~Nikmat dari Allah begitu terasa nyata. Bahkan, terkadang manusia sering lupa akan mensyukurinya~
Mata Azura mengerjap, membukanya perlahan. Dirinya melihat sekeliling kamar. Kali ini ia terbangun di tempat yang semestinya, bukan di tempat seperti kemarin. Gadis itu bersyukur, karena bisa selamat dari dua penjahat itu. Badannya mulai membaik, ia harus melakukan aktivitas seperti biasanya. Tidak bisa terbayangkan jika dirinya tidak bisa lolos dari penjahat itu, untungnya ada Gus Abyan yang berhasil menolongnya. Azura merasa tidak enak, Karena membuat semua orang mencemaskannya hingga mencarinya kemana-mana.
"Azura, bagaimana keadaan kamu sekarang?" tanya Ustazah Linda berpapasan dengannya.
"Alhamdulillah, Ustazah."
"Pak Kiai memberi amanat kepada saya untuk di sampaikan ke kamu. Kata Pak Kiai, kamu harus istirahat yang cukup, jika sudah membaik kamu di suruh menemui Pak Kiai" tukas Ustazah Linda menyampaikan amanat.
"Azura sudah membaik, Ustazah. Azura bisa kok menemui Pak Kiai sekarang" ujar Azura, wajahnya masih begitu pucat.
"Yakin? Gapapa kok nanti aja. Kamu istirahat dulu, jangan dulu beraktivitas" pinta Ustazah Linda serta memberinya vitamin.
"Di makan, ya."
"Terima kasih, Ustazah" balas Azura.
"Gini aja, kamu sarapan dulu, Ra. Kalau memang benar-benar sudah mendingan, kamu boleh menemui Pak Kiai"
"Iya, Ustazah."
Azura mengajak Nadira untuk bersarapan bareng. Setelah itu dirinya akan menemui Pak Kiai.
"Jadi, kamu di suruh menemui Pak Kiai?" tanya Azura setelah menghabiskan makanannya dengan suapan yang terakhir."Iya, Nad." Azura bercerita kepada Nadira tentang apa yang di sampaikan Ustazah Linda tadi.
"Mau aku antar gak?"
"Gak usah, Nad"
"Yakin, Ra?"
"Iya, Nad."
Setibanya Azura di rumah Pak Kiai. Azura mendapatkan beberapa pertanyaan dari Pak Kiai. Perihal penculikan itu. " Bagaimana kondisi kamu sekarang?" tanya Pak Kiai antusias.
"Alhamdulillah Pak Kiai, Azura sudah mendingan."
"Tolong jelaskan kejadian sebenarnya kenapa kamu bisa di culik"
Azura menjelaskan peristiwa itu, dimana kedua penculik membekapnya dan membawa ke sebuah rumah kosong. "Waktu itu setelah saya dari rumah Pak Kiai dan hendak kembali ke asrama, tiba-tiba saja ada yang membekap saya dari belakang. Saya tidak tahu siapa mereka. Disitu saya jatuh pingsan, ketika saya terbangun, saya sudah berada di sebuah rumah kosong yang jauh dari penduduk."
Pak Kiai mengernyit, siapa sebenarnya yang sudah menculik Azura. "Kamu ada masalah sama seseorang gak?" tanyanya.
Azura berpikir, bahwa dirinya tidak mempunyai masalah dengan siapapun. Bahkan santriwati dan yang lainnya tidak mungkin berniat jahat padanya.
"Enggak ada, Pak Kiai.""Oh iya, saya sampai ke rumah kamu, mencari kamu. Ternyata tidak ada, alhasil saya sudah membuat Bunda kamu khawatir." lirih Pak kiai.
"Bunda?"
"Iya, dan saya sudah berjanji kepadanya. Setelah kamu berhasil ditemukan, secepatnya saya akan mengabarinya. Ini, saya pinjamkan handphone saya. Kamu boleh menelpon Bunda, dan memberitahu kondisi kamu sekarang," ucap Pak Kiai lalu memberikan handphone nya.
"Terima kasih, Pak Kiai." Azura menerima handphone yang diberikan Pak Kiai dengan kedua tangannya, agar terlihat lebih sopan. Dan menghubungi Bundanya.
"Assalamu'alaikum, Bunda" ucap Azura ditelepon, setelah Yunita berhasil mengangkat telponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati Azura (END) TERBIT
Fiksi RemajaGadis anggun dan juga cantik. Bernama Azura Nafeeza Syakila, nama yang indah begitu juga dengan rupanya. Dikenal sebagai Santri primadona. Azura dibingungkan oleh ketiga lelaki yang berniat ingin menikahinya. Salah satu diantara ke tiga hati itu, ha...