27. Hijab

1.2K 56 0
                                    

"Duh, mana ya Mas Izzar?" Ucap Sania yang sudah celingak - celinguk mencari keberadaan orang yang dia suka.

Saat ini Naya dan Sania sudah duduk manis di pelataran masjid dimana terdapat kajian khusus wanita. Terdapat banner besar dengan judul "Apa itu Hijab bagi muslimah?" Hati Naya tersentil hanya dengan membaca judulnya. Naya memang tidak meninggalkan sholat lima waktunya, tetapi ia masih lepas pasang hijab.

"Nay itu Mas Izzar, Masyaa Allah Nay." Sania menjerit tertahan, bahkan beberapa orang menoleh ke arah Naya dan Sania.

"Ck, San jangan malu maluin lah. Yang kalem dong."

"Hehe maaf maaf."

Kajian dimulai dengan sholawat dan doa terlebih dahulu kemudian ke acara utamanya yaitu kajian dan ceramah.

"Ada seorang wanita yang bertanya, ustadzah mengapa wanita Islam harus memakai hijab, bagaimana hukumnya? Hukumnya adalah WAJIB. Dalam Al-qur'an, terdapat ayat Allah tentang berhijab..

Yang pertama, surat Al-Ahzab ayat 59:

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al-Ahzab: 59)

Yang kedua, surat An-Nur ayat 31:

Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka. (An-Nur: 31)

Melalui kedua ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada setiap muslimah untuk menutup aurat, dan jelas sekali hukumnya wajib. Berhijab sendiri bukan hanya sekedar penutup kepala, tetapi pakaian yang menutupi seluruh tubuh aurat mereka, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan ada aturan dalam berhijab, yaitu pakaian yang sesuai syariat islam (syar'i)."

Naya terdiam, ia mulai merenungi setiap perkataan seorang Ustadzah yang berbicara. Naya melirik ke Sania, perempuan itu selalu menggunakan hijab bahkan saat Naya kerumahnya dia tetap menggunakan hijab di dalam rumah.

Sepulang dari kajian itu Naya kini mengeluarkan semua hijab yang ia punya di dalam lemari. Bahkan hijabnya sedikit karena ia jarang memakainya.

Apa ini saatnya untuk mulai berhijab?

Ya, mulai sekarang Naya akan belajar untuk selalu menggunakan hijab dan manutup aurat.

"Nduk, makan dulu." Bibi datang masuk ke dalam kamar Kanaya. Raut wajahnya terlihat kebingungan.

"Kok ini hijab nya dikeluarin semua nduk?"

"Naya mau belajar mulai berhijab Bi. Ini sengaja Naya keluarin semua mau Naya pilihin terus dijadiin di satu tempat."

"Ya Allah, Alhamdulillah. Naya tuh cantik lho kalau pakai hijab."

"Ih bisa aja Bibi."

"Nanti lagi nduk, sekarang makan dulu ya." Naya mengangguk.

Setelah makan Naya menelepon Nandhini. Ia mulai menceritakan kegiatan hari ini dan ia meminta pendapat ibu sambungnya itu karena Nandhini sudah berhijab sejak lama.

Tentu saja disambut antusias oleh Nandhini. Nandhini langsung saja memanggil Aditya dan memberi kabar bahwa putrinya menelepon dan akan mulai berhijab. Memang Adit dan Nandhini pernah bilang jika lebih baik berhijab kepada Kanaya tapi mereka tidak akan memaksa.

****

"Nduk, Naya ini minta tolong dong belikan roti tawar di minimarket, sudah habis nduk. Belakangan ini Paman suka banget makan roti sama mentega."

"Siap Ndan!" Ucap Naya dengan mengangkat tangan hormat di depan bibinya.

Naya keluar menggunakan sepedah motor maticnya keluar dari pekarangan rumah. Angin malam ini cukup dingin. Naya keluar menggunakan sweater warna cokelat, training hitam panjang dan hijab sport warna hitam.

Masuk ke mini market ia mulai mencari barang yang dibutuhkan, sekalian ia membeli beberapa macam camilan seperti aneka keripik dan wafer keju kesukaan Bibinya.

Setelah semua masuk di keranjangnya, Naya melangkah menuju kasir yang sepi jadi Naya tidak perlu mengantri. Saat Mbak kasir sedang menghitung belanjaan Naya...

"Kanaya?" Panggilnya, Naya membalikkan badan.

"Mas Arga?" Panggil Naya dengan lirih.

"Iya, ini saya dik."

Naya kembali dipertemukan dengan Arga.Wajah sang pria terlihat sedikit kacau. Matanya menatap dengan sedih.

"Totalnya 63.500 Kak." Buru buru Naya mengambil uang dan memberikanya kepada kasir.

"Uangnya 65.000, kembalinya 1.500 ya Kak. Terima kasih."

"Terima kasih kembali."

"Dik, bisa berbicara sebentar?"

"Iya Mas, monggo (silahkan.)"

Keduanya keluar dari minimarket. Di teras terdapat kursi, mereka berdua duduk disana.

"Mau bicara apa Mas? Maaf saya sedikit terburu buru."

"Kenapa kamu blokir semua akses saya untuk menghubungimu dik?" Tanya Arga dengan sedih. Dia masih belum bisa berpaling.

"Itu lebih baik untuk dilakukan Mas Arga."

"Saya sangat rindu sama adik, kamu juga kan?"

Dalam hati Naya sudah menjerit mengatakan 'YA' tapi tidak mungkin jawaban jujurnya dikatakan secara gamblang.

"Tidak, saya izin pamit Mas sudah ditunggu Bibi."

"Bohong, sekarang kamu jadi pembohong Kanaya?"

"Maaf mas, tolong jangan begini. Kasian calonnya Mas kalau lihat. Saya pamit."

"Dik saya masih cinta sama kamu!" Langkah Naya terhenti.

"Saya bersyukur datang ke Magelang hari ini, ternyata Allah mempertemukan kita lagi."

"Mas lupakan Naya, meskipun sakit."

"Sejak kapan kamu pakai hijab dik? Kamu cantik, Masyaa Allah." Ucap Arga, tapi Naya senantiasa menunduk. Ia tak mau menatap mata Arga. Bisa runtuh pertahananya.

"Saya mau belajar berhijab Mas mulai hari ini juga belajar mengikhlaskan Mas Arga." Naya tersenyum tipis.

"Saya Pamit mas, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Kemudian ia menuju motornya dan meninggalkan pelataran minimarket tersebut dengan perasaan gundah. Mata Arga tak lepas melihat pergerakan mantan kekasihnya hingga hilang dari penglihatanya.

____________________________________________

BERSAMBUNG...

Masyaa Allah , Kanaya sudah mulai belajar pakai hijab. Mas Arga makin kesemsem gak ya??

Jangan lupa vote, tekan bintangnya ya teman teman.

Terimakasih, sampai jumpa di chapter selanjutnya.👋🏻❤

Dapatkah Kita Bersatu ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang