Bab 4 (Suami Istri)

486 15 0
                                        

Bismillah ...

Happy Reading ...

***

"Apapun yang terjadi. Pokoknya Indra nggak mau mempertahakan pernikahan ini, Yah!" Indra mulai meninggikan nada bicaranya tanpa sadar.

Anda menghela nafas. Ia tetao mencoba tenang. Andra tahu bahwa putranya ini tidak bisa dihadapi dengan sikap emosional.

"Ini pernikahan. Bukan mainan," ucap Andra.

"Indra tahu, Yah. Tapi ini juga sangat konyol kalau Indra nikah sama ... gadis yang nggak Indra cintai bahkan Indra sama sekali nggak mengenalinya."

Andra menggeleng pelan. "Lalu, setelah bercerai, kamu siap menikahi pacarmu?" ujar Andra datar.

"Ayah ...." Indra mengusap wajahnya frustasi. Pilihan ini membuat hidupnya seakan kacau. Ia sulit untuk mengendalikan emosinya sekarang.

"Lupakan soal Indra dan Acha. Coba Ayah pikirkan si ... perempuan yang baru Indra nikahi beberapa jam lalu. Gimana sama hidup dia? Kami sama-sama terpaksa menjalani ini. Gimana orang tua dia? Coba Ayah pikirkan tentang perempuan itu, Ayah," kata Indra bersikeras membujuk Andra.

Andra menyeruput teh hangatnya pelan. "Kamu nggak perlu khawatir soal itu. Aira, istri kamu bersedia untuk tetap mempertahankan pernikahan kalian," kata Andra.

Indra membelalakan matanya. "Maksud Ayah?"

"Aira siap mempertahankan pernikahan kalian. Dia juga setuju untuk bertahan menjadi istrimu," ulang Andra tegas.

Indra menahan emosi.

"Indra tetap nggak mau!"

Andra menghela nafas pelan. Ia menatap putranya tajam. "Baiklah jika itu maumu. Tapi Ayah punya syarat."

"Apa syaratnya?"

"Sama seperti Aira. Kalian harus pertahankan rumah tangga kalian minimal sampai tiga bulan. Kalau setelah itu kalian tetap kekeuh untuk berpisah, maka ... Ayah tidak bisa melakukan apa-apa."

Indra terkejut. "Kenapa harus sampai tiga bulan, Ayah?" protes Indra.

"Kamu harus memenuhi syarat itu dulu. Kalau enggak, semua aset yang kamu punya Ayah ambil semua. Termasuk tinggal di rumah ini."

Indra terbelalak.

"Bagaimana, Nak?"

"Oke, hanya sampai tiga bulan."

***
Pukul 21.00

Aira baru saja melipat mukenanya setelah selesai membaca Al-Qur'an. Suaminya yang ia ketahui bernama Indra itu sejak setelah makan malam belum kembali ke kamar.

Perlahan, Aira duduk di pinggir kasur king size milik suaminya. Ia menatap sekeliling kamar. Namun, yang dipikirannya saat ini bukanlah isi kamar yang mewah itu. Namun, serangkaian kejadian demi kejadian yang ia alami hingga sampai dirinya menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal.

Menikah? Suami? Rasanya ia masih tak percaya dengan semua itu. Lalu dirinya sudah menjadi istri? Istri? Sungguh tak bisa dipercaya.

Asik dengan lamunan, terdengar pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok lelaki tampan yang kini menatapnya tajam. Aira sedikit terperanjat.

Indra masuk dan menutup pintu. Ia mendekati Aira dengan sorot mata masih tajam.

Melihat tatapan itu, Aira berdiri. Ia berusaha tersenyum meski ia merasa tubuhnya membeku.

"Ngapain lo duduk di kasur gue, hah!" kata Indra membentak tapi tidak dengan nada begitu tinggi.

Aira menunduk. "Maaf," ucapnya.

Indra AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang