Blood Sweat and Tears [Brightwin]

BW 4

Malam ini, win duduk sendirian diruang makan sambil menunggu suaminya itu pulang. Dia telah memasak makan malam untuk mereka malam ini.

Sudah lama win menunggu namun suaminya itu tak kunjung pulang juga bahkan sudah melewati jam makan malam.

Win memutuskan untuk menunggunya di rumah tamu karena lebih dekat dengan pintu utama apartemen.

Dia mendudukkan dirinya pada sofa lalu meletakkan bantal di pangkuannya.

"Ini udah hampir jam 9, kok mas bright belum pulang ya dari kerjanya. Apa dia lembur.. Huuh aku takut jika harus menelfonnya"

Karena bosan hanya duduk saja, win merebahkan tubuhnya namun tidak jadi ketika mendengar pintu apartemennya terbuka yang menandakan ada seseorang yang masuk. Win yakin bahwa itu adalah suaminya.

"Mas.. Sudah pulang. Kok pulangnya malam sekali mas"

"Kamu buta apa gimana sih hah.. Kalau saya sudah disini ya berarti saya sudah pulang"

Win hanya mampu menundukkan kepalanya melihat suaminya yang tampak marah padahal dia hanya bertanya perihal mengapa suaminya itu pulang telat. Bagi win itu adalah pertanyaan wajar disaat seorang pasangan mengkhawatirkan keberadaan pasangannya.

"Mas... Win sudah masak makan malam untuk mas. Mas makan dulu ya mas"

"Saya capek, gak ada waktu buat makan. Saya mau mandi"

"Mas... "

Panggilan win tak dihiraukan sama sekali oleh suaminya. Masakan yang ia masak malam ini akan sia-sia saja karena suaminya tak mau untuk sekedar mencicipinya. Dia bawa langkahnya menuju ruang makan dan mulai memakan makan malamnya sendirian.

Disaat makan, air mata win terus mengalir tak bisa dibendung lagi mengingat usaha dia masak makan malam untuk suaminya namun tak disentuh sama sekali.

Sungguh perihal makan sambil menangis adalah suatu hal yang menyesakkan dada dan begitu menyakitkan.