Nino memasuki area pemakaman dengan membawa bunga tabur dalam satu kantong kresek.
Ia berhenti pada makam yang ditumbuhi beberapa rumput liar.
Tangannya mulai menaburkan bunga diatas pusara itu."Hai Pa"sapa Nino mengusap lembut papan nisan dengan nama,Bima Prahitya.
"Maaf Nino baru kesini lagi"
"Gimana disana,Pa?udah bahagia?.
Doain Nino juga bisa bahagia disini Pa."gumamnya sembari mencabuti rumput yang ada diatas makam Ayahnya."Mama belum pulang,Pa.Nino masih sendiri"ia berbicara seolah-olah sang Ayah sedang berada disisinya.
"Tapi papa tenang aja.Nino kuat kok,
Nino juga masih bisa apa-apa sendiri"
Senyumnya memang terbit,tapi kedua matanya tak bisa berbohong.
Ia begitu merindukan seseorang yang sudah tiga tahun ini pergi."Nino punya temen selain,Kenan"
ucapnya lagi.Mengingat dulu ia tak pernah memiliki teman.Kenan saja baru ia temukan saat berada di kelas sembilan kemarin.
"Namanya Arunika.Dia cantik,Pa.
Nino suka"Nino menahan sesak dihatinya.
"Dia baik banget Pa.Mau dengerin Nino cerita.Dia yang bikin Nino berubah seperti ini"Sedikit melegakan bercerita seperti ini.Meskipun orang yang mendengarnya telah tiada.Paling tidak Nino bisa mengungkapkannya.
"Papa tenang ya disana.Nino bakal selalu doain Papa"
"Nino pulang dulu.Nino harus kerja,
biar bisa ketemu mama"Ia menegakkan tubuhnya dan beranjak pergi.Lelaki itu melirik jam tangan yang ada dipergelangan tangan kirinya.
"Semoga anak-anak masih ada.Gue agak telat"gumamnya.§€m€§T∆
Chandra masuk kedalam kamarnya.
Ia cukup lelah setelah latihan basket tadi disekolah.Ia duduk ditepian kasur yang empuk itu.Tatapannya tertuju pada sebuah figura kecil yang ada diatas laci samping tempat tidurnya.
Tangannya meraih figura itu dan mengusalnya lembut.Ada dua anak kecil laki-laki dan perempuan yang ada didalam figura itu.
"Shan,gue kangen"gumamnya mengingat adik kembarnya itu.
"Lo apa kabar disana?baikkan?gue kangen banget sama lo"
Suaranya hampir hilang.Tamgannya pun ikut bergetar saat insiden beberapa tahun lalu muncul kembali dipikirannya.
"Sering-sering jenguk gue lewat mimpi.Gue mau lihat lo besar"Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka tanpa izin oleh seseorang.Ternyata Fransel yang sedang membawa sebuah kertas ditangannya.
"Kenapa Om?"tanya Chandra sembari meletakkan figura itu pada tempat semula.
"Kangen Shandra ya?"tebak Fransel saat tadi melihat Chandra meletakkan figura keatas lacinya.
Chandra mengangguk pelan."Iya.Saya
kangen banget sama Shandra"
Fransel berjalan mendekat."Udahlah.
Jangan terus beratin jalan dia.Dia pasti udah bahagia sama Papa dan Mama kamu.Jadi kamu juga harus bahagia disini"Chandra mengangguk."Saya usahakan,Om"
"Cara kamu bahagia disini adalah membalas dendam itu sampai tuntas"
"Iya Om.Saya pasti akan menuntaskan"
"Karena kesalahan tidak dibalaskan itu sakit"ucap Fransel.
"Saya mengalaminya"Fransel menyodorkan lembaran kertas yang ada ditangannya pada Chandra."Itu sekilas informasi lagi yang Om dapat dari anak buah Om.
Ada seseorang yang akan menghalangi kamu"
"Apa Saya harus menyingkirkannya?"
Fransel menggeleng."Tidak.Hanya berikan peringatan.Ingat tujuan kamu balas dendam"
"Baik Om"
"Segera makan.Tubuh kamu harus baik untuk menjalani ini semua"§€m€§T∆
Sama dengan Nino.Kembar Agareez pun pergi kemakam sang Mama.
Sebenarnya Arunika tidak terlalu suka saat pergi kemakam bersama Magandra.
Karena awal mula kebencian Magandra adalah dari sini,kematian sang Mama.Tadi saat Magandra mengajaknya pun ia sedikit heran.Terakhir kali mereka datang kemakam bersama ketika berumur sepuluh tahun.Sekarang keduanya menginjak enam belas tahun.Sudah terhitung lama sekali.
Mereka menaburkan bunga yang sempat dibelinya diatas pusara Vera.
Pusara yang terlihat terawat itu pun diguyur dengan satu botol air oleh keduanya."Mau doa dulu?"tanya Magandra.
"Iyadeh boleh"balas Arunika.
Mereka mengangkat tangan masing-
masing.Seperti biasa Magandra akan membuat tanda salib terlebih dahulu dan mengepalkan kedua tangannya.
Arunika mengadahkan tangannya dan mengucap segala doa kepada sang maha pencipta.
"Ma,tolong bantu pulangin Abang.
Semoga Tuhan cepat mengembalikannya"batin Arunika.Setelah selesai berdoa,mereka saling beradu tatapan sampai beberapa detik.Lalu,keduanya melempar senyuman yang manis.
"Hai Ma.Abang datang lagi"ucap Magandra mengelus papan nisannya.
"Ika juga datang"sambung Arunika.
"Abang kangen Mama"
"Ika juga kangen.Banget malahan"
"Kita udah masuk Sma.Sayang ya?Mama nggak bisa lihat nakalnya Ika disekolah"Magandra terkekeh.
Arunika langsung menampol kepala Magandra saat mendengar namanya ikut disebutkan."Enggak Ma.Ika nggak nakal.Lebih nakal Bang Aga""Kata siapa?gue mah nggak nakal"
Arunika memutar bola matanya malas."Piala Ika banyak,Ma.Dipajang dikamar.Daripada punya Bang Aga,cuman beberapa tapi sama Papa udah dipajang diruang tamu."
"Apaan sih ngelantur"timpal Magandra mencubit pipi Arunika.
"Iyakan?"tanya Arunika."Tungguin Magandra ya,Ma?mungkin sebentar lagi akan nyusul Mama"
"Gue nggak boleh ngelantur.Lo malah lebih ngelantur"
Magandra merangkul pundak Arunika."Maaf ya,kalau gue pulang duluan"
"Pulang aja.Asal pulangnya kerumah"
"Iya kerumah Tuhan"Arunika menurunkan tangan kekar Magandra yang masih bertenger dipundaknya."Bilangin Abang Ma.
Selalu mau ninggalin Ika.Nanti Ika sama siapa disini?"
"Papa?Bunda?"
"Ogah.Mending gue ikut lo"
Magandra terkekeh pelan."Mama sering datang kemimpi Abang ya.
Udah kangen banget soalnya"
"Harus adil.Datang dimimpi Ika juga"Laki-laki itu menyingkirkan anak rambut Arunika yang menutupi matanya.
"Wajah lo mirip Mama"
"Jelas.Orang gue anaknya"balas Arunika sewot.
Magandra kembali menoleh pada pusara Vera."Abang bakal terus jaga Ika.Mama tenang aja"
"Bohong.Lo bohong"batin Arunika."Ayo pulang.Dada gue sakit"ucap Magandra menegakkan tubuhnya kembali.
Sontak Arunika langsung mengikuti pergerakan Magandra dengan raut wajah khawatir."Sakit lagi?"
"Sedikit"balasnya mulai meremas dada bagian kanannya.
"Yaudah ayo pulang"ajak Arunika langsung menggandeng tangan Magandra.
"Lo khawatir?"tanya Magandra.
"Udah ayo pulang"Arunika menggelak."Jangan gengsi.Gue tahu lo nggak mau kehilangan Abang lo ini ya?"
"Jelas.Gue nggak mau.Karna kalau lo pergi gue akan sendiri"tukas Arunika.
"Kalau gue beneran pergi gimana?"
"Gue akan ikut.Kemanapun lo pergi"
Magandra tersenyum lalu membawa Arunika kedalam dekapannya."Gue masih disini.Jangan terlalu takut"
Arunika mendorong tubuh Magandra pelan,sehingga pelukan mereka terlepas."Udah ayo pulang"Magandra mengikuti langkah Arunika dengan tangan mereka yang masih bertaut."Usahakan.Rasa ini pergi sebelum gue tinggal,adik kecil itu sendirian disini"ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN PENGHUNINYA
Подростковая литератураSeorang gadis cantik yang harus menghadapi dunia dengan berbagai lara dan luka, tanpa adanya ruang untuk sekedar bersandar.