19. Pengakuan Arga

1.5K 51 0
                                    

Disinilah Arga dan Kanaya duduk berdua, disebuah tempat makan sederhana.Arga memang mengajak Kanaya untuk berbicara berdua sambil makan.Kanaya yang kenal dengan Arga pun menyetujui saja, lain hal jika Kanaya tidak mengenal Arga.Keduanya duduk berhadapan sambil menunggu pesanan mereka.

"Apa kabar dik?" Suara rendah Arga membuat Kanaya menolehkan kepalanya ke arah lawan bicaranya.

"Saya Alhamdulillah baik Pak." Lagi lagi Arga dibuat tersenyum oleh Kanaya.Apa katanya tadi, Pak?

"Setua itukah saya dik?" Mata Arga menatap wajah ayu Kanaya, sedangkan yang ditatap pun menundukkan wajahnya.

"Aduh, maaf..."

"Panggil Mas atau abang juga boleh, jangan Pak dong dik.Saya tidak setua itu dipanggil Pak."

"Biasanya tentara di panggil Pak, maaf ya Mas Arga?" Ucap Naya dengan senyuman sungkan.

"Panggil apa tadi?" Tanya Arga lagi.

"Mas Arga?" Panggil Naya kembali membuat Arga langsung berdiri dan berbalik badan dengan kedua tangan menutupi wajahnya.Salah tingkah.

"Mas Arga ndak apa apa?" Tanya Naya juga ikut berdiri, menatap khawatir pria di depanya.

Arga berbalik dan menahan senyumanya, "Oh iya dik, saya nggak apa apa kok."

Pesanan makanan mereka datang dan mulai menikmati hidangan tersebut.Mereka makan dengan hening sesekali Arga melirik ke wajah Kanaya.Setelah selesai makan Naya bertanya kepada Arga.

"Mas Arga mau bicara apa sama saya?" Kanaya menanyakan tujuan utama Arga mengajak ia makan.

"Dik, kamu saya ajak ke sini apa ada yang marah?" Tanya Arga ragu ragu, membuat Naya bingung.Siapa yang marah?

"Emm, Naya sudah izin kok Mas saya paman dan bibi kalau di ajak Mas Arga ke sini dulu."

Arga menggeleng, bukan ini maksutnya "Naya sudah ada pacar atau semacamnya lah yang lagi dekat dengan Naya?"

"Ndak ada Mas, kenapa ya?"

"Naya saya tau ini mungkin akan mengejutkan kamu karena kita bukanlah orang yang dikatakan dekat." Arga terdiam sesaat, Naya dengan setia mendengarkan perkataan tentara muda di depanya ini.

"Saya menyukai kamu Kanaya, sejak pertemuan kita pertama kali di Malang, di rumah kakak ipar saya.Entah kamu percaya atau tidak, tapi saya merasakan gelenyar aneh saat menjabat tanganmu ketika berkenalan waktu itu.Sejak saat itu wajahmu selalu berkeliaran di pikiran saya.

Saya rasa ini hanya karena saya mengingat kembaranmu, Kailash karena wajahmu yang sangat sangat mirip sedangkan saat itu saya juga mengerti dengan keadaan Kai yang memang terpisah dengan kembaranya sejak kecil.Tapi tidak, rasa itu tetap ada membuat sensasi aneh bagi saya, apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama dik? Saya selalu berdoa kepada Allah agar ditunjukkan apa maksud perasaan ini, lama kelamaan saya sadar ini bukan perasaan biasa." Jelas Arga dengan menatap wajah Kanaya.Duduk tegap dengan wajahnya yang serius.Arga tidak main main.Akhirnya Arga mengungkapkan perasaanya saat ini.Betapa leganya Arga.

"Mas Arga serius suka sama saya? Saya cuma perempuan yang bahkan belum lulus kuliah, hidup saya masih berantakan, rasanya tidak pantas bersama dengan Mas yang seperti ini." Ucap Naya dengan tangan mengaduk aduk gelasnya yang masih terdapat minuman.

"Saya tidak peduli dengan kehidupanmu yang dulu atau bagaimanapun itu dik, kenapa kamu bisa menyimpulkan kamu tidak pantas dengan saya? Lagi pula tidak ada kehidupan yang mulus.Kamu perempuan yang kuat membuat saya terkesan."

"Saya hanya sadar diri saja Mas, bukan kah ini lebih baik.Mas Arga jauh lebih pantas bersama wanita yang ada di foto pelantikan Mas bersama keluarga.Mas cocok sama mbaknya.Itu calonya Mas kan?" Naya menunduk, ia merasa rendah diri.

Dapatkah Kita Bersatu ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang