Bismillah
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Q.S Al-Israa : 32
Happy Reading ...
***
Sebenarnya, Aira tahu bahwa Iqbal dan Indra tengah membicarakan dirinya. Bagaimana tidak merasa? Disana hanya ada mereka. Aira sendiri juga sangat tidak nyaman. Tapi sebenarnya Iqbal itu walaupun sepupu, Iqbal merupakan sepupu sepersusuan. Jadi mereka berdua termasuk mahram.
Terlebih, Aira dan Iqbal sangat dekat dari mereka kecil sampai Aira duduk dibangku SMP. Berpisah selama tiga tahun lebih tak membuat mereka canggung.
Aira merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia mempunyai dua adik. Satu laki-laki dan satu perempuan. Yang laki-laki sudah duduk dibangku SMA. Sedangkan yang perempuan masih SMP kelas satu.
***
Iqbal menghampiri Aira yang sudah selesai mengepel lantai."Ai, maaf, ya," ucap Iqbal. Aira menatapnya. "Kenapa, Kak?"
"Kakak tahu kamu itu ngerasa kami tadi bicarain kamu," jawab Iqbal.
Aira mengangguk samar. "Nggak papa."
"Tetap semangat kerja, Ai. Buktikan kalau kamu itu bisa!" kata Iqbal memberi semangat.
Aira yang heran hanya mengangguk. Ia tidak ingin bertanya lebih lanjut.
"Iya, Kak. In syaa Allah!" ujar Aira semangat.
Iqbal tersenyum. Aira memang terlihat dingin dan cuek ketika diluar. Atau lebih tepatnya bersama dengan lelaki bukan mahramnya. Tapi kalau bersama orang-orang terdekatnya, Aira tak sungkan untuk bersikap ceria.
Aira bekerja dengan sungguh-sungguh. Sebelum bekerja, Aira selalu berdo'a. Ketika bekerja, Aira juga selalu menyempatkan dirinya untuk terus berdzikir dan bersholawat.
"Permisi, Mbak," ucap seorang lelaki.
Aira yang memejamkan mata sembari berdzikir membuka matanya. Lantas, ia berdiri.
"Iya, ma-- loh?" Aira terkejut. Orang yang berada didepannya pun terkejut.
"Aira?"
Aira segera menundukkan pandangannya.
"Lo kerja disini?" tanya lelaki itu yang ternyata adalah Regan.
Aira mengangguk samar. "Iya. Lo mau pesan apa?" tanya Aira.
Pertanyaan Aira membuat Regan mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh.
"Milkshake choco sama tiramisu," jawab Regan setelah terdiam beberapa detik sembari membaca menu-menu di meja kasir.
"Oke. Silahkan duduk. Ditunggu, ya" ucap Aira sembari mencatat pesanan Regan. Regan hanya tersenyum menanggapi kemudian pergi.
Regan duduk samping jendela. Itu kebiasannya. Jika biasanya ia akan sibuk dengan ponsel atau memperhatikan luar jendela, kali ini tidak. Regan memperhatikan Aira yang bekerja.
Regan tersenyum kecil. Aira, gadis pendiam dan cuek yang berhasil mencuri hatinya. Ia menyukai gadis itu bukan karena rupanya. Melainkan karena kerendahan hatinya. Tiga tahun kuliah bersama, membuat Regan cukup mengenal Aira.
Entahlah. Regan juga merasa bahwa dirinya belum mengenal Aira. Gadis tertutup yang bahkan tidak Regan ketahui apa-apa. Bahkan ketika dirinya mencari akun sosmednya, hanya ada tulisan dan vidio motivasi. Bahkan foto profilnya hanya tulisan. Sama sekali tidak ia jumpai foto-fotonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indra Aira
Romance"Saya terima nikah dan kawinnya Aira Humaira Azzahra binti Ahmad Hidayat dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Pernikahan didasari dengan keterpaksaan. Kedua insan yang awalnya tak saling mengenal menyatu dalam ikatan suci. Indra Fadil Dirgantara...