Setelah mendapat telephone dari polisi saat dibandara tadi,Nino langsung menuju rumah sakit yang diberitahukan.
Nino berkendara dengan kecepatan sedikit tinggi,meskipun ia panik namun ia tidak boleh melupakan bahwa sedang membawa nyawa Arunika.Disepanjang perjalanan,Nino kalang kabut.Pikirannya bercabang pada sang Mama.
Tidak lama kemudian,mereka sudah sampai dirumah sakit.Keduanya langsung berlari masuk kedalam rumah sakit,dan berhenti didepan resepshionise.
"Suster pasien korban tabrak lari,
dibawa kemana ya?mungkin setengah jam yang lalu dibawa kesini"tanya Nino cepat.
"Atas nama siapa,Mas?"tanya balik suster itu.
"Karina Maharani"jawab Nino dengan nafasnya yang sudah memburu.
"Ruang IGD lantai dua mas"Tanpa berucap apapun lagi,Nino segera berlari dengan terus menggandeng tangan Arunika.Mereka berlari menuju ruangan yang dimaksud.Saat sudah dilantai dua,keduanya segera menghampiri ruangan yang didepannya terdapat satu orang polisi.
"Permisi"ucap Nino sopan.
"Dengan putra Ibu Karina?"polisi itu langsung bisa menebak dengan kehadiran Nino.
Nino mengangguk cepat."Iya,saya"
"Sebelumnya perkenalkan saya IPDA
Reno dari polsek gasura"polisi itu menggulurkan tangan kanannya.
"Elnino"balas singkat Nino seraya menerima uluran tangan polisi itu.
Keduanya melepas tangan masing-
masing dan polisi itu berucap.
"Dari hasil keterangan saksi mata,
sebuah mobil sedan berwarna putih yang melaju dari arah Utara menabrak Ibu Karina hingga terpental beberapa meter dari tempat semula.Dugaan kami,pengendara itu sedang mabuk.Jadi tidak berkendara dengan benar"jelas polisi itu panjang lebar.Tak bisa membayangkan bagaimana kejadian itu.Perih rasanya saat Nino mendengar semua penjelasan dari polisi itu.Arunika yang setia berada disamping Nino,ia mengelus bahu Nino untuk menenangkannya.
"L-lalu,keadaan Mama saya gimana?"
tanya Nino terbata.
"Masih ditangani oleh dokter"balas
polisi itu,seadanya. "Ini,identitas korban yang ditemukan"lanjutnya seraya memberikan barang milik Karina.
Nino mengangguk seraya menerimanya."Tolong cari pelakunya sampai ketemu ya,pak?"
"Itu sudah menjadi tugas kami.Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu"
pamit polisi itu dan pergi dari hadapan mereka berdua."Bajingan!"geram Nino mengepalkan kedua tangannya kuat.
"Lo yang tenang ya?pasti Mama lo bakalan selamat"ucap Arunika masih terus mengelus pundak Nino.
"Gue takut,Ja"cicit Nino mulai kembali menangis.
"Hei,Raja nggak boleh nangis dong"
Arunika menyeka air mata Nino yang meluruh.Tiba-tiba pintu ruangan didepan mereka berdua terbuka.Dan menampilkan seorang dokter perempuan.Hal itu membuat Nino dan Arunika segera mendekat.
"Gimana dok,Mama saya?"tanya Nino cepat.
Dokter perempuan itu menggeleng pelan."Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong pasien.Namun Tuhan berkehendak lain.Pasien tidak bisa kami selamatkan karena pendarahan hebat pada kepalanya"Degh!
Seakan,ribuan batu menikam dada Nino.Oksigen disekitarnya langsung menipis.Tubuhnya melemas,seluruh persendiannya menegang mendengar penjelasan dari sang dokter.
Pandangannya juga mulai memburam akibat cairan bening yang menghalau.
Bukan hanya Nino saja yang terkejut,
Arunika pun tak kalah terkejutnya."Ka-katakan jika Anda sedang ber-berbohong!"ucap Nino dengan nada sedikit tinggi.
"Pasien gagal kami selamatkan.Ini sudah ketentuan Tuhan.Jadi Anda harus menerimanya"kata dokter itu lagi.Tanpa mengatakan apapun lagi,Nino mendorong tubuh dokter yang masih berdiri diambang pintu,dan ia lantas berlari masuk.Perasaannya semakin tak karuan saat melihat satu brankar ada tubuh yang seluruhnya sudah ditutup dengan kain putih.
Dengan tangan yang bergetar,Nino membuka kain itu sampai bagian perutnya.Dan,dunia Nino benar-benar hancur saat ia melihat seseorang yang selama ini ia rindukan sudah terbaring kaku dengan wajah yang begitu pucat dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN PENGHUNINYA
Roman pour AdolescentsSeorang gadis cantik yang harus menghadapi dunia dengan berbagai lara dan luka, tanpa adanya ruang untuk sekedar bersandar.