The Baby Raising A Devil (TAMAT)

Chapter 94

Saat fajar, dia menatap wajah Leblaine setelah dia tertidur di tempat tidurnya.

"Ada pesan dari Kaisar untuk kembali sebelum fajar."

"Kirimkan Javelin sebagai gantinya."

"Tapi Nona..."

Ketika Theodore terdiam, Nos menundukkan kepalanya dan meninggalkan ruangan.

Dia dengan lembut membelai rambut putrinya yang sedang tidur.

Kenapa dia tidak bisa melindunginya?

Sumpah yang harus ditepatinya telah dilanggar. Pada akhirnya, dia mengira cinta itu tidak sepadan. Jika perasaan cinta itulah yang membuatnya mengembara di gurun pasir tanpa oasis seumur hidupnya, dia bersumpah akan hidup tanpa oasis.

Lalu, ia tiba-tiba muncul dalam hidupnya.

"Tolong jadilah ayahku."

Dia adalah seorang ayah yang pengecut yang berpaling dari tangannya yang tergenggam dengan sungguh-sungguh, dan meskipun dia adalah seorang ayah yang bodoh, ia tidak menyerah.

"Aku akan menyukainya karena dia adalah putri ayahku."

Dia sangat mencintainya. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena tidak bisa mengenali putrinya sendiri bahkan ketika ia berada di hadapannya selama ini.

Bagaimana aku bisa hidup tanpamu dalam pelukanku?

"Leblaine."

Suaranya dipenuhi kesedihan dan rasa bersalah.

Emosinya yang dia coba tutupi akhirnya selesaikan keluarganya. Itu menyelamatkannya, dan membuatnya merangkul orang-orang yang berharga baginya.

"Pasti akan tiba hari ketika seorang anak akan menunjukkan kepadamu betapa besarnya cinta."

Seolah-olah dia bisa mendengar suara wanita yang dicintainya sepanjang hidupnya di telinganya.

Risette benar.

"Lihatlah?"

Ya, ia benar

Ia selalu benar.

£££

Ketika aku bangun, hari sudah pagi. Tapi badanku terasa sangat berat.

Ugh.

Aku pikir aku sakit, jadi aku perlahan membuka mata.

"Apa ini?"

Saat aku menoleh ke kanan, Isaac sedang tidur dengan salah satu kakiku di atas kakinya seolah aku adalah boneka. Saat aku menoleh ke kiri, Henry sudah tertidur, duduk tegak, tanpa mengeluarkan suara. Dan melihat ke depan...

"Apakah kamu tidur dengan nyenyak?"

"Ah!"

Johann tiba-tiba muncul dan aku berteriak kaget. Dia membuka matanya dan berkata.

"Aku tidak bermaksud mengejutkanmu."

"Bagaimana... Tidak, kenapa orang-orang ini tidur denganku? Di kamar ayah juga?"

"Kami datang untuk membangunkanmu di pagi hari, tapi kami tidak bisa membangunkanmu jadi kami tertidur bersama."

"Jam berapa sekarang?"

"Jam 12."

Aku berteriak lagi.

Gila!

Betapapun lelahnya aku dari berbagai hal, aku pasti sudah gila sampai bangun jam segini.