Pukul lima sore.Arunika baru saja sampai dirumah setelah tadi terjebak oleh hujan berjam-jam dengan lelaki,teman sekelasnya itu-Nino.
Langkah lesunya memasuki rumah berlantai dua itu.Rumah dengan nuansa modern itu terlihat begitu elegant,sebuah taman kecil menghiasi halaman depannya dan gerbang hitam tinggi mengitari rumah tersebut.
"Inget rumah lo?dari mana aja?sekolah lo pindah ke Australia"tanya Magandra menghentikan langkah Arunika yang ingin menaiki tangga.
"Tadi hujan sama petir,jadi harus neduh dulu"jawab Arunika apa adanya.
"Hujan sama petir?mana ada?"
"Tadi sekarang nggak"Gadis itu kembali melangkah manaiki tangga untuk menuju kamarnya yang berada dilantai dua.
"Diakan takut petir?yang tenangin dia selain gue siapa?"batin Magandra bertanya.
§€m€§T∆
Nino meletakkan tas ranselnya diatas meja belajar,lalu membaringkan tubuhnya yang lelah itu diatas kasur.Pandangannya menatap langit-langit kamar sembari tersenyum.
Lelaki itu menghirup aroma baju seragamnya,tercium bau wangi parfum asing.Tapi,ia menyukainya.
"Cantik,tapi kayaknya cuek"gumamnya.
Nino beralih melihat figura dengan ukuran cukup besar yang tertempel di dinding.Terdapat foto dua orang yang sepertinya sepasang suami istri dan seorang anak kecil yang berada dalam gendongan ibunya,sepertinya itu fokus penglihatannya.
"Semoga ada perempuan yang kayak mama.Nino kangen banget sama mama"lirihnya.
Lelaki itu memejamkan matanya,rasa sesak menyeruak dalam dadanya.Ia merindukan ibunya,sangat rindu.
"Kenapa tuhan biarin aku sendirian?aku juga mau punya orang tua"
§€m€§T∆Malam ini Arunika sedang membuka-buka buku kelas sembilannya,mencoba mempelajari materi-materi itu kembali.
Fokusnya pecah saat mendengar pintu kamarnya dibuka dengan keras.Ia menoleh pada sang pelaku yang ternyata,Saudaranya."Lain kali ketuk pintu dulu"peringat Arunika melihat Magandra yang berjalan mendekatinya.
"Kerjain tugas Geografi gue!"ucap Magandra seraya meletakkan buku didepan Arunika dengan kasar.
Kedua alis Arunika menaut heran."Lo nggak apa-apa?gue anak IPA bukan IPS,jadi nggak bisa"
"Lo nggak mau bantuin gue?"tanya Magandra dengan sorot mata yang menajam.
"Bukan ngg-"Plak!
Ucapan Arunika terhenti saat mendapat tamparan tepat dipipi sebelah kirinya.
"Kerjain!"ucap Magandra sedikit membentak.
Arunika menatap saudaranya tak percaya."Apa-apaan lo bang?sekarang lo jadi main tangan sama gue?!""Magandra-Arunika,malam-malam kok ribut"
Keduanya sama-sama menoleh pada sumber suara,terdapat Shera yang sudah berada diambang pintu.
"Arunika Bund,nggak mau bantuin Magandra"adu Magandra.
"Kenapa Ga?"tanya Shera mulai mendekati mereka.
Arunika memutar bola matanya malas."Nggak usah ikut-ikut,ini urusan gue sama bang Aga"
"Yang sopan lo,Ka"sela Magandra.
"Udah Magandra,nggak apa-apa"ucap Shera.
"Bermuka dua"umpat Arunika pelan.
"Attitude lo pakai dikit sama Bunda.Masih untung Bunda mau rawat lo,manusia nggak tahu terima kasih"nada bicara Magandra mulai meninggi.
"Udah Magandra!"lerai Shera.
"Ayo Bun keluar"ajak Magandra menggandeng tangan Shera.Shera dan Magandra berjalan keluar dari kamar Arunika.
"Kerjain tugas gue,besok harus selesai!"ucap Magandra sebelum menutup pintu kamar Arunika dengan keras.Arunika sedikit terkejut dengan bantingan pintu kamarnya.Ia memilih untuk naik keatas tempat tidur dan berbaring menatap langit-langit kamarnya.
"Mama..."lirihnya dengan setetes cairan bening yang melewati pipinya.
"Mama lihatkan dari atas?Bunda Shera nggak sebaik itu,Bunda Shera selalu kasar Sama Ika.Bang Aga juga ikut kasar,Abang udah beda Ma"suaranya tercekat diakhir kalimat.
"Papa masih seperti dulu"nafasnya mulai tak beraturan,lirihan pelan keluar dari mulutnya."Semesta,penghunimu salah tempat"
§€m€§T∆
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN PENGHUNINYA
Roman pour AdolescentsSeorang gadis cantik yang harus menghadapi dunia dengan berbagai lara dan luka, tanpa adanya ruang untuk sekedar bersandar.