8

5.2K 623 41
                                    

"what is mine, will always be mine"
.
.
.

langkahnya terus berlari mencari keberadaan manusia Kesayangan nya.. seolah waktu mencekatnya untuk lebih cepat menemukan caine.

mata setajam elang itu tampak menantang.. pupilnya meng-ungu sempurna, menggunakan insting nya untuk menerka lebih cepat.

hingga langkahnya terhenti di sebuah stadion olahraga.. entah apa, namun insting nya menyakinkan nya jika caine ada di stadion itu.

"dimana manusia itu?" ucapnya pada diri sendiri, auranya gelap dan begitu kental.. langkahnya tenang memasuki stadion itu.

benar saja, disana caine tampak duduk sambil memandangi kesepian.. matanya masih berkaca-kaca.

"caine.." panggil Kenzo tenang.. sementara caine hanya menoleh, jika hatinya tak menahan.. rasanya saat ini ia ingin berlari memeluk Kenzo.

"ya..?" caine tampak murung.. bibir plum nya mengerucut sebal, sebenarnya jika Kenzo tak mencintai nya tak ada yang salah.. namun mengingat waktu itu Kenzo mengecup bibirnya rasanya masih sakit.

"Kau sedang sedih? biarkan aku duduk di sampingmu" tawar Kenzo yang hanya di jawab anggukan oleh caine..

mereka terus diam.. suasana menjadi canggung dan sangat menyiksa kedua insan ini..

"Kenapa kau jadi diam seperti ini?" tanya Kenzo tenang sambil memandang kedepan..

caine mendengus sebal.. apa pria di sampingnya ini tak mengerti jika dia sedang cemburu?

"Kau masih bertanya? saat kau mencuri ciuman pertama ku.. dan mencuri hatiku, dan sekarang kau malah bersama pria lain" jelas caine sambil menunduk..

Kenzo mengernyitkan dahi nya tak mengerti.. sementara caine semakin geram dan mengangkat lengannya sangat ingin memukul wajah Kenzo.

"haha.. pukul saja wajah ku, aku memang menyebalkan.. tapi tolong jelaskan lebih detail kesalahan ku" bisik Kenzo serak.. membuat caine mau tak mau luluh dan menurunkan lengannya, nafasnya tercekat..

"aku tidak mau menjelaskannya! Nanti aku menangis" jujur caine sambil mengerucutkan bibirnya..

"perlahan, jelaskan perlahan jika kau sampai menangis.. aku akan meminjamkan pundakku" tawar Kenzo yang membuat caine sedikit tenang.. dan mulai menjelaskan lebih detail.

"a-aku.. aku cemburu saat melihat mu memberikan coklat pada bocah berambut biru itu..-" belum sampai caine menjelaskan semuanya.. air matanya sudah jatuh membasahi pipinya, tanpa permisi.. ia duduk di pangkuan Kenzo dan melanjutkan tangisannya di pundak nya Kenzo.

"begitu.. jadi karena itu, hum?" lengan Kenzo mengelus surai rambut merah milik caine, sedangkan caine hanya mengangguk sambil menangis sesenggukan.

Kenzo menunjukkan sekotak coklat itu pada caine..

"Maksudmu coklat yang seperti ini?" caine tampak terkejut.. nafasnya masih sesenggukan, matanya sembab dan hidungnya memerah.

"ya.." jawab caine menundukkan wajahnya.

"kalau begitu kau salah paham, caine. aku hanya menawari bocah itu pekerjaan.. dan coklat ini, rencana nya akan ku berikan padamu. tapi jika itu membuat mu sedih, maafku padamu" jelas Kenzo mengangkat dagunya caine.. caine sendiri tampak terkejut dan salah tingkah.

"Em.. maafkan aku karena telah salah paham padamu, Kenzo.." caine tampak sangat malu saat ini.

"tak apa, setidaknya sekarang kau telah paham bukan?" Ucap Kenzo sambil mengelus pipi caine yang sudah memerah..

"and now, will you accept my chocolate and dance with me tonight?" bisik Kenzo sensual di telinganya caine..

tubuhnya berjengit terkejut mendengar bisikan Kenzo..

"u-um.. i will, Kenzo" kenzo bangkit dan langsung mengulurkan lengannya dan di terima dengan hangat oleh caine..

seakan seluruhnya mendukung.. rintik salju turun, bulan bersinar terang dan suasana yang romantis.

satu lengannya Kenzo menggenggam lengan nya caine dan sebelahnya lagi, lengannya menarik pinggang rampingnya mendekat..

caine dengan ragu sekaligus malu.. membiarkan lengannya bertengger di pundak lebarnya Kenzo.

mereka berdansa penuh hikmat.. seakan saat ini, dunia hanya milik berdua.
.
.
.
TBC
do not copy 🚫

THE DEVIL GANG AND HIS DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang