Bab 28. Fahrul

143 7 0
                                    

~Jangan terlalu menunda untuk menyatakan rasa. Jika kamu tidak ingin kehilangan yang di cinta, dan ia akan menjadi milik orang lain~

Nadira sudah sampai di rumah Azura, pada pukul setengah sepuluh. Dengan langit cerah benderang.
"Ra, untungnya aku gak nyasar lho. Tadi di anter Abang aku, lihat maps sesuai lokasi yang kamu kirim," ucap Nadira membawa tentengan tas, berisi baju di dalamnya. Ia dari Bekasi ke rumah Azura, untuk menginap dalam beberapa hari.

"Makasih ya, kamu udah mau ke sini. Pokoknya kamu harus nginep lama..."

"Cuma tiga hari, Ra. Kalau kelamaan takut ngerepotin."

"So'so'an takut ngerepotin, di pondok aja hobinya ngerepotin aku terus..." rengek Azura.

"Shut, jangan bongkar aib. Nanti Bunda kamu ngedenger, kan malu."

"Sejak kapan kamu punya malu." Azura meledeknya.

"Ra, plis deh Ra. Udah ah aku pulang aja." Nadira pura-pura tersinggung terhadap ucapan Azura.

"Yaudah sini-sini aku bantu bawain tas nya, deh"

Nadira melihat sekeliling rumah Azura, mencari keberadaan Bundanya. "Ra, mana Bunda kamu?"

"Bunda lagi keluar, belanja bulanan."

"Oh gitu."

"Yaudah yuk kita langsung ke kamar aku aja."

Setibanya di kamar, Azura memberikan minuman kepada Nadira, dan mempersilakannya untuk berbaring di kasur. "Akhirnya, kita ketemu lagi Ra... Aku kangen banget," ucap Nadira.

"Iya, Nad. Aku juga," balas Azura.

"Gak sabar sebentar lagi kamu bakal nikah."

"Hmm sekarang baru aja awal bulan, kan aku nikahnya di akhir bulan ini."

"Serius? Wah itumah beberapa minggu lagi, kamu udah mempersiapkan semuanya belum?" tanya Nadira.

"Mempersiapkan apa?"

"Ya menjadi istri yang terbaik buat Gus Abyan. Persiapan nanti buat bisa melayani Gus Abyan dengan perawatan diri."

"Gak perlu, aku mau dia Nerima aku apa adanya."

"Eh btw bukannya kamu ngasih syarat yah ke Gus Abyan?"

"Iya. Katanya sih dari sekarang dia mulai ngelaksanain syarat itu. Cuma kita lihat, masih ada nih waktu kurang lebih satu bulan. Dia kan seorang Gus, kuat gak beri'tikaf selama bulan ini. Atau cuma sanggup dalam beberapa minggu aja?!"

"Jangan ngeremehin beliau, seorang Gus ditantang, hebat banget kamu Ra."

"Ya gapapa, dia aja Nerima, gak mempermasalahkan."

"Kamu minta mahar apa ke Gus Abyan?" tanya Nadira.

"Aku gak minta ini itu, cukup tidak memberatkan pihak laki-laki dan tidak merendahkan pihak perempuan, karena sebaik-baiknya mahar adalah itu kan? Tapi kata Gus Abyan dia bakal ngasih yang terbaik."

"Iya deh Ra. Jujur, aku masih gak nyangka kamu bakalan nikah sama Gus Abyan, anak Pak Kiai di pesantren kita."

"Semua santri bakal heboh nih pastinya. Apalagi...."

"Apalagi apa?" tanya Azura ketika Nadira menjeda ucapannya.

"Apalagi kalau Fahrul tahu," sambung Nadira.

"Ya gapapa sih. Kamu ini sebenarnya dukung aku sama Gus Abyan, atau ngedukung aku sama Fahrul, sih?" tanya Azura geregetan.

"Kamu sendiri lebih pengen Gus Abyan atau Fahrul?"

Lentera Hati Azura (END) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang