PART 53:PERINGKAT DUA

0 0 0
                                    

Nino menghentikan motornya didepan rumah keluarga Agareez.Ia turun dari atas motornya dan memencet bel yang ada disana.Tidak membutuhkan waktu lama untuk gerbang hitam itu terbuka dan menampilkan gadisnya.

"Morning Rejana"sapa Nino dengan senyum hangatnya.
Arunika memaksa tersenyum dengan mata sembabnya."Morning too,Va"
Nino mengernyitkan keningnya saat menyadari mata Arunika lebih sipit dari biasanya."Kamu habis nangis?"
"Iya semalam"balas Arunika.
"Kenapa?"tanya Nino tampak khawatir.

Arunika menggeleng pelan.Ia berpikir sejenak,apa ia harus menceritakannya pada Nino?namun nyalinya ciut untuk berbicara yang sesungguhnya.Jadi ia memilih mengelak.
"Nggak apa-apa,cuman ada problem dikit"
"Serius?"ucap Nino tak yakin.
Gadis dengan rambut terurai itu mengangguk."Iya"
Nino menghela nafas pasrah."Yaudah
Nanti kalau ada apa-apa,bilang ya?"
"Iya,Galeva"
Nino tersenyum."Berangkat sekarang?"
"Iya"jawab Arunika pun tersenyum.

Nino kembali menaiki motornya.
Disusul dengan Arunika yang bertumpu pundak sang kekasih untuk ikut naik ke jok motor.

Nino pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang.Sementara,
Arunika,gadis itu menyandarkan kepalanya pada punggung gagah milik Nino,sembari menikmati udara segar pagi ini.Kepalanya terasa berat,mungkin akibat menangis terlalu lama tadi malam.

Tak terasa Sma Tanubara sudah di depan mata.Nino memasuki kawasan gedung sekolah yang mulai ramai dan langsung mengarah kan motornya menuju parkiran sekolah.
Arunika turun terlebih dahulu dan diikuti Nino.

"Berantakan"ucap Nino seraya membenarkan anak rambut Arunika yang menutupi sebagian paras cantiknya.
Arunika tersenyum tipis mendapat perlakuan itu."Makasih"
Nino mengangguk."Yuk,masuk"ajak
nya seraya menggandeng tangan Arunika.

§€m€§T∆

Magandra begitu bersemangat mengikuti kegiatan di alam seperti ini.Sekarang kegiatannya memang di adakan di alam terbuka.Pelipisnya basah dengan peluh karena saking semangatnya.

Pukul dua siang para peserta yang mengikuti touring di perbolehkan untuk beristirahat.Begitu juga Magandra,ia segera menuju posko yang memang sudah di sediakan.

Laki-laki itu membuka tas ranselnya untuk mengambil sebungkus tisu yang sudah disiapkan oleh Arunika kemarin.

Pergerakannya terhenti saat melihat setangkai bunga Tulip merah di dalam tasnya.Dengan penasaran, Magandra mengambil bunga itu.
Ternyata ada gulungan kertas ditangakainya.Perlahan,ia mengambil gulungan kertas itu dan melihat isinya .

23 Agustus 2012.

Rahangnya mengeras saat membaca tulisan itu.Pikirannya mengingat keras tanggal itu.Tak lama kemudian,
Ia baru ingat bahwa tanggal itu adalah awal mula dimana Magandra mulai membenci dan menjauhi saudarinya sendiri.Ya,kejadian tragis yang menewaskan ibunya.

Dengan dada yang bergemuruh, Magandra melempar bunga beserta kertas itu kesembarang arah.Ada gejolak tak biasa dalam hatinya.

"Sial,apa maksudnya?"ucap Magandra emosi.


Disisi lain,lelaki dengan kacamata yang bertenger dihidungnya itu sedang menghubungi seseorang yang entah siapa?

"Dia juga ingat tanggal itu"

§€m€§T∆

Arunika menggenggam erat buku raport dan sebuah paper bag yang berisi dua tangakai bunga tulip putih yang sempat di berikan oleh kekasihnya tadi.

Langkah polosnya menapaki tangga menuju lantai dua.Ia membuka pintu kamar nya dan berjalan masuk.

Buku raport berwarna hijau itu di dekapnya erat-erat.Ada perasaan tak tenang dalam hatinya.

"Bisa mati gue"lirihnya.

Tak lama kemudian,pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sesosok yang membuat Arunika semakin merasa gelisah.

Rafa duduk di tepi kasur milik Arunika dan mulai melepas jas cokelatnya.Tangan kanannya terulur ke depan Arunika yang berdiri dihadapannya.

Arunika mengerti,ia memberikan buku raport yang ada dalam genggamannya dengan perasaan yang bercampur aduk.

Lembar demi lembar Rafa buka sampai pada lembaran yang terakhir.
Dengan jeli pria itu membaca tulisan pernyataan yang ada pada lembaran itu.

Arunika memejamkan matanya saat melihat perubahan wajah Rafa.Degup jantung nya berpacu lebih cepat.

Brakh!

Rafa melempar buku raport itu seraya berdiri mendekati Arunika yang kini berada sekitar dua meter darinya.Tangan kanannya terangkat ke udara.

Plak!

Tamparan keras mendarat mulus pada pipi kanan Arunika sampai wajahnya tertoleh ke samping.
Arunika meraba pipi nya yang terasa panas.

"Peringkat dua?"ucap Rafa seraya mencengkeram kuat rahang Arunika.

Sorot mata pria itu menajam, menatap putrinya yang terlihat kesakitan atas perlakuannya.

Sementara Arunika,gadis itu menahan rasa sakit yang menjadi pada rahangnya.Tangan kanannya meremas baju yang dikenakannya untuk melampiaskan rasa sakit yang dirasakannya.

"Peringkat dua?"ulang Rafa semakin memperkuat cengkeraman pada rahang Arunika."Kok bisa?"

Dengan kasar Rafa melepas tangannya dan sedikit mendorong tubuh putrinya sampai membentur dinding cukup keras.

"akhh"ringis Arunika merasakan kepalanya menghantam dinding.

Rafa melangkah maju dengan tatapan semakin mengerikan.Amarah berkobar dalam dirinya."Peringkat dua?"

Plak!

Pertanyaan itu di ulang kembali dengan iringan tamparan kedua kalinya pada pipi kiri Arunika.

"Maaf pa"ucap Arunika pelan.
"MAAF?MAAF KAMU TIDAK SEBANDING DENGAN MAHALNYA BIAYA YANG SUDAH SAYA KELUAR KAN UNTUK MENYEKOLAHKAN KAMU!!"sentak Rafa tepat didepan wajah Arunika.

Arunika memejamkan matanya seraya menunduk.Rasa takut akan amarah Ayahnya menyerang jiwa Arunika yang lemah.Tubuhnya bergetar karena rasa takut itu.

Bugh!

Satu Bogeman mentah menyentuh bebas rahang kiri Arunika,mengakibatkan ujung bibirnya sobek dan sedikit mengeluarkan darah.

Rafa mengunci tubuh Arunika dengan membentur kan gadis itu pada dinding.Tangan kanannya tergerak untuk mencengkeram bahu Arunika.

"Saya bilang apa?saya maunya peringkat satu,bukan dua!Sekarang apa?hasil yang tidak memuaskan!"
maki Rafa.

"Tuhan,tolong"batin Arunika ketakutan.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Tiga pukulan mengenai perut Arunika, sehingga membuat gadis itu sedikit mual.Tidak sampai di situ Rafa terus mencengkeram kedua bahu Arunika.

"Katanya mau membuat saya bangga?mana buktinya?ini namanya mengecewakan!"bisik Rafa dengan menekan setiap katanya.
"ANAK SIALAN!"bentak Rafa,setelah itu membalikkan tubuhnya dan melangkah keluar dari kamar Arunika.
"Anak tidak berguna!"ucapnya sebelum benar-benar keluar dari kamar Arunika.

Tetes demi tetes mulai berjatuhan dari pelupuk mata gadis yang tengah merasakan beberapa luka basah yang baru saja diberikan oleh ayahnya sendiri.

Arunika menyusut darah dari ujung bibirnya.Begitu gilanya Rafa memperlakukan Arunika yang jelas-
jelas adalah anaknya sendiri.

"Pa,kok dikasih luka lagi sih?yang kemarin aja belum sembuh"lirihnya sesak.
"Mari nikmati luka manis ini sampai semesta mengakhirinya"tukasnya dengan segala rasa sakit yang tak terutarakan.

§€m€§T∆

SEMESTA DAN PENGHUNINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang