Blood Sweat and Tears [Brightwin]

BW 1

Bright dan win saat ini sudah sampai di apartemen yang cukup luas jika hanya diisi oleh bright seorang. Win mengikuti langkah suaminya itu sambil membawa kopernya.

"Ngapain kamu ngikutin saya?"

"Maaf mas, win mau istirahat mas"

Win terkejut ketika suaminya itu melarangnya untuk masuk ke dalam kamar dengan perkataan yang dingin tak seperti biasanya ketika mereka masih tinggal dirumah ayah win.

"Jangan masuk kamar saya karena saya tidak mau berbagi tempat dengan kamu.. Itu kamar kamu. Jangan ganggu saya karena saya mau istirahat"

"Ta.. Tapi mas. Bukankah mas suami win"

"Saya memang suami kamu tapi kamu orang asing bagi saya. Ingat itu"

Deg

Win mematung dan masih setia menatap nanar pintu kamar suaminya yang sudah tertutup itu. Pikirannya tidak karuan saat ini, dia takut. Jika bright tak memperlakukannya dengan baik.

Dengan langkah kecil, win membawa tubuhnya untuk memasuki kamar di sebelah kamar suaminya.

Air mata win sudah menggenang dipelupuk matanya dan jika dia berkedip maka air mata itu akan tumpah membasahi pipinya.

"Ayah.. Win sendirian ayah. Kenapa ayah tinggalin win sendiri hiks"

Win membuka kopernya dan mulai menata baju-bajunya didalam lemari supaya tidak berserakan dimana-mana. Tangannya berhenti ketika melihat buku nikahnya.

"Kalau mas tidak mencintai win, setidaknya jangan kasari win ya mas. Win mohon sama mas, win udah gak punya siapa-siapa lagi mas. Win cuma punya mas saat ini"

Air matanya terus mengalir hingga kantuk perlahan menyerangnya. Waktu sudah menunjukkan tepat pukul 4 sore namun win tidak peduli karena dia ingin benar-benar tidur saat ini di tambah pusing dikepalanya yang tiba-tiba menyerang.

Sudah hampir 2 jam win tertidur. Hingga saat ini dia merasakan ada yang membuka selimutnya secara paksa.

"Heh... Bangun"