Bab 39. Kembalinya Jefran

191 9 0
                                    

~jangan biarkan masalalu terus mengganggu hidup kita. Alangkah baiknya kita selesaikan dahulu, sebelum memulai kehidupan yang baru~


Azura mengunjungi toko Gus Abyan ditemani oleh Hasna, melihat-lihat isi di dalamnya. Merasa bangga akan kesuksesan dan keberhasilan suaminya di toko ini. "Gus, kok muka kamu pucat sih," ujar Azura.

"Masa sih? Engga juga," jawab Gus Abyan tidak menyadari.

"Iya, Gus."

"Kok masih panggil Gus, akukan semalam udah bilang, harus mulai panggil aku dengan sayang," bisik Gus Abyan. Hasna yang menjadi

"Iya sayang, udah ah jangan keras-keras malu. Ini di toko," suara Azura terdengar begitu kecil. Gus Abyan hanya termesem-mesem.

"Kamu sakit?"

"Enggak sayang, aku gapapa kok. Mungkin kecapean aja," balas Gus Abyan.

"Istirahat aja kalau capek, aku gamau lho kamu sakit."

"Asik, istri aku perhatian banget."

"Hadeh, aku jadi kamcong nih," sahut Hasna.

"Kayaknya kita gak bakal lama-lama deh, soalnya aku mau antar Hasna ke supermarket," kata Azura.

"Oh gitu, mau aku antar gak?" Gus Abyan menawarkan diri untuk mengantarnya.

"Gak usah, kamu istirahat aja. Jangan capek-capek." Kemudian Azura meminta salah satu karyawan di toko itu, untuk menjaga suaminya. Agar memastikan suaminya itu baik-baik saja, dan jangan terlalu capek.

                                   ***

Sesampainya di supermarket, Hasna memilah-milah yang akan dibelinya. Dari mulai makanan dan kebutuhannya sehari-hari. Azura hanya membantunya, ia merasa tidak memerlukannya, maka tidak ikut membelinya. Karena Gus Abyan sudah memenuhi semua kebutuhannya, dengan menyetok semua yang dibutuhkannya.

"Udah banyak nih, teteh beneran gak bakal beli?"

"Enggak, Na. Gus Abyan udah menyetok semuanya, jadi aku gak usah ribet-ribet beli sendiri, kata dia."

"Hmm gitu, yaudah deh. Yuk ke kasir," ucap Hasna.

Ia segera menyerahkan belanjaannya ke kasir dan membayarnya. "Yuk, udah." Hasna telah membayarnya, dan keluar dari supermarket.

Mereka hendak memberhentikan sebuah Taksi, namun tiba-tiba saja ada yang menarik Azura. Seorang lelaki ditutupi wajahnya dengan kaos topeng, memasukkan Azura ke dalam mobil dan membawanya pergi.

"Teh Azura!!!" Hasna menjerit kencang. Namun, mobil itu terus melaju dengan cepat. Hasna berteriak meminta tolong. Tapi, tidak ada yang bisa membantunya. Ia langsung mengabari Gus Abyan, lewat telepon, dan memberitahunya.

"Hah? Kok bisa? Sekarang kamu ada di mana?" Gus Abyan begitu panik, dengan berita penculikan istrinya.

"Aku ada di depan supermarket, gak jauh kok dari toko Aa," jawab Hasna.

"Yaudah kamu jangan kemana-mana, tunggu. Aku ke situ sekarang."

Gus Abyan mengebut membawa mobilnya, setelah ia menemui Hasna dan langsung saja mengejar penculik itu. Mereka tidak mau kehilangan jejaknya. Gus Abyan menanyakan kepada Hasna siapa yang sudah menculik istrinya. Hasna pun tidak mengenal dan tidak tahu apa maksud dari penculikan ini.

"Kita lapor polisi aja gak sih?" tanya Hasna.

"Iya, Na. Kamu hubungi polisi, ketika kita sudah sampai, kamu berikan lokasinya. Hasna menelpon polisi, memerlukan bantuannya, agar penculik itu berhasil dan ditangkap. Sedangkan Gus Abyan pokus menyetir dengan kencang, membututi mobil penculik itu yang mulai semakin jauh.

                                    ***

"Kenapa kamu culik aku," ucap Azura.  Mereka berhasil menculik Azura, tangan dan kakinya terikat dengan tali yang mengikatnya di kursi.

"Hahaha."

"Harusnya kamu tahu diri, harusnya kamu nikah sama aku, Ra." Dibalik penculikan ini adalah Jefran, ia menyuruh dia orang lelaki menculik Azura dan membawa Azura ke hadapannya.

"Kamu gila."

"Iya, aku gila. Gila karena cinta aku ke kamu yang begitu besar," suara Jefran  sangat menyentak Azura.

"Maksud kamu apa sih, Jef. Tolong lepasin aku."

"Aku pengen cinta kita kembali, seperti waktu SMA. Dan kita nikah, hidup bahagia, hahaha."

"Gak. Aku tersiksa sama kamu, Jef. Kamu tempramen, aku bertahan sama kamu karena kamu terus-terusan mengancam aku."

"Aku gak pernah ngancem kamu, sayang." Jefran mengangkat kedua tangannya dan menyentuh wajah cantiknya Azura. Tak terima, Azura langsung mengibaskan wajahnya.

"Kalau kamu gak mutusin aku, dan memilih gak masuk pesantren, mungkin sekarang Ayah kamu gak bakalan mati, Ra."

"Maksudnya?!"

"Keluarga kamu sangat berhutang jasa, sama keluarga aku, bisnis keluarga kamu berhasil itu semua bantuan dari keluarga aku. Namun kalian begitu acuh dan angkuh dengan keberhasilan yang telah kalian capai, serta tidak membalas budi kepada keluargaku. Dan kamu, kamu malah memilih pergi, melupakan cinta kita."

Azura baru tahu yang sebenarnya, selama ini kedua orang tuanya menutupi itu semua darinya. "Hah? Cinta? Itu buka cinta, Jef. Kamu terlalu ambisius terhadap apa yang kamu inginkan, tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kamu pengecut yang bisanya mengancam, dan menyangkut pautkan kedua orang tua kita, dalam hubungan kita," balas Azura.

Jefran tersenyum sinis dengan mengangkat bibirnya. "Asal kamu tahu, Ayah kamu meninggal bukan karena penyakitnya. Bunda kamu telah membohongi kamu, padahal Ayah kamu itu tidak mengidap penyakit apapun. Bahkan dia tahu yang membunuh suaminya itu adalah aku. Aku yang udah nabrak dia sampai mati. Dan aku juga yang udah ngancem Bunda kamu, buat gak lapor polisi. Kalau dia coba-coba lapor polisi, siap-siap aja aku bakal hancurin hidup kalian, terutama kamu, Ra."

"Jahat kamu, Jef. Aku gak nyangka sama kamu. Kamu bukan manusia, Jef. Hati kamu dipenuhi rasa dendam.  Bersyukur aku gak nikah sama kamu." Azura meludah kesamping, karena ia sudah muak melihat Jefran.

Jefran langsung terbawa emosi, ia mencengkeram wajah Azura dengan keras. "Aw!" jerit Azura.

Datang Tasya dengan tepukan tangannya. Azura membesarkan bola matanya, terheran dengan kedatangan Tasya di sini. "Uc, kasihan sekali nasib kakak ipar ku ini," ucap Tasya.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?!" tanya Azura.

"Harusnya lo nikah aja sama Jefran. Maka nasib lo gak bakal semalang ini." Tasya bersekongkol dengan Jefran atas penculikan ini.

"Kamu ada dendam apa sama aku, Sya?"

"Gue benci sama lo. Meski Lo gak sama Fahrul, tapi lo malah jadi istrinya kakak gue, dan menjadi bagian dari keluarga gue. Harusnya itu gak terjadi!"

"Asal lho tahu, penculikan waktu dulu pas lo masih jadi santri, itu juga bagian dari rencana gue."

Azura menangis, ia ingin pergi dari tempat ini. Berharap suaminya datang, menolongnya.
"Aku minta maaf, lepasin aku. Tolong, kalian jangan bersikap seperti ini sama aku," ucap Azura.

Mereka tertawa bahagia atas kejahatannya. Lalu, datang Gus Abyan dan Hasna beserta polisi. "Jangan bergerak!" Polisi bersiap dengan pistolnya.

Gus Abyan membukakan talinya, dan memeluk istrinya yang menangis tersedu-sedu. "Kamu gapapa kan sayang? Kita pergi dari sini."

Gus Abyan menggendong istrinya menuju mobil. Jefran, Tasya, dan beberapa penculik suruhannya itu sudah diamankan oleh polisi, dan dimasukkan kedalam penjara.

Lentera Hati Azura (END) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang