PART 41:KEBOHONGAN

6 0 0
                                    

Lebih baik di bohongi dan tidak mengerti,daripada mengetahui lalu tersakiti.

-Arunika Rejana Agareez

Semesta,rumahku tidak kembali ternyata.Maaf sudah salah sangka.

-Arunika Rejana Agareez

Hari ini Nino memilih untuk tidak menjadi badut keliling seperti biasa terlebih dahulu.Karena ada satu urusan yang harus segera di selesaikannya.Sepulang dari sekolah,
Nino langsung menemui Kenan untuk meminta bantuannya,mengenai kasus Karina yang belum terusut.

Lelaki itu memasuki cafe yang menjadi tempatnya untuk bertemu dengan Kenan.Ia mencari meja yang di isi oleh temannya itu.Setelah menagkap keberadaan Kenan yang duduk di pojok tempat itu,segera ia mendekat untuk menghampiri.

"Kenan Ghahara"sapa Nino pada cowok berbadan tegap itu.
"Elnino Galeva Prahitya"sapa balik Kenan seraya bertos tangan.
"Sory ya?gue minta ketemu siang-
siang gini"basa-basi Nino sembari duduk di hadapan temannya itu.
"Santai aja.Gue juga longgar kok"
"Gue mau minta bantuan sama lo,Ken"adu Nino mengutarakan niatnya.
"Apa?"tanya Kenan memasang telinga nya baik-baik untuk mendengarkan Nino berucap.

"Beberapa hari yang lalu kan,Mama gue meninggal karena tabrak lari.Pelaku nya belum ketemu,tapi penyelidikan polisinya udah berhenti.Bahkan gue nama pelakunya aja nggak tau"jelas
Nino dengan menahan sesak di dadanya.
"Tante Karina,No?"tebak Kenan.
Nino mengangguk."Iya,Mama"
"Yaampun gue nggak tau.Gue turut bela sungkawa ya?"ucap Kenan.
"Iya,makasih"balas Nino dengan senyum palsunya.

"Jadi,tante Karina korban tabrak lari?"ulang Kenan pada perkataan Nino.
"Iya.Tapi penyelidikan polisi udah di hentikan tanpa alasan yang jelas"
"Fix,pakai uang itu"jawab Kenan sangat yakin.
"Maksud lo?"tanya Nino tidak mengerti.
"Polisinya di kasih uang tutup mulut sama pelaku.Biar dia nggak ke tangkap.Nggak masuk akal banget kan,tiba-tiba penyelidikan di hentikan tanpa alasan yang jelas?!"
"Di sogok uang gitu?"tebak Nino.
"Pasti iya.Nggak mungkin nggak"

"Lo bisa bantuin gue buat cari pelakunya?"tanya Nino.
"Apasih yang nggak bisa gue bantu"
"Makasih banget,Ken.Sory,gue udah banyak ngerepotin lo"
"Tenang aja"jawab Kenan."Oh ya?lo sama cewek yang dulu gimana?yang gue ikut cari tentang informasinya?"
"Arunika?"
"Iya,cewek yang dulu.Udah lo pacarin?"
"Doain aja.Biar cepet jadi milik gue"
ujar Nino berbisik.

§€m€§T∆

Rafa,Shera,dan Naura langsung datang ke rumah sakit,setelah mendapat kabar dari Arunika bahwa Magandra ada di rumah sakit.

Beruntungnya,keadaan Magandra yang tak begitu parah memperboleh kan dirinya untuk langsung pulang malam ini.
Sebelum pulang,Rafa memerintah kan Arunika untuk mengambil obat-
obatan milik Magandra di farmasi terlebih dahulu.

Setelah dari Farmasi,Arunika kembali berjalan menuju ruangan Magandra,dengan sudah menenteng kantong kresek yang berisi obat-obat
an milik Saudara kembarnya.

Saat Arunika ingin membuka pintu ruangan,sebuah ucapan mampu menghentikan langkahnya.

"Jawab jujur Magandra!Kamu masih membenci Arunika kan?rasa itu belum hilangkan dari diri kamu?"
"Iya Pa,Iya!Magandra memang masih sangat membenci Arunika.Tapi Magandra sudah berusaha untuk kembali pada adik Magandra!"
"Sudah,menyerahlah Magandra.Anak itu tidak pantas mendapat kasih sayang!"

Hanya kalimat itu yang mampu Arunika dengar,itupun samar-samar.
Perlahan,Arunika melangkah mundur sampai tubuhnya membentur dinding.Kantong kresek ditangannya,ia genggam erat-erat.

Ada rasa yang berdenyut nyeri dalam relung hatinya.Sakit.Sakit yang ia rasakan.Kedua bola matanya terlapisi oleh cairan bening yang memupuk,
membuat pandangannya memburam.

Mati-matian Arunika menahan sesak yang menyeruak dalam dadanya.
Hancur hatinya,saat mendengar sebuah kebohongan itu.

"Lo nggak boleh cengeng,Arunika"
ia menghapus kasar air matanya yang meluruh.
"Seharusnya lo harus lebih siap dengan situasi ini.Lo udah berani percaya lagi,berarti lo udah berani buat sakit lagi"monolog Arunika seolah membangkitkan dirinya sendiri.
"Berarti,Magandra hanya bohong.
Cuman kebohongan yang mengisi jiwa kebenciannya?"
Arunika tersenyum hambar."Bodoh,
banget lo Arunika.Nggak usah ngemis lagi!"
"Semesta,rumahku tidak kembali ternyata.Maaf sudah salah sangka"

Air mata itu memaksa keluar dari pelupuk mata Arunika.Entah mengapa kenyataan barusan mampu membuka kembali pada luka Arunika yang hampir membaik.

Gadis itu mengusap air matanya kasar,ia menarik nafas dalam-dalam.
Sebelum kembali berjalan untum masuk ke dalam ruangan Magandra.

Pemandangan pertama yang ia lihat di dalam ruangan itu adalah sebuah pelukan hangat Rafa yang di berikan pada seluruh anggota anggota keluarganya,terkecuali Arunika.

Magandra yang menyadari kedatangan Arunika,segera melepas pelukannya dari yang lain.Dan kembali duduk di atas brankar dengan tegap.Sebenarnya Rafa juga menyadari kehadiran Arunika,namun pria itu terlihat acuh dan semakin memeluk Shera dan Naura.

"Anak cantiknya Papa"ucap Rafa sembari mencium pipi Naura.
Arunika mengarahkan penglihatannya pada Rafa."Arunika?"
batinnya sakit.
"Lo udah makan?"tanya Magandra pada Arunika yang sudah berada di hadapannya.
Arunika mengangguk pelan seraya menyodorkan kantong kresek yang di bawanya.
"Makasih"ucap Magandra menerimanya.

"Kamu itu,ambil obat dimana sih?kok lama banget?"tanya Rafa dengan menatap Arunika.
"Tadi ngantri dulu,jadi agak lama"
jawab Arunika pelan.
"Pulang yuk,Pa"ajak Naura pada Ayahnya yang masih memeluknya.
"Iya,sayang.Kita pulang ya?"balas Rafa seraya menggendong Naura.
"Kamu beneran udah nggak apa-apa
kan,Ga?"tanya Shera pada Magandra.
"Udah mendingan,Bun"kata Magandra dengan mengacungkan jempolnya.

"Kamu bawa mobil sendiri ya?"ucap Rafa tertuju pada Arunika yang sedang membantu Magandra untuk turun dari brankar.
"Biar sama Magandra"selanya.
"Kamu satu mobil sama Papa.Keadaan kamu belum pulih"ujar Rafa penuh penekanan.
"Naura mau satu mobil sama Kak Ika"anak kecil berusia tujuh tahun itu ikut berucap.
"Kamu juga sama Papa ya?"balas Rafa dengan suara lembutnya.
"Mau sama Kak Ika"rengek Naura.
"Yaudah,iya-iya.Sama Arunika"pasrah Rafa yang memilih mengalah.
"Yeay,makasih Papa"

Keluarga Agareez keluar bersama dari ruangan itu.Setelah mengurus administrasi,mereka semua segera menuju parkiran.
Seperti apa yang dibicarakan di
ruangan tadi,Rafa berada satu mobil dengan Shera dan Magandra.
Sementara Arunika hanya dengan adik tirinya itu.
"Hati-hati,udah malam"ucap Magandra sebelum mobil yang di naikinnya melaju terlebih dahulu daripada mobil Arunika.

Arunika menyusul dari belakang dengan kecepatan mobil yang sedang.
Ia sedikit melirik Naura yang melihat pemandangan malam melalui kaca mobil.

"Nyaman banget ya?pelukan Papa Rafa?"ucap Arunika tiba-tiba.
Spontan Naura menoleh pada Kakak tirinya yang sedang menyetir.
"Maksud Kak Ika?"tanya Naura tak mengerti.
"Lo beruntung banget,Ra"lanjutnya tersenyum getir.
"Kakak ngomong apaan sih,Naura nggak ngerti"
"Lo beruntung banget.Bisa ada di keluarga Agareez tanpa di benci.Bisa deket sama Papa dan Magandra.Dapat pelukan Papa yang gue nggak pernah ngerasain sekalipun"jawab Arunika terus fokus menyetir.
"Kakak nggak suka kalau Naura kayak gitu?"
Arunika tersenyum tipis."Alasan gue buat nggak suka apa?gue nggak ada hak,Ra!"

Tidak ada perbincangan lagi setelah itu,keduanya sama-sama hanyut dalan pikiran masing-masing.Arunika fokus menyetir,sedangkan Naura terus melihatnya dari samping.

"Bang Maga sama Kak Ika sebenarnya kenapa?"tanya Naura memberanikan diri.
"Lo masih terlalu kecil buat ngerti semuanya"balas Arunika.
"Arunika juga ingin di peluk,di cium sama Papa"batin Arunika sesak.

§€m€§T∆

SEMESTA DAN PENGHUNINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang