Chandra menancapkan pisau tajam pada sebuah figura foto didepannya.
Membuat kaca yang melapisi figura itu pecah seketika.Didalam foto itu terdapat gadis dengan paras cantiknya,itu adalah foto Arunika.Diri Chandra sudah dikuasai oleh rasa benci.Balas dendam menjadi prinsipnya untuk sekarang.Kejadian bertahun-tahun itu memberikan luka yang cukup dalam padanya.
"Semua teror itu belum ada apa-apa
nya,Arunika.Gue belum lihat lo menderita didepan gue"gumam cowok itu dengan seringaiannya.Dirttt-Dirtt!
Suara dering telephone membuat Chandra berdecak pelan.Ia mengambil handphoennya dan melihat siapa yang sudah melakukan panggilan saat ini.Ia semakin kesal saat melihat nama Marga yang terpampang jelas dilayar handphonenya.
"Apa?"sahut Chandra dingin setelah menerima panggilan itu.
"Kayaknya Arunika udah tau arti kode yang lo kasih disetiap peneroran"jawab Marga dari sebrang sana.
"Oke,thank's informasinya"
"Lo jangan sering menampakkan diri dulu"pesan Marga.
"Iya,gue tau"timpal Chandra lalu memutus panggilan secara sepihak."Pintar juga ya dia?it's okay"gumam
nya kembali menyeringai.
"Gue akan semakin menambah level permainannya"
"Nggak apa-apa sekarang lo masih bebas Arunika.Tapi jangan harap lo masih bisa hirup udara dunia saat gue sudah mencapai puncaknya"§€m€§T∆
Arunika sedang bersiap-siap untuk ikut pergi bersama Rafa malam ini.
Cukup aneh,tapi benar adanya.Ayah nya itu mengajak Arunika untuk makan malam disebuah restoran ternama,pastinya Shera dan Naura juga ikut.Gadis itu menggunakan dress hitam selutut,rambut panjangnya tergerai indah.Ia terlihat begitu memesona dengan riasan tipis diwajahnya.
Ia menenteng tas kecil,lalu keluar dari kamar untuk menyusul keluarga nya yang sudah berada diruang tamu."Papa"panggil Arunika pada Ayahnya yang sedang duduk disofa.
Rafa menoleh dengan wajah tanpa ekspresinya."Nanti kamu cukup diam.
Jangan berbicara kalau saya tidak memerintah.Kita mau bertemu dengan rekan saya"
Arunika mengangguk."Iya"
"Satu lagi.Jangan membuat saya malu sudah mengajak kamu"lanjut Rafa yang hanya diangguki Arunika.Ketiganya berjalan lebih dulu menuju mobil dan disusul Arunika dari belakang.
Arunika duduk pada kursi belakang bersama Naura.Tak lama,mobil itu melaju dengan diiringi candaan disetiap jalannya tanpa mengajak Arunika.
Gadis itu memilih tidak peduli dan bermain handphone untuk mengalihkan semuanya.
Setelah beberapa saat perjalanan.
Akhirnya mobil Rafa berhenti pada sebuah tempat makanan cepat saji yang terlihat sangat mewah.Mereka langsung turun dari mobil dan memasuki restoran itu.Arunika hanya diam dan terus mengikuti tiga manusia yang mulai duduk pada salah satu meja yang ada disana.Ia duduk disamping Rafa,ada gejolak tak biasa dalam hatinya.Dia merasa senang seperti ini,namun entah mengapa ada rasa was-was yang ikut hadir.
"Masih suka daging bakar kan?"tanya Rafa merujuk pada Arunika.
"Masih"balas Arunika pelan.
"Ternyata Papa masih ingat"batin Arunika senang.Arunika melirik pergerakan Rafa yang sedang memesan makanan pada seorang pelayan.Apakah ini pertanda bahwa Rafa akan memenuhi ucapannya kala itu,untuk kembali menganggap Arunika?entahlah yang jelas sekarang ia sangat bahagia.
Tidak lama kemudian,seluruh makanan yang dipesan Rafa diantar oleh pelayan tadi dan ditata diatas meja.
"Tunggu rekan Papa dulu"intruksi Rafa yang dapat dimengerti.
Setelah beberapa saat menunggu,
seorang pria yang mungkin seumuran dengan Rafa datang dan duduk tepat didepan Rafa.Mereka saling berjabat tangan dan tegur sapa,kecuali Arunika yang tidak disapa oleh orang itu."Sudah lama,Raf?"tanya pria itu.
Rafa menggeleng serta tersenyum.
"Enggak juga"
Pria itu mengangguk dan beralih pada Shera dan Naura yang duduk disampingnya."Apa kabar,Sher?"
"Baik mas Bram"jawab Shera sopan.
"Ini anakmu Raf?"pria bernama Bram itu menunjuk kearah Naura.
"Iya,dia anakku""Yang ini?juga anakmu?"Brama beralih pada Arunika yang duduk disamping Rafa.
"Bukan.Dia anak pembantuku dirumah.Ibunya meninggal,jadi aku angkat menjadi anakku"ucapan gila itu terlontar dari bibir Rafa sendiri.
"Oh,baik sekali kamu Raf"puji Bram.Sementara Arunika,gadis itu terkejut setengah mati.Bak petir yang langsung menyambarnya.Apa ia tak salah dengar?anak pembantu?.
Sesak menyeruak dalam dadanya,
kedua matanya terlapisi cairan bening yang memburamkan penihatannya.Arunika mengepalkan kedua tangannya kuat.Menyalurkan rasa sakit yang semakin menjadi.
Apa ini tujuan Rafa mengajaknya secara tiba-tiba?hanya untuk menyakitinya dan membuat Rafa dianggap orang baik?begitu teganya Rafa terhadap anak yang sudah jelas darah dagingnya sendiri."Nggak apa-apa,Ika.Lo nggak perlu kaget.Emang ini kan tujuan lo hidup?
hanya untuk disakiti dan terluka dengan ayahnya sendiri?"§€m€§T∆
Selama perjalanan pulang dari restoran tidak ada pembicaraan sesampai dirumah.Rafa pun hanya diam,seolah tidak ada kejadian apa-apa.
Arunika bergegas masuk kedalam kamarnya dan mengunci pinti itu rapat-rapat.
Tubuh ringkihnya meluruh kelantai
dengan bersandar dipintu.Tangisan yang ditahannya pecah saat itu juga.
Rafa sudah benar-benar keterlaluan."ARGHHH!"teriak Arunika frustasi.
Arunika menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya yang bertumpu diatas lutut.Tangisannya tersedu-sedu,luka itu semakin dalam.
Perkataan Rafa tadi menembus relung hatinya.Membuat luka yang masih berusaha sembuh itu harus kembali parah lagi dan semakin dalam.
"M-Mama.Yang anak angkat Papa itu Naura kan?bukan Arunika?Tapi kenapa Papa bohong?kenapa harus Arunika yang tidak dianggap"lirihnya disela-sela tangisan yang semakin hebat itu.
"Tuhan,aku sudah lelah"
"Semesta,penghunimu kembali terluka"§€m€§T∆
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN PENGHUNINYA
Novela JuvenilSeorang gadis cantik yang harus menghadapi dunia dengan berbagai lara dan luka, tanpa adanya ruang untuk sekedar bersandar.