~Kabar baik selalu menyertai, bagi seseorang yang sabar dalam menantinya~
Mereka mengikhlaskan Tasya yang dijebloskan kedalam penjara, karena itu ulahnya sendiri. Hanya Bu Farida yang sebagai ibu, merasa tidak rela anaknya masuk penjara. Pak Kiai menenangkan istrinya, mencoba untuk menerima. Semoga hal ini membuat Tasya tersadar akan kejahatannya, dan tidak mengulanginya lagi.
"Huek," Azura merasa mual, padahal mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Terpaksa, Azura harus pergi ke kamar mandi, ingin memuntahkannya.
"Sayang," panggil Gus Abyan, ia langsung mengikuti Azura.
"Huek" lagi-lagi Azura merasa mual.
"Kamu kenapa sayang?" tanya suaminya dibalik pintu.
"Aku mual, Huek," balas Azura, di dalam kamar mandi.
Gus Abyan menunggunya sampai Azura selesai. "Gimana sayang? Masih mual?" tanyanya, setelah Azura keluar.
"Udah. Kok aku mual ya, terus pusing banget."
"Kamu masuk angin kali sayang."
"Iya kali ya, yaudah yuk kita ke sana lagi." Gus Abyan mengandeng tangan Azura untuk kembali ke ruang tamu.
"Byan, Azura kenapa?" tanya Pak Kiai.
"Gapapa kok, Abi. Azura sedikit mual dan pusing, kayaknya dia masuk angin." Gus Abyan dan Azura duduk kembali.
"Bukan," suara Hasna yang begitu nyaring, membuat semua tertuju padanya.
"Jangan-jangan," kata Pak Kiai.
"Azura hamil?!" Sahut Bu Farida.
"Iya, teteh harus periksa. Siapa tahu teteh itu hamil." Hasna begitu girang.
Gus Abyan tersenyum, jika hal itu memang benar, dirinya begitu senang. "Yaudah, tunggu apa lagi... Cepetan beli test pack," ujar Hasna.
"Oh yaudah, kalau gitu aku aja yang beli," kata Gus Abyan.
"Aku ikut," sahut Azura.
"Enggak sayang, kamu di rumah aja. Biar aku sendiri yang beli, oke."
Setelah Gus Abyan berhasil membelinya, langsung ia beri kepada Azura agar segera mengeceknya. Mereka menunggu hasilnya, dan tidak sabar untuk mengetahui hasilnya.
"Bagaimana?" tanya Gus Abyan setelah Azura mencoba melakukan test pack."
"Aku minta maaf," Azura tertunduk, sepertinya hasil tidak sesuai apa yang diharapkan semua orang.
"Gapapa kok sayang," jawab Gus Abyan ketika beberapa menit terjadinya hening.
"Aku, Aku hamil." Azura berhasil membuat semuanya tercengang. Awalnya ia mencoba untuk mengepranknya. Semua orang gembira melihat hasil yang sebenarnya, bahwa Azura hamil.
Gus Abyan mendekap erat Azura, dan mengelus-elus nya. Sebentar lagi dirinya akan menjadi Ayah, bahagianya tiada tara. "Makasih ya, sayang," ucap Gus Abyan seraya melepaskan pelukannya.
"Alhamdulillah, Abi juga ikut senang. Allah telah memberi titipan kepada kalian. Semoga kalian bisa menjadi orang tua yang amanah, dan merawatnya dengan baik." Pak Kiai memberi pesan, ia akan segera menjadi kakek dari anaknya Gus Abyan.
"Yaudah sana kamu berangkat kerja, nanti kesiangan," ucap Azura.
"Iya sayang, kamu jangan kemana-mana. Tetep di rumah, jaga kesehatan. Aku gak mau calon bayi kita kenapa-napa."
"Iya sayang, bawel."
Kemudian Gus Abyan pamit ke semuanya, ia menitipkan Azura kepada Hasna, agar bisa menjaganya dengan baik. Sebegitu khawatir dan antusiasnya terhadap istri tercinta, dan calon buah hatinya.
"Azura, kamu harus jaga kondisi kamu. Kamu lihat kan tadi, suamimu itu begitu mencemaskan mu. Maka, Abi akan membatasi kamu dalam mengajar. Mungkin untuk kondisi sekarang dan sampai kandungan kamu usianya lima bulan, Abi masih mengizinkan kamu mengajar. Tapi, selebihnya kamu off dulu ya. Kamu harus banyak beristirahat, dan menjaga kandungan kamu," pinta Pak Kiai, lalu di setujui oleh Azura.
***
Hari berjalan dengan biasanya, Gus Abyan yang bersemangat dalam berkerja, dan malamnya disibukkan mengajar santri, namun sesibuk apapun ia tak lupa selalu memperhatikan kondisi istrinya yang sedang hamil. Dan Azura yang berusaha belajar dengan banyak membaca buku, supaya menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Ia mempersiapkannya dengan matang-matang. Serta Pak Kiai, Bu Farida dan Hasna membantu Azura dalam menjaga kandungannya.
Yunita datang menemui putrinya, ia baru menyempatkan untuk bertemu Azura dan melihat kondisinya putrinya yang kini sedang mengandung dengan usianya yang menginjak dua bulan. Ia begitu senang mendengar kabar baik ini. Sebentar lagi ia akan menimang cucu.
"Selamat ya sayang, Bunda seneng banget ngedengernya," ucap Yunita.
"Iya, Bun."
Azura membicarakan soal kematian Ayahnya, dan memberitahu Yunita kejadian yang sebenarnya. Bahwa dibalik ini semua dalangnya adalah Jefran. Yunita meminta maaf kepada putrinya, ia tidak bermaksud merahasiakan semua ini. Dan Azura memakluminya, meski sedikit kecewa dan sedih, ia sudah memaafkan Bundanya.
"Pokoknya kamu harus banyak-banyakin minum vitamin. Buah-buahan, makanan yang sehat."
"Siap, Bun."
"Dan satu lagi, kurangi makanan makanan pedas sama air es." Yunita menatapnya.
Tring, bunyi pesan masuk. Segera Azura mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Sebentar Bun, ada pesan dari Gus Abyan."
Azura tergelak membaca pesan, mereka saling membalasnya, suaminya itu akan membelikan bermacam-macam buah, untuknya.
"Bunda bersyukur banget punya mantu kayak Gus Abyan. Alhamdulillah kamu nikahnya sama dia, gak sama Jefran. Bunda senang melihat kebahagiaan kamu bersama suamimu itu."
"Iya, Bun. Gus Abyan baik banget, suami yang pengertian."
"Dia pernah mukul kamu gak? Atau nyentak kamu?" Pertanyaan Yunita dibalas olehnya dengan menggeleng-gelengkan kepala.
"Gak pernah, Bun. Gus Abyan itu sesosok suami idaman banget."
Yunita tersenyum atas kebahagiaan anaknya itu. Mendoakan yang terbaik dalam rumah tangganya, dan semoga cucunya itu kelak membawa keberkahan dan penerus yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati Azura (END) TERBIT
Teen FictionGadis anggun dan juga cantik. Bernama Azura Nafeeza Syakila, nama yang indah begitu juga dengan rupanya. Dikenal sebagai Santri primadona. Azura dibingungkan oleh ketiga lelaki yang berniat ingin menikahinya. Salah satu diantara ke tiga hati itu, ha...