"Kenapa Om?"tanya Chandra pada pria dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
"Apa kamu mau membunuh Kakaknya juga?"tanya balik pria yang masih menatap ke luar jendela.
"Tidak.Agar dia mengerti bagaimana rasanya seperti saya"balas Chandra dengn seringaian tajam.
"Kapan?!"
"Secepatnya.Tapi saya akan menikmatinya dulu baru membunuhnya"ujar Chandra.
"Menikmatinya?"perjelas pria itu yang tak mengerti maksud Chandra.
"Menyiksa"ralat Chandra dengan cepat.
Pria itu mengangguk-angguk."Kita mulai permainannya"§€m€§T∆
Jam pelajaran pertama sudah berlangsung sejak tiga puluh menit yang lalu di kelas X IPA 4.Fisika salah satu mata pelajaran yang di sukai Arunika.Namun kali ini,ia malah melamun dan tidak mendengarkan Bu Devi yang sedang menjelaskan di depan.
Kedua mata sipitnya terlihat sembab.
Memang semalam tadi ia terus menangis.Mungkin karena Rafa waktu sore itu.Lamunannya buyar saat Bu Devi memanggilnya dengan lantang.
"ARUNIKA REJANA AGAREEZ!"
Sang pemilik nama langsung terperanjat kaget dan segera menoleh pada Bu Devi yang sudah menatap Arunika dengan tajam dan membawa sebuah penggaris kayu panjang di tangannya."Iy-iya Bu?"sahut Arunika.
"Ngelamun aja.Mikirin apa sih"ucap Bu Devi yang di balas gelengan dan cengiran dari Arunika.
"Hasil pertanyaan ini berapa?"lanjut Guru berkacamata kotak iti sembari menunjuk papan tulis dengan penggaris kayunya.Notasi ilmiah dari bilangan 0.000000022348 adalah........
Arunika menelan ludahnya sendiri dengan kasar saat membaca soal yang tertulis di papan.Sungguh ia benar-benar tidak mengerti apapun tentang soal itu.
"Lo nggak dengerin ya?"bisik Nadin yang di angguki Arunika.
"Ayo jawab Arunika!"lanjut Bu Devi sambil memukul-mukul papan tulis dengan penggarisnya.
Arunika tersenyum."Maaf Bu saya nggak bisa"
"Gimana sih!Kamu pasti tidak memperhatikan saya waktu menjelaskan ya?"omel Bu Devi.
"Sekarang!kamu keluar dari kelas sampai jam pelajaran saya selesai"
Arunika mengangguk sembari beranjak dari kursinya.Nadin mencekal tangan Arunika membuat sang empu menoleh dengan tersenyum tipis,lalu melanjutkan langkahnya."Silahkan Arunika"ucap Bu Devi mengarahkan tangannya ke pintu-seperti sedang mengusir.
Arunika berjalan melewati Bu Devi dengan membungkukkan badannya sopan.Sementara Nino melihat kepergian Arunika dengan tatapan tak biasa.
Sejak pagi tadi,Arunika terlihat murung dan tak seperti biasanya.
Satu pikiran muncul dalam pikirannya untuk menyusul gadis itu."Maaf Bu"Nino mengacungkan tangannya.
"Kenapa Elnino?kamu mau menjawabnya?"sahut Bu Devi.
"Gue mau nyusul Arunika"batin Nino.
"Ayo Elnino silahkan maju!"Nino tidak bisa berbuat apapun lagi.Ia harus mengerjakan soal yang sama sekali ia tidak mengerti dan pastinya tidak bisa menjawab.Bukan apa-apa,Nino juga tidak mendengarkan Bu Devi karna ia fokus pada Arunika yang tidak sepeeti biasanya.
Sedangkan Arunika memilih untuk pergi ke rooftop sekolah.Hanya ada dirinya di situ.Pemandangan di atas jauh lebih indah,terik matahari tak menghalau kegemaran Arunika yang memang sangat menyukai pemandangan dari ketinggian.
Arunika duduk di pinggiran sampai kakinya bisa bergelantungan.Ia diam menikmati angin yang menerpa kulit pipinya,namun setetes cairan bening berhasil lolos dari pelupuk matanya."Semesta,beri ruang untuk penghunimu ini tersenyum"
Ia tetap sendiri disana.Sampai beberapa saat kemudian,seseorang duduk di sampingnya.Membuat Arunika langsung mengahpus seluruh air matanya dan menoleh pada sessorang itu.
"Sendiri aja"ucap Chandra.
"Lo ngapain disini?"tanya Arunika dingin.
"Di keluarin dari kelas karna nggak bisa jawab pertanyaan.Kalau lo sendiri?"
"Sama kayak lo"
"Seorang Arunika Rejana Agareez bisa di keluarin dari kelas juga?"heran Chandra sembari menggeleng-gelengkan kepalanya."Ohya.Lo tinggal di perumahan Araya
komplek tiga kan?"tanya Chandra.
"Iya.Kenapa?"tanya balik Arunika.
Chandra menggeleng."Kita tetangga.
Lo komplek tiga,gue dua"
Arunika hanya ber-oh kecil tanpa menjawab.
"Saudara kembar lo kenapa nggak sekolah disini juga?"Spontan Arunika menoleh.Chandra mengetahui?seingatnya yang tahu bahwa dirinya kembar hanyalah Nino.Mana mungkin dia memberitahukan pada orang-orang,apalagi Chandra.
"Lo kok bisa tahu?"heran Arunika.
Chandra terkekeh."Gue kan tetangga lo.Rumah kita termasuk deket,masa gue nggak tahu"
"Oh gitu"Arunika sedikit heran.Ia mengerti jika mereka bertetangga,apakah tetangga bisa tahu kehidupan kita?entahlah ia bingung dengan Chandra.
"Lo adiknya apa kakaknya?"terus Chandra.
"Adik"
"Kakak lo laki-laki apa perempuan?"
"Abang"
Chandra mengangguk-angguk mengerti."Abang lo sekolah dimana?"
"Banyak tanya lo.Urusannya sama lo apa?"kesal Arunika langsung beranjak pergi meninggalkan Chandra.
Chandra melihat kepergian Arunika dengan seringaian tajamnya.§€m€§T∆
Sepulang sekolah Chandra langsung pergi ke pemakaman umum bersama dengan pria yang sama seperti tadi pagi saat ia akan berangkat ke sekolah.
Fransel Abimanyu.Pria dengan badan gempal itu memposisikan tubuhnya sama dengan Chandra yang sedang berjongkok di depan tiga makam yang berdampingan.
Chandra menaburkan berbagai macam bunga diatas tiga makam itu.
Lalu ia kembali pada satu makam dengan papan nisan bertuliskan,Faila Anggira."Mama,Chandra datang lagi sama Om Frans"lirih lelaki itu menatap nanar gundukan tanah di hadapannya.
"Iya mba.Aku datang lagi"sambung Frans dengan dada yang terasa sesak.
Ia sangat merindukan kakaknya itu.
Fransel adalah adik kandung Faila yang berstatus sebagai mama dari Chandra Nelvi Dirgara.Chandra terus mengelus papan nisan itu dengan senyuman getir."Bagaimana disana?Papa?Mama?Shandra?"ia menatap bergantian tiga makam dihadapannya secara bergantian.
Fransel mengusap pundak Chandra lembut,menyalurkan kekuatan disana."Pasti belum begitu tenang.
Karna kita belum balas dendam sama mereka"
Lelaki dengan bandana di kepalanya itu mengangguk singkat."Kalian tenang aja,semua akan terbalaskan"
"Om ada di belakang kamu,Chan""Akan saya beri pengertian tentang istilah nyawa di bayar dengan nyawa"
ucap Chandra penuh penekanan.
"Jalan sesuai rencana kita.Main rapi Chandra"peringat Fransel.
"Pasti Om.Saya akan berjalan sesuai arahan"§€m€§T∆
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN PENGHUNINYA
Teen FictionSeorang gadis cantik yang harus menghadapi dunia dengan berbagai lara dan luka, tanpa adanya ruang untuk sekedar bersandar.