25. Mari Kita Akhiri

1.4K 56 4
                                    

Diperjalanan pulang Naya terdiam dengan menoleh melihat jalanan. Sekembalinya Arga setelah mengambil obat ibunya suasana meja makan itu memang berubah Naya yang menjadi diam dan sedih.

"Mas, mampir ke masjid ya sholat ashar." Arga mengangguk.

Arga menepikan mobil di parkiran masjid mereka turun dan berpisah menuju tempat wudhu pria dan wanita. Arga selesai sholat lebih dulu dan menunggu Naya yang tak kunjung keluar. Ia menunggu dengan bersanda di dekat mobilnya ingin menelfon tapi tas Naya berada di dalam mobil. 15 menit kemudian mata Arga melihat tubuh mungil Naya berjalan dengan kepala menunduk.

"Dik, habis ngapain?" Tanya Arga. Naya bertatapan dengan wajah Arga.

"Dik kamu kenapa?! Ada yang sakitin kamu tadi?" Arga melihat wajah sembab Kanaya. Membuatnya Khawatir

"Mas saya mau bicara, di dalam mobil saja." Ucap Naya dengan bahasa formalnya membuat Arga merasa was was. Perasaanya tidak enak lagi. Semoga tidak ada hal buruk setelah ini.

"Kamu kenapa sayang, hm?" Arga mendekat ke sisi tempat duduk Naya.

"Maaf Mas" Naya terisak menutupi wajahnya yang kacau dengan kedua telapak tanganya. Arga mengelus kepala gadisnya dengan sayang.

"Kenapa? Sini cerita sama Mas. Saya gak bisa lihat kamu menangis seperti ini Kanaya." Arga menjadi gusar.

"Mas, mari kita akhiri hubungan ini." Ucap Naya dengan mata yang masih mengeluarkan air matanya.

Arga terdiam, pikiranya menjadi kosong. "Sayang...?" Tidak percaya dengan ucapan kekasihnya saat ini.

"Iya, mari kita akhiri semua ini mas. Kita,kita nggak cocok, aku nggak setara sama Mas. Aku nggak bisa- aku..." Naya tak sanggup mengatakan.

"Naya, ada apa? Kenapa jadi begini? Apa ada kaitanya dengan orang tua saya tadi?" Tanya Arga yang masih tak paham. Otaknya blank.

Naya mengangguk, "memang dari awal seharusnya Naya sadar diri Mas, Mas ini ibaratnya bintang yang jauh untuk ku gapai. Mas tentara hebat, mas memang pantas mendapatkan wanita pendamping mas yang tak kalah hebatnya. Maafin Naya selalu merepotkan Mas Arga dengan segala sifat kekanakan Naya. Mari akhiri ini mas."

Arga menggeleng, ia menggenggam tangan mungil Kanaya " Gak ! Enggak ya dik, saya tidak menerima perpisahan dengan kamu. Dik saya benar benar cinta sama kamu, saya akan memperjuangkan restu kita ya. Kamu percaya sama saya kan?"

Naya tersenyum getir, "Mas Arga, Bu Ayu dan Pak Rasyid sudah bilang ke Naya. Mas Arga akan dinikahkan oleh pilihan mereka. Mas Arga kenal akrab dengan pilihan orang tua Mas. Cukup disini ya mas? Naya gak mau mas Arga jadi anak yang durhaka sama orang tua karena memilih Naya. Mas tau kan, mungkin orang lain masalahnya beda agama, tapi kita ada masalah restu orang tua, ini berat sekali mas."

"Siapa? Siapa pilihan mereka?" Mata Arga menajam. Emosinya ingin meledak saja.

"Mbak Delta seorang dokter. Teman mas sejak kecil."

"Hah, Delta?"

Tiba tiba saja Arga memukul setir mobilnya dengan keras. Naya tau Arga marah dengan hal ini. Arga dijodohkan, dan tidak terima.

"Saya bingung, orang tua saya selalu memikirkan bagaimana kerja sama untuk bisnisnya agar selalu lancar. Tapi tidak juga harus melakukan perjodohan bukan? Saya tau memang ada kemerosotan di bisnis Ayah, tapi lagi lagi kenapa harus perjodohan ini solusinya dik?"

"Orang tua pasti ingin anaknya mendapatkan yang terbaik mas, tidak semata mata untuk menyelamatkan bisnis. Apalagi mbak Delta seorang dokter, cocok dengan Mas yang seorang tentara. Dimana saat Mas Arga terluka maka Mbak Delta yang akan segera mengobati."

"Istrinya tentara gak semua tenaga kesehatan kok." Ucap Arga ketus.

Naya menunduk, "Iya, tau. Tapi itu idealnya bukan? Tolong ya Mas kita akhiri saja, maaf dari aku sebesar besarnya."

Terlihat mata Arga yang ikut berkaca kaca, "Lalu 2 tahunan ini sia sia ya dik?" Pikiranya menerawang, banyak hal yang dilakukan oleh keduanya dalam waktu 2 tahun ini. Meskipun tempat dinas Arga lumayan jauh dari Magelang, Arga selalu menyempatkan diri untuk bertemu Kanaya. "Apakah harus berakhir seperti ini? Kasihan ya kita dik?"

"Mas ..."

"Sesakit ini dik sebuah perpisahan, padahal saya benar benar serius, saya tidak pernah merasakan cinta sebesar ini."

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan Mas, meskipun perpisahan kita kesanya dipaksakan tapi inilah takdir mas. Tolong penuhi permintaan orang tua mas, Naya gak mau mas dan orang tua mas nantinya bermusuhan karena mas Arga terus sama Naya." Ucap Naya pelan, hatinya sesak tak karuan. Ternyata beginikah akhir cinta nya?

"Ya Allah dik, kamu bikin saya menangis saja. Kamu bahkan masih memikirkan hubungan saya dan orang tua.Saya jujur gak akan bisa mengikhlaskan perpisahan ini. Sekalipun memang saya harus menikah dengan Delta, saya tidak menjamin cinta dengan dia."

"Mas Arga harus berusaha, dia istri mas yang berhak mendapat cintanya Mas Arga." Ucap Naya dengan terisak.

"Hati saya mungkin sudah tertutup hanya untuk Kanaya Ganatari Nirwasita. Saya sangat beruntung bisa kenal dengan sosok perempuan kuat seperti kamu. Setelah ini apakah saya masih bisa menemui kamu?"

"Jangan! Jangan mas, itu hanya akan menimbulkan rasa sakit. Setelah ini mari menjadi asing."

Ting, suara notifikasi dari ponsel Arga.

Bunda

Jangan nekat meneruskan hubunganmu dan Kanaya jika tidak ingin hal hal buruk menimpanya.
Kamu gak kasihan sama Naya dia sudah kesusahan dari sejak kecil. Jangan mempersulit hidupnya lagi dan patuhi Ayah dan Bunda. Ini yang terbaik Nak.

"Maafkan orang tua saya ya Naya, ini juga permintaan kamu. Saya- saya benci dengan keadaan seperti ini sebenarnya, tapi saya juga tidak bisa apa apa." Keluh Arga kemudian Mereka terdiam cukup lama.

Naya melepas cincin yang duku pernah diberikan oleh Arga " Mas saya izin mengembalikan cincin ini, rasanya saya tidak tau diri jika masih menyimpan cincin ini."

"Saya tidak akan menerima pengembalian cincin itu. Pakai saja atau simpan. Biar kamu selalu ingat, bahwa ada lelaki bernama Arga yang pernah mencintai Kanaya saat itu."

"Tapi Mas..."

"Nggak dik, nggak apa apa."
Naya menunduk memperhatikan cincin indah itu.

"Antar saya pulang Mas." Ucap Naya pelan.

"Baik."

Sesampainya di teras rumah Naya kembali berucap " Terimakasih atas tumpanganya dan kenangan 2 tahun ini mas. Semoga Allah memberi kelancaran dalam pernikahan Mas Arga dan mbak Delta."

Arga tersenyum getir, matanya lagi lagi ingin mengeluarkan air mata. "Saya bersyukur bisa mengenal wanita sehebat kamu dik, terimakasih dan maaf dari saya dan orang tua saya.Pasti tadi banyak kata kata yang menyinggungmu. Sukses dan selalu sehat ya dik. Saya cinta kamu." Air matanya lolos keluar. Perpisahan memang menyedihkan. Arga memang kerap didesak untuk menikah tapi inginya bersama Kanaya bukan yang lain. Hatinya sesak, rasa cintanya begitu besar kepada Kanaya seorang, tapi memang takdir tidak bisa menyatukan mereka.

"Salam untuk paman dan bibimu Kanaya, mungkin saya selalu berharap untuk bisa bersatu dengan kamu nanti." Ucapan Arga diangguki Naya, ia segera menuju dalam rumah dan memeluk bibinya dengan tangisan. Naya menceritakan semuanya.

"Ya Allah nduk, nggak apa apa ini bukan takdirmu. Insyaa Allah Naya dapat ganti yang lebih baik ya nduk."

Naya mendapat wejangan panjang dari Paman dan bibinya. Naya bertekad akan segera melupakan dan mengikhlaskan Arga. Ia harus segera menyelesaikan skripainya dan wisuda mendapat IPK yang bagus agar dapat membanggakan orang orang tersayangnya.

___________________________________________

BERSAMBUNG...

So, sad gimana ya kelanjutan mereka nanti 🥲

Jangan lupa vote, komen dan follow aku yaa!

Terimakasih.

Dapatkah Kita Bersatu ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang