~Sandikala itu telah hirap dari cakrawala, bersamaan dengan cerita kita yang telah usai.~
Angin malam di sertai timira.
Dihiasi Candra dan tara di cakrawala.
Malam dengan kesunyiannya, dan udara dingin yang menyergap disetiap nya.Malam ini adalah malam kedua Azura berada di rumah. Merasakan kembali kenyamanan suasana kamarnya yang sudah bertahun-tahun tidak ia tempati.
"Ternyata perpisahan yang paling menyakitkan adalah perpisahan karena kematian. Sekuat apapun merindukannya, ia tidak akan pernah kembali." Azura bergumam dalam lamunannya.
Sebelum ia memejamkan matanya, dengan badan terbaring di kasur mata melihat ke awang-awang atas kamar. Melamun dan berpikir sejenak, "Yah, Aku kangen banget... sama Ayah. Aku rindu suara Ayah, rindu bercanda sama Ayah."
Tak terasa air mata kian menetes, Karena rasa kesedihan dan kegundahannya. Kemudian Azura mengingat-ingat masa kecilnya bersama Ayah.
"Azura terakhir dengar ayah bulan lalu, di telepon. Tepat saat Ayah dan Bunda menanyakan kapan aku menikah. Sepertinya Ayah ingin melihat putrinya ini menikah."
"Tapi... Ayah terburu pergi. Hingga tidak bisa menyaksikan aku nikah nanti."
"Ra, cepat tidur sayang. Matikan lampunya." Terdengar suara Yunita, di balik pintu kamar Azura.
"Iya Bun," sahut Azura.
Sebelum tidur, ia ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu.
Lalu mematikan lampu nya. Bagaimanapun ia tidak mau tidur terlalu malam, ditakutkan nanti tidak bisa bangun untuk tahajud. Meski sedang di rumah, azura tidak pernah meninggalkan aktivitas biasanya seperti di pesantren.
Membaca doa, dan perlahan ia mulai mengatupkan matanya.
***
"Kamu siapa?" tanya Azura, ia di datangi lelaki berbaju Koko putih dengan tatapan begitu tajam.
Lelaki tersebut tidak menjawab, ia berjalan semakin mendekat, Azura memundurkan kakinya. Dan terheran-heran, siapakah sosok lelaki itu.
"Jangan macam-macam ya kamu!" Sentak Azura, ia merasa takut sosok lelaki yang mendekatinya.
Lelaki itu menatapnya secara mendalam. Sampai pada dinding tembok, Azura tidak bisa lagi berjalan mundur. Badan lelaki itu amat sangat dekat dengan Azura. Dan menjulurkan tangan kanannya, menempel pada dinding. Menghalangi agar Azura tidak lepas dari dekapannya.
"Mau ngapain kamu!" Azura ketakutan, ia sedikit histeris.
"Kamu jangan khawatir, sebentar lagi kamu akan menjadi istriku."
Mendengar ucapan dari lelaki asing itu, membuat Azura terbelalak.
"Maksud kamu apa?"Jefran datang dari belakang dengan memukul lelaki itu. Hingga lelaki itu jatuh tersungkur.
"Jefran?!" jerit Azura.
Lelaki berkokok putih itu membalas pukulan Jefran. Dan terjadilah keributan. Azura tidak tau ini dirinya berada di mana. Tempat ini begitu asing, hanya mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati Azura (END) TERBIT
Ficção AdolescenteGadis anggun dan juga cantik. Bernama Azura Nafeeza Syakila, nama yang indah begitu juga dengan rupanya. Dikenal sebagai Santri primadona. Azura dibingungkan oleh ketiga lelaki yang berniat ingin menikahinya. Salah satu diantara ke tiga hati itu, ha...