PART 17:KENYATAAN YANG MENYAKITKAN

1 0 0
                                    

"Nggak usah sekolah.Lo demam"ucap
Magandra pada Arunika yang sedang berbaring diatas kasur.
Arunika menggeleng."Mau sekolah aja.Gue nggak apa-apa"
  Magandra melotot tajam membuat nyali Arunika langsung menciut.
"Nurut nggak lo?"
  "Iya-iya enggak"balas Arunika pelan.
Tapi benar juga,tubuh Arunika terasa panas-dingin dan kepalanya masih berdenyut.

Magandra mengamati wajah Arunika
yang ada beberapa luka gores di area mata kirinya dengan pelipis  masih ditambal oleh plaster,ia tertuju pada pipi bagian kanan Arunika yang masih bengkak dan kian membiru.

"Semalem kemana?habis digebukin orang?"tanya Magandra melipat kedua tangannya didepan dada.
  "Cuman jalan-jalan aja,gabut"Ujar
Arunika berbohong.
  "Terus kenapa bisa sampai bonyok gitu?"
  "Yakali gue jujur"batin Arunika.
"Kenapa?Hm?"tanya Magandra dengan gumaman diakhir kalimatnya.

Arunika mengelus-ngelus luka lebamnya itu."Semalem ada yang tanya.Harta atau nyawa,gue jawab dua-duanya malah digebukin"
  Magandra berdecak."Tolol!Kalau ada yang kayak gitu bilang aja nyawa"
  "Kalau harta gue diambil gimana?"
"Yaudah nggak apa-apa yang penting lo nggak kenapa-napa,Arunika!"

Arunika memanyunkan bibirnya.
"Ya maaf lain kali nggak gitu lagi"
  "Nanti gue cari pelakunya"
"Nggak perlu"
  "Perlu.Siapa bilang nggak perlu?"
Arunika memutar bola matanya malas."Pelakunya bokap lo,Bang"
batinnya.
  "Nggak akan ketemu"lanjut Arunika.
"Harus ketemu!"jawab Magandra menekan.
"Terserah lo"

Magandra megusap lembut kepala Arunika dengan senyuman manis.
Sementara sang empu hanya membeku dengan perlakuan hangat yang sudah lama tak ia rasakan.

"Gue sekolah dulu ya.Lo baik-baik,
cepet sembuh.Nanti kita main bareng"kata Magandra dengan halus.
  "Main barbie? atau main Ironman?"
timpal Arunika meledek.
  Magandra kembali tersenyum lalu mendaratkan bibirnya tepat pada puncak kepala Arunika.Setelah itu pergi dari kamar Arunika dengan meninggalkan keterkejutan pada sang korban.

"Magandra sehat?"gumam Arunika masih terkejut.Tak lama dari itu,senyum yang tak kalah manis dari Magandra pun terbit dari bibir Arunika.Ia sangat senang.
  "Jangan buat gue berharap terlalu jauh.Kalau nantinya lo nggak mau jemput gue pulang"lirihnya.

Ting!

Notifikasi itu langsung membuat Arunika meraih handphonenya dan melihat siapa yang telah mengirimkan pesan itu dipagi hari ini.

    AKASHA:
Tumben belum datang?
Gue bawa bunga tulip
putih lagi buat lo.

ME:
Gue lagi sakit,No
Makasih udah bawain lagi,
tapi maaf gue belum bisa terima.

                            §€m€§T∆

"Arunika sakit?"batin Nino saat membaca balasan pesan dari Arunika.
Nino menatap setangkai bunga Tulip ditangannya."Yaudah mau gimana lagi?anaknya sakit"

"Hai Bro!"seseorang menepuk bahu Nino dari belakang.Membuat sang empu langsung menoleh.
"Ngapain lo?"tanya Nino dingin seraya menepis tangan Chandra yang masih diatas bahunya.
  "Slow Bro"ucap Chandra.
"Mau apa lo?"
  "Mau tanya.Udah sejauh mana sama Arunika?"

Nino berdecak kasar."Urusannya sama lo apa?"
"Jelas ada urusannya sama gue.
Karena yang berhak memiliki Arunika hanya gue"balas Chandra.
  "Are you sure?"ujar Nino dengan senyuman miringnya.
Merasa diremehkan,Chandra menatap nyalang Nino."Lo mau gue bantai sampai punah?"
"Nggak takut,tuh"

Chandra tersulut emosi,ia mengangkat tangan kanannya yang terkepal dan hendak
menyerang.Namun lawannya itu menahannya.

"Banyak murid.Cari tempat sepi"

Nino jalan terlebih dulu dan diikuti Chandra dibelakangnya.Mereka akan mengasah kemampuan masing-masing dihalaman belakang sekolah yang sepi.

Nino meletakkan tasnya ditanah dan menyimpan bunga yang Tulip itu didalam tasnya.

Chandra melemparkan tatapan garangnya.Nino tak kalah,ia menggulung lengan seragamnya sebatas siku dan tersenyum miring.

"Bangsat!"umpat Chandra mulai beradu tinjuan dengan Nino.

Pukulan-pukulan banyak yang mengenai wajah keduanya.Mereka memang lihai dalam hal bela diri.
Guratan wajah Nino terlihat lebih santai dari pada Chandra yang tegang.

Bugh!

Itu pukulan terakhir yang mengenai wajah Chandra.Nino menarik kerah seragam Chandra dengan sorot tajamnya.

"Jangan pernah lo ganggu dia"ucap Nino dengan nafasnya yang tak beraturan.
  "Dia bakalan jadi milik gue!"
"Sampai lo berani sentuh dia,awas lo!urusannya sama gue'"

                           §€m€§T∆
"Kenapa tidak sekolah?"tanya Rafa dingin.
"Sakit"balas Arunika merubah posisinya menjadi duduk.
Rafa menyentuh kening Arunika.
"Hanya demam kan?"
  "Iya"
"Syukur deh.Berarti saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk kamu berobat"

Arunika hanya diam.Sebegitu duniawi Rafa dengan hartanya.Padahal itu juga untuk anaknya sendiri.
Gadis itu tak habis pikir dengan sang
Ayah.Dia memang tidak meminta untuk dibawa berobat.Pikirnya saat ia sakit,Rafa akan memberi perhatian meski sedikit.Apa itu permintaan yang terlalu berlebihan?

"Tadi malam kelayapan kemana?kok
pulang?"lanjut Rafa.
  "Jalan-jalan malam aja"elak Arunika.
"Tanpa pamit?"ia menekan setiap katanya."Kamu tahu?keselamatan Magandra terancam karena tadi malam nekat cari kamu yang nggak jelas kemana.Dia baru sembuh!"

"Keselamatan Arunika juga ikut terancam!"
  "Saya tidak peduli dengan kamu!"
perkataan Rafa ini membuat Arunika terbungkam.
  "Magandra tahu?kalau saya habis pukul kamu?"
  Arunika hanya menggeleng tanpa menjawab.
  "Bagus.Jangan sampai dia tahu"

"Cukup kasih sayang Vera istri saya yang kamu rebut.Untuk putra saya Magandra,jangan"
  Arunika mendongakkan kepalanya.
"Rebut?"
  "Kamu tidak pernah menyadari hal itu dari dulu.Alasan kenapa saya sangat membenci kamu!"
  "Maksud Papa?"Arunika semakin tak mengerti dengan ucapan Rafa.

Rafa mencondongkan tubuhnya kedepan.Pria itu mencengkeram kuat rahang Arunika.

"Kamu sudah tahukan?saya tidak menyukai kamu dari kecil!"ucap Rafa
menatap lekat mimik wajah Arunika.
"Kamu terlahir kembar dengan Magandra.Tapi Mama kamu itu lebih sayang dan perhatian ke kamu,ke
Magandra tidak!"
  "Sampai-sampai waktu untuk saya sebagai suaminya tidak ada,habis karena kamu!"

Arunika merintih kesakitan.Pasalnya luka yang bengkak itu ikut tercengkeram oleh tangan Rafa.
Detik selanjutnya Rafa melepaskan tangannya dari tulang pipi Arunika,
membuatnya bernafas lega.

"Makanya saya sangat membenci kamu!"
  "Papa salah besar jika berpikir seperti itu!"
Rafa menggeleng."Kesalahan terbesar saya bukan itu.Tapi,kesalahan terbesar saya adalah tidak menyingkirkan kamu dari awal!"

Degh!

Seakan busur panah menghunus hati Arunika.Sakitnya sudah menjalar kemana-mana,ucapan Rafa selalu berhasil menikam perasaannya.Cairan bening mulai melapisi kedua matanya.Dadanya terasa sesak,suaranya tercekat.Sakit pada fisiknya tak mampu mengalahkan sakit batinnya.

"DASAR ANAK SIALAN!"bentak Rafa.

Tes!

Setetes cairan bening itu lolos dari pelupuk matanya.

                          §€m€§T∆

SEMESTA DAN PENGHUNINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang