21. Bukan Anak Haram

1.5K 65 0
                                    

Malam ini Naya dan keluarga akan melaksanakan sholat isya' dan tarawih bersama di salah satu masjid terdekat dari rumah. Aditya, Nandhini dan Naya berjalan bersama dengan bercengkerama ringan di jalan. Banyak tetangga yang menyapa Aditya dan Nandhini, tak lupa juga terdapat raut wajah kebingungan dari orang orang yang menyapa Aditya dan Nandhini.Pasalnya terdapat kehadiran seorang perempuan yang berwajah asing di antara pasangan itu, jelas saja itu Naya. Tidak banyak orang tau memang mengenai siapa Naya sebenarnya sehingga menimbulkan keheranan di antara orang orang itu.

Setelah melaksanakan ibadah sholat, Aditya berdiri di pelataran masjid dan bercakap cakap dengan beberapa bapak-bapak, terlihat sangat akrab. Biasanya mereka bercakap sambil menunggu istri ataupun anaknya yang juga sedang sholat.Aditya kerap membiasakan hal ini tak semata mata untuk menunggu sang istri, tetapi juga dengan harapan dapat mempererat tali silaturahmi.

Disisi lain Naya dan Nandhini juga sedang bercengkerama dengan para ibu ibu sekitar komplek perumahan, tidak Naya hanya berdiam diri dan akan tersenyum menjawab apabila ditanya.

"Masyaa Allah Bu Aditya ini siapa? cantik sekali calonnya Kailash ya ?" tanya salah satu dari beberapa ibu ibu itu. Naya terdiam menunduk.

"Eh, apa saudaranya ya? Mirip gini sama Kailash." Ucap perempuan di sebelahnya.

Nandhini menarik halus lengan Kanaya agar mendekat.

"Ibu ibu ini putri kami, perkenalkan namanya Kanaya Gantari Nirwasita.Panggilanya Kanaya." Nandhini memperkenalkan Naya.

"Bu, ini anaknya dari siapa? Setau kami kan anak Bu Aditya dan Bapak cuma Kailash saja.Anak di luar pernikahan kah?"

Deg, rasanya jantung Naya berdetak lebih cepat.Hatinya terasa sakit karena ucapan seseorang.

"Astaghfirullah, bukan Bu ini anak kami, putri kami sama dengan Kailash, Kanaya ini kembaranya Kailash." Jelas Nandhini.

"Kok nggak pernah kelihatan bu? Ayo lah bu jangan ditutup tutupi, kalau memang dia ini anak haram ya apa boleh buat.Lagian kita kan sudah kenal sejak Kailash kecil." Kata ibu itu dengan nyinyir.Wajahnya sangat menjengkelkan.

"Saya bukan anak haram bu, saya anak kandung Pak Aditya.Kenapa semua orang berpandangan buruk kepada saya?" Ucap Naya dengan mata berkaca-kaca.

"Saya permisi bu, Assalamualaikum." Pamit Naya.

"Nak, Naya!" Panggil Nandhini hendak mencegah.Tetapi Naya sudah berlari kecil meninggalkan Masjid.

Naya berjalan menuju jalanan kompleks perumahan yang sepi dengan hati yang perih.Naya berjalan cukup jauh melewati rumah ayahnya.Naya tak mau ke rumah itu dulu karena ia yakin, pasti ada beberapa anggota ayahnya yang juga stay di rumah.

Langkah kakinya terhenti di lapangan tak terlalu luas tanganya masih memegang tas berisi mukenah dan sajadah yang tadi digunakan untuk sholat di masjid.Ia duduk di kursi kayu dengan menatap langit gelap yang ditaburi banyak bintang dan juga Bulan yang bersinar.Air matanya tanpa permisi luruh, turun membasahi wajah ayunya.

Naya sadar tak seharusnya Naya memasukkan perkataan orang itu dalam hati, tidak seharusnya Naya terlalu memikirkan hal itu.Karena orang orang itu tidak tau mengenai kehidupan asli seorang Kanaya Gantari Nirwasita ini seperti apa.Mereka hanya tau menyimpulkan apa yang mereka lihat tanpa mau tau kebenaranya.

Tapi entahlah perasaanya kacau.Naya ingin duduk disini sejenak menikmati suasana Malam di Jakarta.Tanpa tau Ayah dan ibunya kalang kabut mencari putrinya yang hilang.

****

Setelah di datangi Nandhini, Aditya merasa panik dan khawatir.Nandhini menjelaskan secara rinci tanpa ada yang dikurangi dan ditambah.Nandhini dan Aditya juga sempat menegur para ibu ibu yang telah menorehkan luka kepada putrinya lewat lisan yang mereka ucapkan.

Dapatkah Kita Bersatu ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang