~Jangan rusak pagimu dengan mengeluh. Karena pagi adalah awal yang baik untuk memulai hari mu dengan semangat penuh.~
Fajar akan selalu menyambut pagi. Dimana sebuah kehidupan akan dimulai kembali. Dia tak memandang malam yang kelam. Fajar akan tetap bersinar dan memancarkan cahayanya.
"Nad, aku mau menemui Pak Kiai. Anter yuk," pinta Azura.
Nadira sedang memantulkan jarum pentul dalam hijabnya sembari bercermin. "Oh iya, tapi... Ra. Aku lupa, ternyata aku udah ada janji sama Bilqis, mau anter dia ke pasar."
"Yah..."
"Maaf ya, Ra. Aku lupa"
"Yaudah gapapa, aku sendiri aja" balas Azura, tidak merasa marah sedikit pun.
"Kamu nggak marah kan?" tanya Nadira tak enak.
"Enggak kok... Yaudah aku kesana ya. Kamu hati-hati di jalan"
Azura meninggalkan Nadira. Tidak lama dari itu, Nadira pun berangkat.
***
"Assalamu'alaikum" salam Azura, di depan pintu rumah Pak Kiai.Ia sedikit gemetar, "kok gak ada yang menyahut"
Azura kembali bersalam. Kemudian Pak Kiai membukakan serta menjawab salamnya, dan mempersilakan Azura masuk.
Jarang sekali santri di perbolehkan masuk ke rumah Pak Kiai. Kecuali ada hal urgent, namun bagi Azura Pak Kiai selalu berbaik hati, dan memperlakukan dengan begitu baik.
Azura tertunduk, dan duduk mengikuti arahan Pak Kiai.
"Sebelumnya, saya berterima kasih sama Pak Kiai, karena udah bantu saya. Meminjamkan motor kepada saya, sehingga saya bisa pulang dengan lebih cepat."
"Sama-sama, saya turut berdukacita atas meninggalnya Ayah kamu. Dan saya minta maaf karena tidak memberitahu mu secara terus terang. Karena, saya ingin kamu mengetahuinya sendiri ketika sampai di rumah." tukas Pak Kiai.
"Enggak usah minta maaf pak Kiai. Sebenarnya saya yang enggak enak sama Pak Kiai, yang terlalu baik sama saya."
"Tidak masalah. Karena sudah menjadi kewajiban seorang guru terhadap muridnya" ujar Pak Kiai dengan ramah-tamah.
"Azura hanya perlu sabar, sedih boleh, namun sewajarnya. Yang perlu kita lakukan adalah mendoakannya. Apalagi doa anak saleh-salehah pasti tersampaikan, karena termasuk amal jariyah, yang akan terus mengalir."
"Sebagai mana Allah berfirman, Kullu nafsin żā'iqatul maụt. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Kita tidak bisa menghindari kematian, dan kita boleh menangisi atau merasa sedih atas meninggalnya seseorang. Namun, kita tidak boleh terlalu meratapi kesedihan itu secara berlebihan. Di sini semuanya adalah keluarga, jadi jangan merasa kesepian. Dan jangan mudah mengeluh! Kamu harus tetap semangat, seperti Azura yang saya kenal." Fadlan memberi nasihat."Baik, Pak Kiai" lirih Azura dengan menahan dirinya agar tidak meneteskan air mata.
"Terima kasih banyak Pak kiai, Alhamdulillah nasihat dari Pak Kiai membuat hati saya menjadi tenang."
Fadlan tersenyum seraya berkata, "udah, jangan sedih lagi, ya."
"Baik, Pak Kiai. Kalau begitu saya izin pamit, kembali ke asrama."
Lalu Fadlan mempersilakannya.***
Dalam perjalanan menuju asrama, tiba-tiba saja Azura di bekap oleh seseorang dari belakangnya.
Azura berusaha berteriak, namun terhalang oleh kain yang menutupi mulutnya. Sepertinya penjahat itu menaruh sesuatu pada kainnya, sehingga membuat Azura pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati Azura (END) TERBIT
Novela JuvenilGadis anggun dan juga cantik. Bernama Azura Nafeeza Syakila, nama yang indah begitu juga dengan rupanya. Dikenal sebagai Santri primadona. Azura dibingungkan oleh ketiga lelaki yang berniat ingin menikahinya. Salah satu diantara ke tiga hati itu, ha...