26.Bareng Kembaran

1.3K 53 0
                                    

Matahari di hari sabtu siang ini terasa sangat terik. Naya berjalan terburu buru karena dosen pembimbingnya meminta ganti hari bimbingan karena ada suatu hal. Sabar, tidak boleh marah ini adalah salah satu lika liku dalam proses pengerjaan skripsinya. Naya melakukan bimbingan di tempat makan dekat kampus.

Setelah melakukan bimbingan Naya pulang ke rumah. Rumah paman dan bibi sore hari ini nyatanya masih sepi, paman yang belum pulang dari kerja dan bibi yang tadi ke rumah Aksa. Naya memasuki kamarnya, ia langsung saja memeluk guling karena sudah lelah maka ia dengan mudah memejamkan matanya untuk tertidur. Tapi, begitu ia mulai terlelap suara dering dari hp Naya berbunyi.

Naya mengambilnya dengan malas, ia hanya ingin tidur. Naya mengangkat telepon setelah melihat siapa yang menghubunginya, Kailash.

"Assalamualaikum, adik?" Ucap Kailash dengan riang dari seberang.

"Waalaikumussalam, abang Kai kenapa?"

"Dik, abang kan lagi pesiar mumpung juga masih siang ayo jalan jalan! Habis ini abang share location ya, adik siap siap."

"Malas." Jawab Naya singkat, padat dan jelas.

"Lho, gak boleh malas. Ayo abang traktir deh."

"Abang, aku tuh habis bimbingan tau baru pulang,kesel ih habis ganti jadwal hari. Harusnya aku santai santai hari ini. Nggak juga sih."

"Nahh, justru itu adek. Sebagai abang kembar yang baik, abang mau ajak adek jalan jalan melepas stress. Yuk , mau ya? Mau dong."

"ABANG! Ih maless lain kali aja ya?"

"Nggak, oke siap siap ya dik. Abang tunggu, awas aja kamu gak dateng ya."

"Iya iyaa."

"Good girl, oke abang matiin ya. Wassalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Menghela nafas, huft sabar Kanaya.

Naya segera mandi hanya sebentar dan berganti baju, tak lupa juga ia mengabari bibinya bahwa ia akan keluar bersama Kailash tidak lupa sang Ayah yang selalu memonitor keberadaan putrinya. Setelah itu ia menuju tempat janjian bersama Kailash. Ternyata sesampainya disana Kailash tidak sendirian, melainkan bersama rekan rekan  sesama taruna akademi militernya. Naya memperhatikan lebih jeli lagi, bersyukur ada dua orang taruni juga. Kalau memang tadi Naya tidak ada teman perempuan mending Naya pulang, malu.

"Nah ini dia, perkenalkan dia Kanaya saudara kembar saya." Ucap Kailash memperkenalkan Kanaya.

Para teman taruna Kailash langsung saja menyambut dengan sedikit heboh bahkan mereka tertawa.

"Gak nyangka, ternyata kalau ketemu langsung wajahnya mirip banget ya. Gila sih." Ucap salah satu taruna itu.

"Norak lo, kayak gak pernah tau orang kembar identik aja sih." Sahut taruna lain.

"Eh, Kanaya boleh tukeran ig nggak hehe"

"Jangan mau dek, dia ini buaya parah."

Jalan jalan sebentar, dan kemudian singgah di salah satu tempat makan hanya Kailash dan Kanaya. Sedangkan rekan Kailash menuju tempat lain mereka akan kumpul kembali saat akan balik menuju Akmil.

Setelah makanan habis berpindah keperut masing masing. Kini wajah Kailash menjadi serius setelah meneguk es teh tawarnya.

"Kenapa gitu wajahnya?" Tanya Naya kebingungan.

"Dik, bang Arga sudah bilang mengenai hubungan kalian ke abang." Ucap Kailash. Naya tersenyum tipis menanggapinya.

"Lalu?"

"Sebenarnya disayangkan ya dik? Naya juga pasti ngerasa gitu kan, tapi mau bagaimana lagi. Masalah restu orang tua itu berat sekali tantanganya menurut abang selain berhubungan beda agama."

"Yah gitu deh, aku berusaha memahami dan berusaha ikhlas sekarang. Meskipun aku cinta sama bang Arga, duh aku apa sih sok sok an deh emang harusnya emang gak usah sama Mas Arga dari awal."

"Ya takdir dik, siapa tau selain Tuhan. Kamu blokir semua media sosialnya Bang Arga?" Tanya Kai dengan salah satu alis yang terangkat.

Naya mengangguk, "Iya, sesuai permintaan orang tuanya. Aku gak mau jadi penghambat Mas Arga dan calonya. Rela gak rela sih, tapi ya aku harap dengan ini bisa mempermudah Mas Arga membangun hubungan kembali, dan gak akan ingat aku lagi."

"Tapi abang rasa cinta bang Arga ke kamu begitu besar ya? Kamu tau, dia mungkin sampai sekarang masih berusaha membujuk orang tuanya demi kamu lho."

"Abang jangan sok tau ih. Aku udah jatuh karena harapanku sendiri."

"Dik, berharap sama manusia memang banyak sakitnya, banyak kecewanya kamu harus tau itu."

"Iya, itu salah Naya memang terlalu berharap kalau hubungan kita bakal semulus itu, nyatanya enggak. Tapi dengan gini aku jadi bisa belajar ikhlas dan mungkin lebih bisa mikirin karir?"

"Iya kamu benar, namanya manusia yang sudah terlanjur cinta ya gini. Tapi abang juga sangat menyayangkan tindakan orang tua bang Arga ke kamu, abang mau marah aja rasanya."

"Abang tau semuanya?"

"Ya, kamu sebelum putus sama bang arga sempat cerita kan apa saja yang ayah bundanya omongin ke kamu, dan ingatan Banga Arga itu bagus banget dia nyeritain itu semua dan minta maaf juga ke abang.Sama ini dik, dia gak bisa hubungin kamu jadinya nitip salam dan permintaan maaf dia ke kamu."

"Ini sulit abang, melupakan dia sulit sekali. Jadi gini ya rasanya galau karena cowok, astaghfirullah udah tau agama kita ngelarang buat pacaran."

"Sudah terlanjur, jadikan pengalaman agar bisa lebih baik kedepanya." Ucap Kailash dengan menepuk pelan kepala adiknya.

****

"Assalamualaikum Naya!"

Naya yang  sedang melamun di ruang tamu sambil memakan cokelat yang dibelikan Arga pun tersentak kaget. Terlalu hanyut dalam lamunan atau terlalu menikmati rasa cokelat pemberian Arga yang terakhir?

"Waalaikumussalam, lah Sania ngapain? Masuk masuk." Naya mempersilahkan Sania masuk ke dalam rumah.

"Naya, mau temenin aku nggak? Ih makan cokelat enak banget, aku kayanya udah alergi sih. " ucap Sania, perempuan ini tidak terlalu suka cokelat.

"Temenin kemana?"

"Besok minggu aku mau datang ke kajian yang di masjid itu. Keren tau gak sih, alumni yang aku sukain itu jadi salah satu panitia penyelenggara. Ayo temenin yaa itu kajianya buat perempuan perempuan aja. Seruu Ayo ya Nay?"

"Kamu masih suka Mas Izzar? Bukanya dah ada cewek ya?"

"Katanya temenku udah putus."

"Ya Allah San, ke kajian mengharap pahala. Jangan ngarepin orang yang gak cinta balik sama kamu lah."

"Iya iya yang habis putus." Naya melotot garang, bisa bisanya.

"Ayo ya Nay? Aku belikan cilok atau nggak kita makan mie pedes deket pertigaan?" Bujuk Sania.

"Ya udah deh iya."

"Yeay, makasi ya Naya, sayang banget deh."

"Ih takut deh aku." Lantas mereka tertawa bersama.Tidak ada salahnya juga Naya mengikuti kajian bersama Sania, siapa tau hatinya bisa lebih legowo dengan mengikuti kajian tersebut.

___________________________________________

BERSAMBUNG...

Jangan lupa vote dan komen guys, follow juga hehe😁

Terimakasih 🤗

Dapatkah Kita Bersatu ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang