gadis ini.

Namun, tidak peduli berapa lama waktu berlalu, gadis itu tidak membuka matanya. Bahkan musim semi dan musim panas telah berlalu.

Hujan turun setiap hari selama berminggu-minggu. Matahari terselubung awan tebal, dan perbedaan antara siang dan malam menjadi kabur.

Anak laki-laki itu berlari keluar rumah.

[Tolong selamatkan Leblaine.]

Di hadapan Dewa, anak laki-laki yang basah kuyup itu gemetar, dan berteriak dengan bibir birunya.

[Serga, tolong selamatkan adikku...!]

[Aku tidak punya kekuatan untuk mengubah nasibnya.]

Dewa mengulurkan tangan untuk meraih pipi pucat anak laki-laki itu.

Plak!

Namun, anak laki-laki itu menampar tangan Dewa dan melotot. Orang di sebelah Tuhan berteriak [Neliard!], tapi anak laki-laki itu hanya mengertakkan gigi.

[Lalu, kenapa Dewa ada?]

[Untuk membimbing manusia.]

[Membimbing! Membimbing!! Selalu membimbing...!!]

Anak laki-laki itu tumbuh menjadi jahat. Matanya yang dipenuhi amarah semerah mata iblis, seolah-olah dia dirasuki iblis itu sendiri.

[Manusia menyebutmu sebagai ayah. Itu lucu. Ayah macam apa yang meninggalkan anaknya yang menderita?]

[Neliard-!!]

Neliard hanya mendengus.

[Membimbing kami? Jangan konyol. Pada akhirnya, tempat dimana aku berjalan dan tiba adalah neraka. Peperangan tidak berhenti dan nyawa anak-anak terus direnggut! Kamu adalah orang tidak kompeten yang tidak bisa menyelamatkan satu anak pun!!]

[....]

[Leblaine bertindak sesuai keinginanmu dari awal sampai akhir, dan tidak ada anak lain yang lebih polos dari si idiot itu! Gadis itu kehilangan orangtuanya saat lahir, dan harus melintasi gurun untuk hidup ketika dia baru berusia 5 tahun. Adikku yang malang sering kelaparan selama berhari-hari, namun dia bersedia memberiku semua yang dia peroleh dan tersenyum bodoh!]

[....]

[Dia percaya dan menungguku... dia terus menunggu...!]

Dia berteriak dan jatuh ke lantai. Dia merangkak melintasi lantai dan menundukkan kepalanya kepada Dewa.

[Selamatkan dia...]

[....]

[Tolong selamatkan dia...]

Anak laki-laki itu bergantung pada Dewa dalam kesedihan dan menangis seperti anak kecil. Semua itu demi adiknya. Dia memohon berulang kali.

Mata anak laki-laki itu basah saat dia menatap Dewa. Dewa perlahan membuka mulutnya.

[Jiwa berharga yang tak terhitung jumlahnya telah layu. Aku menyayangimu dan adikmu, tapi aku tidak bisa membantumu sendirian. Jika sisa hidup adikmu masih ada, dia akan selamat. Jika tidak, dia akan kembali ke pelukanku.]

The Baby Raising A Devil (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang