Bab 9. People come and go

151 8 0
                                    

~Setiap orang ada masanya.
Setiap masa ada orangnya.~

   Matahari mulai terbangun dari peraduannya. Sunrise di pagi hari yang terlihat begitu indah. Memancarkan kirana nya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan, dan mulai menghangatkan tubuh.

Kali ini Azura merasakan kembali t senang. Tetapi ini kebalikannya. Ayah pergi selama-lamanya. Hanya ada kerinduan, dan mungkin akan berkepanjangan." relung hati Azura.

"Ra..." panggil Bunda dari bawah.

"Sini sayang, ke bawah. Kita sarapan," ucap Yunita menyaringkan suaranya.

Azura segera turun ke bawah, menghampiri sang empunya suara.

"Iya Bun," sahut Azura setelah kakinya melewati semua anak tangga.

Azura terlihat cantik, ia memakai hijab berwarna hitam, dan baju yang ia gunakan adalah gamis berwarna biru muda. Sedangkan Yunita, hanya memakai kain penutup rambutnya dengan tidak sempurna, dan berbaju dress panjang.

"Sudah Bunda masakin, makanan kesukaan kamu. Ada jerk chicken, poutine, chili crab." beberapa makanan internasional tersedia di meja makan.

"Ini bunda yang masak semua?"

Bunda mengganguk, "Kedatangan kamu ke rumah ini harus bunda sambut dengan kehangatan, seperti dulu."

Kalau soal memasak Yunita sangat pandai. Sejak dulu ia berbisnis bersama suaminya ke luar negeri. Dan mencoba memasak makanan dari beberapa negara yang sudah ia kunjungi.

"Tapi sekarang sudah beda, Bun. Tidak ada lagi.. Ayah di rumah ini"

"Bunda merasakan hal yang sama seperti kamu, sayang. Kehilangan Ayah kamu, membuat Bunda terasa berat."

"Kita belajar ikhlas, sayang. Bagaimanapun kita harus menerima kenyataannya." Yunita menyambung perkataannya tadi.

"Iya, Bun"

"Yaudah ayok kita makan. Habiskan, makan yang banyak ya, sayang." tukas Yunita kepada putrinya.

Azura memberikan senyuman manisnya.

"Anak Bunda semata wayang ini ternyata sudah besar, cantik pula." ucap Bunda sembari mengambilkan beberapa makanan ke piring putrinya itu.

"Bunda bisa aja"

Kemudian mereka menyantapi hidangan itu. Meski Azura merasa tidak nafsu makan. Tetapi ia tidak tega jika tidak menghabiskan nya, karena Bunda sudah capek-capek memasak makanan untuknya.

"Alhamdulillah, kenyang. Makasih ya, Bun. Udah masakin ini semua. Ternyata Bunda masih ingat makanan kesukaan aku," ujar Azura.

"Iya, sayang" balas Yunita sembari mengelus kepala Azura yang dibaluti hijab.

"Aku bawa piring kotor ke belakang ya, Bun. Mau aku cuci,"

"Gak usah sayang, kamu istirahat aja di kamar" pinta Yunita.

"Gapapa Bun, biar aku aja yang cuci piring."

Azura membawa piring-piring kotor ke wastafel, diiringi bunda membawa piring yang masih terisi penuh makanan, ke rak makan.

Yunita memerhatikan cara Azura mencuci piring, ia tak menyangka putrinya sudah berbeda.

"Bunda, gak usah ngelihat aku kayak gitu." Azura sedikit malu.

"Bunda kagum sama kamu, Ra. Kamu udah beda jauh sama Azura yang bunda kenal dulu." Senyuman terlintas di raut Yunita.

"Pesantren mengubahku, Bun."

Lentera Hati Azura (END) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang