Seperti apa yang di ucapkannya kemarin,Magandra memenuhi ucapannya sendiri.Ia mengantar Arunika untuk pergi ke sekolah.Meski pun saudarinya itu sudah menolak berkali-kali,tetapi Magandra tetap Magandra yang tidak bisa di tolak.
Sebenarnya bukan apa-apa Arunika menolak Magandra untuk mengantarnya.Ia hanya takut saudaranya nanti bisa terlambat lagi seperti dulu.Tapi kali ini,mereka berangkat lebih pagi.
Di dalam mobil,Arunika sibuk dengan buku pelajarannya.Ia baru ingat bahwa ada tugas yang harus di kunpulkan hari ini.Magandra yang heran,sesekali mengganggu adiknya.
"Senyawa Alkuna bercabang,tata nyawanya apa,Bang?"tanya Arunika tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
Magandra berdecak kesal.Apa saudarinya itu baik-baik saja?menanyakan pelajaran yang tidak ia pelajari."Stratuskumulus,wana yang bergumpal-gumpal lembut berwarna abu-abu"
Arunika yang mendengar jawaban yang tidak masuk akal itu langsung menoleh menatap Saudaranya."Kok Geografi?ini Kimia,Bang!"
"Lagian lo aneh,gue bukan anak Ipa malah ditanya kimia"balas Magandra seadanya.
"Ya siapa tau lo ngerti gitu"Tidak ada suara lagi setelah itu,
sampai suatu pikiran terlintas di otak Magandra."Lo sekelas sama Kutu Kupret?"
"Elnino Galeva Prahitya.Demen banget ganti-ganti nama orang"
"Masih bagusan nama gue,Magandra Ersalka Agareez"timpalnya bangga.
"Dih,malah adu nama.Kelihatan kalau iri"ujar Arunika menunjuk Magandra dengan jari telunjuknya.
"Magandra,iri?oh no Arunika"Arunika tertawa kecil."Kalau gue emang sekelas sama dia kenapa?"
Magandra menggeleng."Lo pacaran sama dia?"
"Enggak.Tapi doain aja"ucap Arunika sambil tersenyum jahil.
"Doain biar nggak pacaran sama dia?"timpal Magandra menggoda.
"Ya doain biar gue pacaran sama dia.
Lo nggak mau punya adik ipar kayak dia gitu?"
Magandra menggedikkan kedua bahunya."Jangan jauh-jauh sama dia,
nanti pulangnya susah"pesannya.
"Jemput lah.Gunanya lo apa?"
Magandra menjitak kepala saudari
nya,membuat sang empu mengadu kesakitan."Nino baik?"lanjut Magandra masih dengan topik yang sama.
"Penilaian lo gimana?"tanya balik Arunika.
"Baik sih.Tanggung jawab dia juga besar"balas Magandra.
"Yaudah berarti dia baik.Cocok juga buat tanggung jawab jaga gue"
"Dih,kayak gue ngerestuin aja"
"Restuin lah,masa enggak Bang?"
Lagi-lagi Magandra mengangkat kedua bahunya."Gue pengin ngebantai lo,Ka"
"Bantai aja,nggak takut"
"Iya...,takut lo kan cuman sama petir"
"Biarin"Obrolan mereka terhenti saat gerbang sekolah Sma Tanubara sudah di depan mata.Magandra mencari tempat yang pas untuk menghentikan mobilnya.
"Jangan turun dulu"tahan Magandra memegang lengan Arunika.
"Kenapa?"tanya Arunika heran.
Magandra tak menjawab,laki-laki itu malah mengeluarkan handphonenya.
Sepertinya ia sedang menghubungi seseorang.
"Gue udah di depan sekolah lo"
hanya sebait kalimat itu yang Magandra ucapkan pada seseorang di sambungan telephone di sebrang sana.
"Siapa,Bang?"tanya Arunika.Lagi-lagi Magandra tidak menjawab
nya.Laki-laki itu malah sibuk melepas seatbelt nya.Arunika semakin dibuat bingung dengan saudaranya.
"Tunggu disini sampai Nino datang"
ucapnya sebelum turun dari mobil dan meninggalkan Arunika yang keheranan.
"Kenapa tuh orang,waras?"gumam Arunika.Magandra memincingkan matanya,
melihat lelaki yang sedang berjalan menghampirinya.Itu Nino,yang memang dimintanya untuk datang ke sini.
"Ngerepotin nggak?"tanya Magandra saat Nino sudah di depannya.
"Nggak"balas Nino singkat.
Magandra beralih membukakan pintu mobil untuk Arunika."Turun"
Saudarinya itu pun menurut.Ia memasukkan beberapa bukunya yang masih berserakan ke dalam tas.
"Lihat,ada yang ketinggalan nggak?"
intruksi Magandra memperingatkan.
"Enggak,udah gue masukin tas semua"balas Arunika beralih untuk berdiri di samping abangnya."Punya uang nggak?"tanya Magandra.
"Punya.Kemarin baru di kasih sama papa lo"Arunika menekan kata lo di sana.
"Jangan pulang kalau belum gue jemput"pesan Magandra.
"Kalau lo lama?"
"Pulang sama gue"sela Nino berucap.
"Gue nggak ngizinin"balas Magandra menatap Nino tajam.
"Daripada nungguin lo lama,kasihan Arunikanya.Mending gue yang anterin"timpal Nino santai.
"Lo jangan nyari kesempatan dalam kesempitan"ujar Magandra.
"Luas kayak gini kok sempit"sambung Arunika.
"Yaudah lihat nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN PENGHUNINYA
Подростковая литератураSeorang gadis cantik yang harus menghadapi dunia dengan berbagai lara dan luka, tanpa adanya ruang untuk sekedar bersandar.