Bab 30. Pernikahan

224 10 0
                                    

~yang melamar duluan, dialah pemenangnya~


Akhirnya Gus Abyan telah melalui persyaratan yang Azura berikan. Dan memberi hasil laporannya kepada Azura, Gus Abyan berhasil i'tikaf selama satu bulan. Berdiam diri di masjid, memisahkan diri dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Alasan Azura memberi syarat itu, agar sebelum Gus Abyan mencintai dan mendekati dirinya, ia harus meminta keridhoan kepada sang pemilik cinta, sebelum kepada makhluknya.

"Nad, menurut kamu itu bagus gak, semua contoh surat undangan, sama beberapa baju buat di pernikahan," ucap Azura di dalam telepon. Setelah sebulan ini, ia mempersiapkan semuanya dengan matang, dan meminta penilaian kepada Nadira.

"Udah aku lihat semua contoh foto yang kamu kirim ke aku. Cocok kok yang itu, udah bagus... Aku setuju."

"Beneran?"

"Iya, Ra. Itu surat undangnya bagus, dan bajunya sangat mewah, pasti bakalan cantik banget di pake sama kamu. Beruntung ya kamu, Gus Abyan ngasih semuanya gak tanggung-tanggung. Jadi gak sabar deh aku, buat lihat kalian di pernikahan nanti."

"Makasih, Nad. Doain ya, semoga lancar. Pokoknya sebelum hari pernikahan, kamu harus datang duluan, kan nginap. Temenin aku," pinta Azura.

"Siap."

"Nanti habis ini, kamu nyusul ya..."

"Nyusul? Hilalnya aja belum kelihatan, mau nikah sama siapa aku."

"Jangan bilang gitu, nanti juga dateng. Tunggu aja dulu."

"Iya deh, sekarang gapapa kita nikahnya gak barengan. Tapi, semoga nanti kita hamilnya barengan ya."

Azura cengengesan, "iya deh iya, nanti kita jodohkan anak kita." Lalu keduanya hanyut dalam tawaan.

***

Hari itu tiba, dimana pernikahan sudah nampak di depan mata. Undangan tersebar dimana-mana, apalagi temannya Gus Abyan banyak, sesama kalangannya. Dan sederetan dari temannya Pak Kiai. Pernikahan berlangsung di pesantren, tepatnya di Masjid pesantren Al-furqan. Semua orang menyaksikan pernikahan ini. Dari semua santri putra putri ikut dalam berlangsungnya acara. Nampak Azura yang sedang di make-up oleh seorang MUA di kamar tamu Pak Kiai. Azura bersama Yunita menuju pesantren dari subuh tadi, setelah sampai di rumah Pak Kiai, di persilakan untuk ke kamar tamu dan untuk di make-up. Polesan make-up mulai terhias di wajah indahnya. Dengan gaun berwarna putih dan hijab syar'i, dan mahkota di atasnya.

Kini jam menunjukkan pukul delapan tepat. Gus Abyan dengan pesona ketampanannya segera untuk memasuki masjid. Jantungnya berdegup kencang mempersiapkan kalimat sakral yang akan diucapnya. Seluruh santri ikut senang dalam pernikahan ini, dan turut mendoakannya. Santri serentak memakai baju berwarna putih, dan menyaksikan kelangsungannya di masjid.

"Alhamdulillah, pak penghulu sudah datang," ucap Pak Kiai. Lalu Pak penghulu menyiapkan semuanya, dan mulai menggenggam mik.

Azura dituntun dalam berjalan menuju masjid. Gaunnya yang begitu mewah, dibantu oleh beberapa santri agar tidak tergupai. Masjid yang sangat luas, ia menjadi saksi tempat Atas pernikahan mereka.

Azura duduk di barisan belakang, dengan di lingkari santri putri. Mendengar langsung lafadz ijab qobul dari Gus Abyan. Di samping Azura ada Yunita yang terkesiap, dan menggenggam tangan putrinya. Karena Ayah Azura sudah meninggal, maka digantikan oleh wali hakim.

"Bagaimana, sudah siap?" tanya Pak Penghulu.

"Siap, Pak," jawab Gus Abyan.

"Ya Abyan Zayyad Ghusyarib, Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Azura Nafeeza Syakila alal mahri tsalatsumiayat dirham wa khamsata 'asyaro jiram min almaedin alnafis, wa arba'atun waishruun ryalan, hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Dengan lantang Gus Abyan melafalkan qobulnya.

"Bagaimana para saksi?" tanya Pak penghulu.

"SAH!!" ucap seluruhnya dengan keras.

"Alhamdulillah, Baarakallaahu laka wa baaraka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khairin." Pak penghulu melanjutkannya dengan doa.

Azura menangis terharu, kini Gus Abyan sudah menjadi suaminya. Dirinya bersyukur memiliki imam yang baik seperti Gus Abyan. Mulai hari ini ia telah resmi menjadi suami istri, dan sebagian istri harus sepenuhnya patuh dan taat pada perintah suami. Ridhonya sekarang ada pada suaminya. Dan semuanya akan menjadi tanggung jawab suaminya.

Pernikahan yang terbilang idaman, dengan jumlah mahar uang tiga ratus dirham, lima belas gram logam mulia, dan uang senilai dua puluh empat riyal, dengan mata uang arab. Setelah itu dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Al-quran oleh Gus Abyan dengan hafalannya. Ia membacakan surah di dalam beberapa juz, dengan suaranya yang merdu menentramkan semua hati yang mendengarnya.

Kemudian Azura berjalan menujunya, mencium tangan untuk pertama kalinya. Lantas, Gus Abyan mencium kening Azura, memegang ubun-ubunnya, seraya membacakan doa dengan harapan agar pernikahan ini mendapatkan ridho dari Allah.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya."

Kemudian mereka meninggalkan masjid. Gus Abyan menggandeng Azura yang kini sudah menjadi istrinya. Di kelilingi santri, dan diiringi dengan suara hadroh oleh santri putra. Gus Abyan dan Azura akhirnya saling pandang, dengan tersenyum mesem-mesem. Dalam batin Gus Abyan, ia begitu memuji kecantikan istrinya.

"Azura, istriku. Aku akan membahagiakanmu, dan menjadikanmu bidadariku," gumam Gus Abyan.

Kedua pengantin duduk manis di pelaminan, di sampingnya duduk ditemani kedua mertua. Hari ini, tepatnya pada tanggal lima belas menjadi hari kebahagiaan mereka. Dimana mereka sudah resmi menjadi pasangan kekasih. Dan Yunita mengizinkan putrinya itu untuk Ikut dengan suami, tinggal di pesantren.

Semua tamu berdatangan, mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Semua hidangan telah di sediakan, dan dekorasi tenda yang sangat mewah. Tiba siang hari, pengantin berganti pakaian dengan warna biru muda.

"Meskipun kamu belum ada rasa, aku akan berusaha membuatmu agar mencintaiku," lirih Gus Abyan dengan senyuman.

Acara resepsi berjalan dengan lancar, pengantin berganti pakaian sebanyak lima kali dengan warna yang berbeda-beda. Hingga selesainya pada pukul sepuluh malam.




Lentera Hati Azura (END) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang