Bab. 13 Kembali berpisah

137 7 0
                                    

~Akan ada saatnya satu persatu, seseorang akan meninggalkan kita, bahkan orang yang kita cintai.~

Setelah dari mall, mereka mengantarkan Azura pulang.

"Tan... Ni kita balikin anaknya, makasih ya Tan, udah pinjemin" gurau Fika.

Yunita hanya tertawa ringan, "Udah nih shoping nya? Tante di beliin gak?"

"Ada dong," balas Yuri serta memberikan totebag berisikan baju.

"Wah, baju?" ucap Yunita sembari melihat isi di dalamnya, dengan raut wajah senang.

"Maaf ya Tan, kita cuma beliin Tante ini aja" ucap Fika.

"Iya gapapa, ini juga cukup. Makasih sayang ya."

"Kalau gitu kita pulang ya, Tan." ucap Fani.

"Eh gak bakal masuk dulu?" ucap Azura.

"Kita mau langsung pulang aja, Ra." balas Yuri.

"Yah, yaudah deh hati-hati ya" ujar Yunita.

                            ***
Malam ini Azura tidur lebih cepat dari biasanya. Karena sedikit capek, dan supaya bangun lebih awal.

"Bun aku mau tidur sekarang ya." ucap Azura meninggalkan Yunita yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Lho, baru juga jam delapan."

"Gapapa bun, hari ini aku sedikit capek. Aku mau istirahat."

"Oh gitu, yaudah sayang. Good night, mimpi indah ya." balas Bunda.

Azura membalasnya dengan serupa, dan berjalan menuju kamarnya.  Seperti biasa, ia menjalani rutinitas sebelum tidur, berwudhu dan lain sebagainya.

"Ya Allah jagalah aku dalam tidurku, dan semoga malam ini aku gak mimpi buruk, aamiin" gumam Azura.

Kemudian ia menyelimuti tubuhnya dengan kain tebal itu. Perlahan menutup mata.

                              ***
"Alhamdulillahilladzi ahyana ba'dama Ama tana wailahinnusur," Azura terperanjat dari kasur seraya membaca doa.

"Alhamdulillah aku bangun lebih awal,"  batin Azura.

Kemudian ia salat tahajud seperti biasa, bertadarus sambil menunggu waktu subuh. Setelah itu ia tidak tidur lagi, membantu Yunita di dapur, mengurus rumah.

"Bun," sapa Azura yang sedang mengepel lantai.

"Lho, kok kamu yang ngepel. Gapapa sayang, biar Bunda aja."

"Enggak usah Bun"

"Tadi Bunda lagi nyuci, kayaknya bunda gak bisa sempat buat bikin sarapan, Bunda beliin di depan aja ya sayang? Gapapa?"

"Gapapa Bun" Azura tidak pernah menolak, ia tidak mau merepotkan bundanya.

"Bunda beli sekarang ya" Yunita berjalan menginjak lantai yang belum Azura pel.

Sembari menunggu, Azura menyelesaikan mengepelnya.

Tak lama kemudian Yunita pulang dengan membawa makanan, untuk dijadikan sarapan.

"Ni sayang makanannya," ucap Yunita  dengan meletakkan makanan ke meja makan.

"Wah..." Selama di rumah Azura merasakan kembali seperti Azura yang dulu, makan enak, keperluan serba ada.

"Abisin ya sayang"

"Siap Bun"

"Oh iya, Bun. Kayaknya aku mau pulang siang deh, kalau sore nanti takutnya kelamaan di jalan" ujar Azura

"Lho... Memangnya kamu sudah mengemas baju-baju kamu?"

"Hehe belum, sekarang deh habis serapan aku langsung siap-siap semuanya."

"Yaudah habisin dulu makanannya"

Lalu mereka menghabiskan makanannya. Setelah itu, Azura ke kamar untuk mengemas bajunya.

"Sebenarnya aku masih pengen di rumah, nemenin Bunda. Tapi aku harus balik ke pesantren" batin Azura tangannya melipat baju dan memasukinya ke dalam tas.

Azura melihat sisi sudut kamarnya, meratapinya. Ia akan meninggalkan kembali kamarnya itu.

Setelah selesai ia gandong tas kecilnya itu. Menghampiri Bunda untuk berpamitan.

"Bun... Bun aku berangkat sekarang ya."

Terlihat Bunda yang sedang memasukkan beberapa makanan kedalam plastik.

"Ini sayang, buat kamu di pesantren. Jangan lupa berbagi sama yang lainnya."

"Gak usah repot-repot Bun..."

"Nggak kok sayang."

"Hmm"

"Kamu pulangnya di antar pak Joko ya..." Yunita menawarkan Azura untuk di antar pulang oleh supir.

"Tapi Bun..."

"Tapi apa, gak boleh nolak. Lagipula kamu mau berangkat pake apa. Bunda gak mau kamu naik angkot atau ojek. Bunda pengen kamu aman sampai tujuan. Ya, pokoknya kamu harus di antar pak Joko." paksa Yunita.

"Iya, Bun..."

"Nah, gitu"

"Bun, maafin aku ya... Aku belum bisa banggain Bunda. Maafin aku, aku harus ninggalin Bunda lagi. Bunda jadi kesepian, apalagi sekarang gak ada Ayah." Azura termerenung.

"Kamu gak salah kok, ngapain minta maaf, sayang. Bunda udah bangga sama kamu, Bunda beruntung punya anak secantik sesolehan kamu."

"Bunda gapapa aku tinggal?"

"Gapapa sayang, kamu gak usah khawatir. Besok Bi Minah ada kok. Soalnya kemarin-kemarin dia ijin pulang kampung. Besok dia pulang lagi ke sini. Jadi bunda gak kesepian kok." Bunda menenangkan Azura.

"Oh iya, ini Bun." Azura menyerahkan handphone nya.

"Lho, gak bakal kamu bawa?"

"Bunda, di pesantren gak boleh bawa hp."

"Oh gitu... Maaf, Bunda gak tahu." Kemudian Yunita menerima handphone itu.

"Yaudah ya, Bun. Aku berangkat, doain aku ya. Bunda jaga diri baik-baik. Jaga kesehatan, inget! Gak boleh sedih." Azura berpesan.

"Iya sayang" mata Yunita mulai berkaca-kaca, ia berusaha menutupi kesedihannya. Setelah ditinggal sang suami tercinta, kini ia harus ditinggal kembali oleh anak semata wayangnya. Hanya ada kesepian, di rumah yang sebesar itu.

Lentera Hati Azura (END) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang