"seperti yang kau lihat, dia bahkan masih memiliki hasrat untuk melindungi orang yang sudah mati sekalipun."
.
.
.
pagi hari adalah waktu dimana seisi seluruh wilayah kekuasaan deathdemon mulai menyenjangkan aktivitas mereka, entah mengasah kemampuan bertempur atau mengurus segala kebun dan taman bagi para wanita.begitu pula pria manis yang berusaha menyibukkan dirinya di perpustakaan kerajaan, membaca satu-persatu buku yang menurut nya menarik.
namun apa yang selanjutnya menjadi perhatian nya adalah saat seorang pelayan yang pernah bertanya arti cinta padanya tampak sedang mengintip nya.
"hey, kemarilah bergabung dengan ku.." ajak pria manis itu dengan ekspresi yang tidak terganggu.
sang pelayan itu mengangguk sambil berjalan malu-malu duduk di samping caine.
"huft.. sejujurnya aku cukup bosan, tak ada buku yang begitu menarik bagiku.. semua hanya tentang silsilah kerajaan" keluh caine menatap penuh keramahan pada pelayan itu.
"ah apa yang harus saya lakukan agar tuan tidak bosan?" cicit pelayan itu.. dengan senyuman termanis miliknya.
caine mengangguk.. ia memang harus memikirkan apapun yang bisa di lakukan agar tidak bosan, namun mengingat pertanyaan yang pernah di layangkan pelayan itu padanya.
"kalau begitu, bisakah kau menceritakan kisah cintamu?" pinta caine dengan ekspresi menggoda, berbeda dengan ekspresi sedih yang tiba-tiba terlihat di wajah pelayan itu membuat caine hampir mengurungkan niatnya untuk pertanyaan itu.
"tak begitu baik." jawaban dari pelayan itu sekali lagi memancing gubrisan dari caine, pria manis itu menatap penuh harap.. seakan ingin mendengar ceritanya.
"cintaku bertepuk sebelah tangan, saat melihatnya bersanding dengan wanita lain.. aku baru sadar jika kami tak saling terpaut, meski berkali-kali mencoba mengejar.. sia-sia, semua usaha terasa begitu hambar di bibir nya.. bahkan saat aku melukai orang lain demi mendapatkan nya, begitu dingin tak bersahabat.. hingga aku memutuskan untuk membunuh diriku sendiri dan membiarkan perasaan ku tenggelam dalam kegelapan begitu saja." sesak pelayan itu sambil terus terisak di setiap kata ceritanya.
caine yang mendengar ceritanya menjadi begitu bersimpati, lengan lentik itu menarik punggung pelayan itu merengkuh nya di dalam pelukan yang begitu hangat.
"aku mengerti apa yang kau rasakan, tapi sejujurnya kau bisa merasa di cintai.. meskipun bukan dari seorang kekasih." ucap caine lembut.
"maksud anda, tuan?" lirih pelayan itu masih dalam kesedihannya.
pemuda manis itu tak menjawab, ia hanya beranjak dari duduk nya memetik satu kuntum mawar dari jendela kerajaan.
"siapa namamu?" tanya caine dengan begitu riang..
sang pelayan masih menatap bingung namun sedikit demi sedikit..
"Isabella archiviste.." jawab pelayan itu gugup.
berbeda dengan caine, pemuda manis itu langsung mengangguk sambil tersenyum..
"nama yang indah, panggil aku.. caine, aku tak ingin mendengar mu memanggil ku tuan atau manusia lagi" tukas pemuda manis itu sambil menyelipkan beberapa kata pujian di kalimatnya.
"terimaka-"
"kau tak perlu berterimakasih.. kita bisa bersahabat, isabella! dan mawar ini sebagai tanda agung persahabatan kita.." pemuda manis itu bergumam, mengulurkan sekuntum mawar yang telah di petik nya.. sambil sok puisitis di depan pelayan itu.
tak ada yang bisa terucap di bibir tebal nya Isabella.. ia hanya menerima sekuntum mawar nya dengan sedikit menggeleng dan tersenyum melihat tingkah caine.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL GANG AND HIS DESTINY
Teen Fictiontentang seorang iblis yang di buang ke dunia manusia, karena perilakunya yang tak pernah setia pada satu permaisuri saja.. membuat sang raja iblis muak dan mengasingkan putranya ke dunia manusia, apa lagi pekerjaan yang mudah dan tanpa keterangan lu...