Bismillah ...
Happy Reading ...
***
Pukul 21.20Aira baru saja keluar dari kampus. Ia sudah memesan taksi online. Rasanya, Aira trauma jika harus menaiki motor. Motornya yang kemarin entah ada dimana. Dalam diam, sebenarnya tersimpan rasa trauma karena kejadian malam itu. Entahlah, Aira selalu gemetaran dan gelisah setiap mengingatnya.
Aira sampai didepan apartemen Indra. Ia segera melangkahkan kakinya masuk. Namun, ketika sampai didepan lift, sebuah suara menghentikannya.
"Aira?"
Aira terkejut. Ia menoleh dan lebih terkejut ternyata Regan yang memanggilnya. Sepertinya ia baru pulang juga. Tapi, apa yang dilakukannya disini?
"Iya." Aira segera menundukkan pandangan.
"Lo ngapain disini? Kok belum pulang?" Yang lelaki itu tahu, Aira tinggal di kos-kosan.
Aira bingung harus menjawab apa. Apa harus berbohong?
"Itu ... gue ...."
"Dia ada urusan sama gue." Sebuah suara yang Aira kenal tiba-tiba muncul.
Aira berbalik. Indra berjalan mendekati dengan kedua tangan dimasukkan ke saku hoodie yang dikenakannya. Sepertinya lelaki itu baru dari luar.
Mata Regan memicing menatap Indra. "Urusan? Urusan apa? Sama Aira?"
"Aira karyawan di kafe gue kalau lo belum tau. Gue minta kesini karena ada yang mau gue kasih sama dia," kata Indra tanpa terlihat gurat kecemasan di wajahnya.
"Kenapa harus malam? Bang, nggak baik malam-malam gini ketemu cewek. Bahaya."
Mata Indra menyipit. "Gan, kok kelihatannya lo peduli banget sama Aira?"
"Jelas gue peduli. Dia itu cewek, Bang. Nggak boleh berduaan sama yang bukan mahram."
Aira merasa tak nyaman dengan situasi ini.
Indra menyodorkan paperbag pada Aira. "Ini yang mau gue kasih. Lo santai aja napa, sih. Gue cuma mau kasih ini karena dia pulang kampus, kan ngelewatin apartemen ini. Habis nerima ini dia juga pulang." Setelah mengatakan itu, Indra pergi meninggalkan keduanya.
Aira menatap paperbag ditangannya bingung.
Regan menghela nafas. "Ra, lo mau pulang?"
Aira mengangguk. "Iya. Gue pulang. Assalamu'alaikum," ucap Aira dan mulai melangkah pergi.
"Eh, tunggu!"
"Lo pulang naik apa?"
"Taksi."
"Gue anterin aja, ya. Jarak dari sini masih lumayan jauh lho."
"Makasih. Tapi maaf, gue bisa pulang sendiri."
"Bahaya kalau lo pulang sendiri, Ra."
"Gue udah biasa, Regan."
Nada bicara Aira sedikit berubah. Regan paham Aira yang tak mau diusik. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya.
"Yaudah. Maaf kalo ganggu. Lo hati-hati di jalan. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab Aira. Ia menghela nafas. Ada sedikit perasaan menyesal setelah mendengar nada bicara Regan yang sepertinya kecewa. Tapi, apa boleh buat. Aira tidak ingin menambah kebohongan lagi.
"Astaghfirullah," ucap Aira lirih.
Aira memastikan keadaan. Apa masih ada Regan atau tidak. Setelah dirasa Regan tidak ada, Aira bergegas berlari menuju lift.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indra Aira
Romance"Saya terima nikah dan kawinnya Aira Humaira Azzahra binti Ahmad Hidayat dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Pernikahan didasari dengan keterpaksaan. Kedua insan yang awalnya tak saling mengenal menyatu dalam ikatan suci. Indra Fadil Dirgantara...