~Dicintai olehmu adalah suatu anugerah terindah~
"Kamu kapan bakal ngasih tahu ke Azura perihal sakit kamu ini a?" tanya Hasna.
"Kayaknya Azura gak harus tahu."
"Kenapa? Dia kan istri Aa, jangan ada yang ditutupi dari nya."
"Aku gak mau buat dia cemas."
"A, sakit Aa ini bukan main-main lho. Udah lama juga kan gak Check up."
"Aku udah pasrah, Na. Udah berbagai cara buat sembuh. Aku capek harus bergantungan sama obat."
"Aa harus semangat, A Byan yang aku kenal kan orangnya gak pernah ngeluh, selalu berusaha. Ayok kalau perlu kita ke Mesir lagi, buat melanjutkan pengobatan itu."
"Gak usah, Na. Aku ingin menjalankan semua takdir yang sudah Allah beri sama aku. Aku gak mau lari dari takdir ini."
"Jadi Aa gak mau sembuh? Aa mau ninggalin Teh Azura yang udah ditakdirkan sebagai istri Aa?" Hasna sedikit kesal dengan kakaknya yang keras kepala itu.
"Kita lihat aja, Na. Allah bakal ngasih jalan hidup aku seperti apa. Kalaupun harus berakhir dengan cepat, aku ikhlas. Aku udah capek sama semua pengobatan yang udah kita lakukan, namun tidak ada hasilnya."
"Tapi, Aa masih minum obat itu kan?"
"Kadang. Karena Azura jangan sampai tahu. Jadi, ketika meminum obat harus ditempat lain, supaya dia gak lihat."
"Berarti Aa udah jarang minum obat itu lagi? Gimana kalau nanti kambuh lagi?!"
"Udah ya, Na. Gak bakal ada ujungnya ngebahas penyakit aku. Kalaupun Allah harus memanggilku dengan cepat, aku siap. Dan aku titip Azura, istriku ya Na, kamu jaga dia."
"Enggak a, Aa pasti sembuh. Aku temani lagi ya buat berobat," bujuk Hasna.
"Kamu jangan terlalu mikirin Aa. Diri kamu juga, harus kamu pikirin. Ada Abi sama umi yang harus kamu banggakan. Dan aku harap kamu bisa jaga rahasia ini, cuma kita berdua yang tahu. Abi sama umi, dan yang lainnya jangan sampai tahu."
"Aku gak mau kehilangan kamu." Hasna memeluk Gus Abyan sembari menangis. Sebagai adik, ia sangat mencemaskannya. Apalagi perihal penyakit yang di derita oleh kakaknya itu.
***
Malam ini Gus Abyan sedang libur mengajar, ia mengajak Azura pergi ke belakang rumah, di sana ada taman dan bisa melihat langit malam yang begitu indah.
"Maasyaaallah, Gus. Bintangnya cantik sekali." Azura tertegun melihat atas langit yang dihiasi keindahan bintang.
"Iya." Gus Abyan menimpalinya dengan senyuman.
"Cantik, sama kayak kamu, Zura." GUS Abyan memujinya. Spontan Azura melirik wajah suaminya yang berada disampingnya itu.
"Kamu juga tampan, Gus." Gus Abyan terkejut, Azura membalas pujiannya.
"Bukan cuma kamu aja yang bisa gombal, puji aku terus. Aku juga bisa kok," ucap Azura.
"Memangnya aku tampan ya?" tanya Gus Abyan tidak percaya diri.
"Iya."
"Suaminya siapa dulu dong..."
"Suami akuuu..."
Mereka berdua tertawa bahagia, malam ini seperti hanya milik mereka berdua, dipenuhi obrolan dengan keromantisan dan candaan.
"Aku minta maaf ya, Gus."
"Maaf untuk apa?"
"Maaf, aku belum bisa jadi istri yang baik untuk Gus."
"Enggak kok, sayang."
"Gus aku mau mengatakan yang sejujurnya, gak mau ada yang aku tutupi dari kamu."
"Apa itu?"
Azura memberitahukan semuanya, tentang ia dengan masa lalunya yang masih trauma, ketika bersama Jefran. Walaupun itu sudah lima tahun yang lalu, tetapi menyisihkan penyesalan yang amat menyiksanya. Dan juga lelaki yang bernama Fahrul, yang membuatnya bisa merasakan jatuh cinta kembali. Namun, ironisnya tidak bisa bersama. Dan Azura menjelaskannya agar Gus Abyan tidak salah paham, bukan karena itu berarti pernikahannya dengan Gus Abyan ini karena keterpaksaan. Tapi, benar-benar murni keinginan hatinya dan berlandaskan keridhoan atas pernikahannya.
"Iya sayang, gapapa. Aku ngerti kok."
"Makasih ya, Gus."
"Hmm, nanti kalau kita punya anak, kamu mau cowok atau cewek?" tanya Gus Abyan.
Azura bingung untuk menjawabnya. Tanpa berpikir panjang, ia mengatakan apa yang dipikirannya saja. "Cowok."
"Kok sama," balas Gus Abyan.
"Tapi, apapun itu aku gak masalah kok, mau cowok ataupun cewek," ucap Azura.
"Iya sayang, semoga kita bisa menjaga titipan Allah ini, dengan memberinya nama-nama indah, dan mendidiknya."
"Memangnya kalau cowok, Gus mau kasih nama apa?"
"Hmm, Afnan Syabil Gusyarib."
"Bagus... Apa artinya?"
"Anak lelaki yang berwajah tampan seperti bintang, dan itu belakangnya aku selipkan nama panjangannya sama kayak aku, biar dia inget terus sama aku, Ayahnya."
"Huu mentang-mentang kita lagi lihat bintang. Ya pasti inget dong, memangnya kamu mau kemana? Kayak mau ninggalin aja," gerutu Azura.
"Kalau cewek apa ya kira-kira," pikir Gus Abyan.
"Arsyila Romeesa Mumtaza," kata Azura.
"Bagus... Artinya apa sayang?"
"Ada deh."
"Kok dibelakangnya gak ada nama aku."
"Ya gapapa dong."
"Jauh banget ya udah ngomongin anak, tapi kita kan belum bikin," tukas Gus Abyan, lantas mengheningkan keadaan.
"Bikin apa?" tanya Azura pura-pura polos.
"Bikin anak."
"Emang gimana Gus bikinnya? Pake tepung terigu apa tepung tapioka?" Azura mencoba lelucon.
"ih... Kamu ya. Pura-pura gak tahu," Gus Abyan terbelalak.
Azura berdiri dan berlari sambil terbahak-bahak, lalu Gus Abyan mengejarnya. Sampai mereka kembali ke kamar, karena waktu sudah terlalu malam.
"Haduh, capek banget lari-larian," ucap Azura.
"Lagian kamu larinya cepet banget."
"Aku ke kamar mandi dulu, Gus."
Azura membersihkan diri dan berganti pakaian karena dibasahi oleh keringatnya. Begitu juga Gus Abyan, bergantian untuk ke kamar mandi."Mau langsung tidur?" tanya Gus Abyan, setelah dari kamar mandi.
"Gus udah ngantuk?"
"Belum sih."
Kini Azura mulai terbiasa tidak memakai hijab ketika bersama Suaminya, karena suami memang berhak melihatnya. Dan ia juga mulai membiasakan dengan baju lengan pendek ketika di kamar.
Gus Abyan mendekatkan tubuhnya di dekat Azura. Ia menggeser kan duduknya, untuk lebih dekat dengan istrinya. Azura hanya terdiam, Gus Abyan mendekatkan wajahnya dengan wajah Azura. "Aku siap, jika Gus ingin memintanya sekarang," lirih Azura. Kedua tangan Gus Abyan menangkup wajahnya, mata Azura terpejam merasakan sapuan bibir hangatnya.
"Allâhumma jannibnis syaithâna wa jannibis syaithâna mâ razaqtanî." Gus Abyan mengucapkan doa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati Azura (END) TERBIT
Novela JuvenilGadis anggun dan juga cantik. Bernama Azura Nafeeza Syakila, nama yang indah begitu juga dengan rupanya. Dikenal sebagai Santri primadona. Azura dibingungkan oleh ketiga lelaki yang berniat ingin menikahinya. Salah satu diantara ke tiga hati itu, ha...