PART 8:WICKED

4 0 0
                                    

Magandra sedang di tangani oleh dokter di ruangan IGD.Rafa,Shera dan Arunika menunggu di depannya dengan cemas.

"Yaallah jaga Magandra"gumamnya memohon.Pikirannya kalang kabut,ia hampir menangis melihat kondisi terakhir saudaranya sebelum masuk ruangan dan di tangani.

Plak!

Tanpa ada angin dan hujan.Rafa menampar Arunika kasar hingga wajahnya tertoleh ke samping.Tak hanya memberikan tamparan,Pria setengah baya itu mencengkeram kuat rahang Arunika sampai sang empu mengaduh kesakitan.

"KAMU APAIN ANAK SAYA?"bentak Rafa tepat di depan wajah Arunika.
"Kalau sampai ada apa-apa dengan
Magandra.Kamu akan habis di tangan
saya sendiri!"ucap Rafa penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Kamu memang anak pembawa,sial!"

Rafa melelaskan cengkeraman itu kasar,membuat kepala Arunika terbentur dinding di belakangnya dengan cukup keras.

Sekarang giliran Shera yang menjambak rambut Arunika kuat.Lagi-lagi membuat gadis itu kesakitan.Meskipun jambakan itu singkat,namun menimbulkan sakit yang cukup terasa.

Beberapa saat kemudian,pintu ruangan terbuka dan menampilkan dokter laki-laki disana.Ketiganya langsung mendekat.

"Bagaimana keadaan Magandra,
dokter?"tanya Rafa cepat.
"Penyakit gagal jantung Magandra semakin parah.Sampai saat ini belum ada pendonor yang cocok.Yang saya khawatirkan,seiring berjalannya waktu jantung Magandra akan benar-
benar tidak berfungsi"jelas dokter bernama Ega itu.

Rafa menghela nafas kasar."Apapun caranya lakukan yang terbaik,dok"
dokter Ega meng-iyakan."Keadaan Magandra belum begitu baik.Saya harus selalu memantaunya,jadi dia akan opname untuk beberapa hari"

"Saya ikut apa kata dokter saja"balas Rafa hanya ingin yang terbaik untuk putranya.
"Kalau begitu saya permisi dulu"
pamit dokter Ega tersenyum ramah pada semuanya sebelum melenggang pergi dari hadapan mereka.

Rafa kembali melihat Arunika yang berdiri di belakangnya.Sorot mata pria itu masih sama,tatapan yang sulit di artikan.

"Pulang!dan jangan kesini lagi!"ucap Rafa dengan nada tinggi.
"Arunika mau lihat Bang Aga dulu"
balasnya seperti membantah.
"Saya tidak mengizinkan!Kamu pulang,Magandra tidak membutuhkan kamu.Anak sialan!"
ujar pria itu sembari mendorong tubuh ringkih Arunika agar pergi.

§€m€§T∆

Arunika baru saja turun dari taxi yang ia gunakan untuk pulang ke rumah.Ia tak menyadari bahwa masih memakai piyama,tadi ia terlalu panik.

Langkah lesunya berjalan memasuki rumah yang terlihat gelap dan sepi itu.Tangannya beralih menekan saklar,sehingga ruangan luas yang lengkap dengan berbagai furniture mahal itu menjadi terang.

Arunika memilih untuk duduk di sofa ruang tamu.Pikirannya terus bercabang pada Magandra sejak tadi.
Jarum jam menyentuh angka tiga pagi dini hari.

"Yaallah,jaga Abang"ia kembali memohon dengan kedua tangan yang mengadah pada sang pencipta.

Gadis itu menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang sedang berjalan menuruni tangga.

"Yaelah.Bocah bangun juga"gumam Arunika saat menyadari itu adalah Naura.

Anak perempuan kecil dengan baju tidur bermotif lebah berwarna kuning itu berjalan mendekati Arunika sembari melontarkan pertanyaa."Abang gimana kak?"

Arunika mengernyitkan keningnya.
"Abang?dia Abang gue ya,bukan Abang lo!"tegasnya seperti tidak terima.
"Kata papa Rafa Bang Magandra,
Abang Naura juga"tutur Naura sembari menunduk.
"Papa kan yang bilang?gue nggak sudi ada yang panggil Magandra Abang selain gue!Karna gue adik satu-satunya dia!"jelas Arunika penuh
penekanan.Sungguh,sebenarnya ia sangat posesif saat menyangkut saudara kembarnya ini.

SEMESTA DAN PENGHUNINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang