PART 31:DIANGGAP PEMBUNUH

2 0 0
                                    

Selepas dari rumah Nino,Arunika segera pulang.Karena hari sudah semakin sore.Sebenarnya tadi,Nino sudah menawarkan untuk mengantar gadis itu pulang.Namun Arunika menolaknya,karena ia tahu lelaki itu belum baik-baik saja.

Setelah memarkirkan motornya digarasi,Arunika langsung masuk kedalam rumah dengan langkah lesunya.
 
"Arunika"

Sang pemilik nama menoleh ke asal suara,dan mendapati Rafa yang sedang berjalan menghampirinya.

"Iya Pa?"sahut Arunika seraya mengulurkan tangan kananannya dihadapan Rafa,berniat untuk menyalami Ayahnya itu.
Namun,Rafa hanya diam membiarkan tangan putrinya mengapung diudara.Hal itu membuat Arunika kembali menarik tangannya.

"Elnino Galeva Prahitya,siapa?"
pertanyaan Rafa itu membuat Arunika terkejut.Bagaimana bisa Ayahnya itu mengetahui Nino?
  "Siapa!"lanjut Rafa saat Arunika tak kunjung menjawab.
  "Sahabat Arunika"balasnya pelan.
"Jauhi dia"ucap Rafa seperti tidak ingin dibantah.
  Arunika seketika mendongak,
melihat Rafa yang memasang wajah dinginnya."Kenapa?"
  "Saya tidak suka"
"Kan papa yang tidak suka.Apa papa punya hak untuk melarang Arunika seperti itu?tidak kan?"ucap Arunika menolak mentah-mentah.

"Kamu sudah berani sama saya?.
Kamu mulai durhaka kepada saya?"
ujar Rafa dengan tatapan intensnya.
"Berani bukan berarti durhaka.
Arunika berani seperti ini,agar tidak terus direndahkan oleh Papa Arunika sendiri!"timpal Arunika.
  "Dapat didikan dari mana kamu?"
Rafa mulai tersulut emosinya.
  "Papa"jawab Arunika tanpa ragu.

Plak!

Rafa menampar pipi kanan Arunika cukup keras,meninggalkan bekas merah pada pipi putrinya.

"Lancang kamu!"
Arunika hanya diam dengan memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Ayahnya.
  Rafa menghela nafas sebelum kembalu berucap."Umur kamu berapa sekarang?"
  Arunika kembali dibuat terdiam dengan pertanyaan Rafa.Sebenarnya,
Ayahnya ini kenapa?menanyakan hal yang tidak pernah Arunika dengar sebelumnya.

"Berapa!"bentak Rafa saat Arunika tidak menjawab pertanyaannya lagi.
"Enam belas tahun,bulan depan tujuh belas tahun"balas Arunika pelan.
  Rafa mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti."Setelah umur kamu delapan belas tahun.Saya sendiri yang akan memasukkan kamu kepenjara.Karena kasus pembunuhan istri saya,Vera!"
  Arunika terkejut mendengar penuturan Ayahnya itu.Ia kembali melihat Rafa yang menatapnya dengan sorot mata dingin.

"Kamu pembunuh!"ujar Rafa seraya mendorong dada Arunika menggunakan jari telunjuknya.
"Arunika bukan pembunuh!"sergah
Arunika tidak terima.
  "Tetapi,kamu yang menyebabkan istri saya meninggal.Kamu sudah membunuh orang yang melahirkan kamu sendiri!"
  "Kamu Pem-bu-nuh!!"tukas Rafa sebelum pergi meninggalkan Arunika yang masih ditempat semula dengan air mata yang sudah meluruh deras.

Kedua tangan gadis itu terkepal kuat menyalurkan perasaannya yang bercampur aduk.Gadis itu mati-mati
an menahan agar tidak membenci Ayahnya sendiri.Namun perlakuan Rafa sudah diluar batas kemampuannya.

"Bajingan!"umpat Arunika menghapus seluruh air matanya.

Ia menghela nafas berat sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju lantai dua.
  Arunika sedikit terkejut saat melihat pintu kamarnya yang sedikit terbuka.
Tanpa berlama-lama ia segera masuk kedalam kamarnya.

"Lo ngapain?"tanya Arunika saat mendapati Naura yang sedang duduk dikursi meja belajarnya.
  "Minta ini satu ya,Kak?"ucap Naura sembari menunjuk beberapa bunga Tulip putih yang terletak indah diatas Vas bunga.
  "Nggak.Nggak ada minta-minta"
balas Arunika seraya mendekati Naura.
  "Siapa yang izinin lo masuk ke kamar gue!?"
  Naura hanya diam.Tidak menjawab pertanyaan kakak tirinya.
  "Jawab gue!"ucap Arunika sedikit membentak.
  "Tadi Naura main bola dibalkon.Bolanya nggak sengaja masuk kekamar kakak lewat jendela.
Naura masuk untuk ambil bolanya,
terus nggak sengaja lihat bunga dimeja belajar kakak"jelas Naura.

Arunika memutar bola matanya malas."Lagian lo,aneh.Main bola dibalkon,main bola dilapangan,Ra"
  "Iya,maaf Kak"
"Abang gue udah pulang sekolah belum?"tanya Arunika mengganti topik.
  "Belum"balas Naura pelan.
"Ambil deh satu bunganya"ucap Arunika akhirnya,merasa iba dengan adik tirinya itu.
  Naura langsung mendongakkan kepalanya dengan mata yang berbinar."Beneran Kak?"
"Iya,satu aja tapi"
Naura mengangguk."Makasih Kakak"

  "Kenapa gue bisa benci dia ya?
padahal dia cuman anak kecil yang nggak tau apa-apa soal masalah dewasa"batin Arunika melihat pergerakan Naura yang mengambil satu tangkai bunga Tulipnya.
"Kak Ika dapat dari mana kok banyak banget?"tanya Naura penasaran.
  "Nggak usah kepo,bocil"balas Arunika malas.
  Naura mendengkus."Aku keluar dulu,makasih kak"
  "Tutup pintu"peringat Arunika saat Naura berjalan keluar.

Arunika menjatuhkan tubuhnya diatas kasur.Pandangannya terpaku pada kain hitam yang terletak diatas laci dusamping tempat tidurnya.
  Tangannya meraih benda itu,kain hitam yang didalamnya terisi sesuatu.
Perlahan ia membuka bungkusan kain hitam itu.Terdapat batu berlumur darah yang sudah kering dan foto dirinya yang diikat menjadi satu dengan batu itu menggunakan karet.
  Benda itu didapatinya dibalkon kamarnya tadi malam.Hal itu yang membuat Arunika ketakutan sekaligus terkejut,hingga ia meminta tidur dengan Magandra semalam.

"Lo mampu buat gue nurunin gengsi didepan Magandra"gumamnya terhadap benda mati yang ada ditangannya.
"Siapa yang ngirim ini?apa dia mau nakut-nakutin gue?apa ada hal lain?"

                         §€m€§T∆


FOLLOW US:
instagram:
@astrajennaira_
@arunikaagareez_
@magandraagareez_
@elninoprahitya_
@chandradirgara_

Special akun real author:
@fah.taa_sy

 

SEMESTA DAN PENGHUNINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang