FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READINGMeyna berdiri tepat di depan rumahnya. Seluruh keluarga sudah pergi dengan membawa kesibukan masing-masing. Bahkan, untuk berangkat sekolah saja, Meyna harus meminta Reyhan untuk menjemputnya. Tetapi itu lebih baik, karena ketika mereka di rumah, Meyna hanya mendapat makian dan siksaan saja.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu, Reyhan sudah datang dengan motornya yang terlihat keren itu. Wajar saja, Reyhan anak orang mampu. Jadi, tak heran jika motor milik Reyhan terlihat keren.
Reyhan turun dari motornya dengan helm yang masih terpasang di kepalanya. Ia mendekat ke arah Meyna dengan sorot wajah khawatir. Ia usap kening Meyna yang tertutup oleh perban itu. "Lo kenapa sih, Mey? Ini luka karena apa?" tanya Reyhan.
Meyna tersenyum tipis ketika mendengar pertanyaan Reyhan. "Biasa aja, gue kemarin kejedot tembok, makanya luka deh."
Reyhan menautkan alis seolah tak percaya dengan alasan yang Meyna berikan. "Nggak, lo bohong."
"Beneran, Rey. Udah deh, ayo berangkat. Daripada nanti telat." Meyna langsung saja meraih helm yang tersedia di jok belakang motor Reyhan.
Reyhan berjalan mendekat, ia lantas meraih helm itu membuat Meyna menautkan alisnya. "Ada apa?" tanyanya.
Helaan napas terdengar dari mulut Reyhan. "Gue pakein."
Tak membutuhkan jawaban dari mulut Meyna, Reyhan justru langsung memakaikan helm itu pada kepala Meyna. Meyna yang merasakan itu pun hanya menatap datar Reyhan. Reyhan memang kerap sekali memanjakan Meyna seperti ini, tetapi Meyna justru tidak suka dengan sikap Reyhan yang begitu baik seperti ini.
Meyna sedikit takut jika orang-orang terlalu baik kepadanya. Bukan karena apa-apa, ia hanya takut tidak dapat membalas perbuatan baik mereka. Meyna hannyalah sosok gadis yang tak bisa melakukan banyak hal karena tuntutan orang tua. Jadi, Meyna selalu menakuti itu.
Melihat Meyna yang melamun, membuat Reyhan menoyor pelan dahi Meyna. Meyna langsung saja mengerjap dan sadar ketika merasakan itu.
"Mikirin apa sih, Mey?" tanya Reyhan.
Meyna menggelengkan kepalanya pelan. "Engga, kok. Ayo berangkat," ucap Meyna.
"Oke." Reyhan langsung saja menaiki motornya dengan diikuti Meyna juga.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Reyhan langsung saja melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Karena mau bagaimanapun, kenyamanan Meyna itu yang nomor satu.
Saat di perjalanan, Reyhan melirik sekilas Meyna lewat pantulan kaca spion motornya. Meyna tampak murung dan tak semangat seperti biasanya ketika bersama dirinya.
Reyhan paham betul bahwa Meyna belum bisa menerima kepergian temannya. Namun, satu hal yang membuat Reyhan merasa aneh. Dari mana datangnya luka yang ada di kening Meyna? Karena ketika mendengar alasan yang diberikan Meyna, Reyhan sedikit tidak mempercayainya.
Mencoba berpikir positif, Reyhan memilih fokus mengendarai motornya itu.
Selama dua puluh menit di dalam perjalanan, akhirnya Reyhan dan Meyna sudah sampai di parkiran sekolah. Meyna turun dari motor milik Reyhan seraya melepas helm miliknya. Meyna lantas memberikan helm tersebut pada sang pemilik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Teen FictionPerihal gadis yang menjadi bahan untuk meluapkan emosi. Gadis yang menahan emosinya sendiri. Gadis yang selalu bingung harus berpulang ke mana. Ketenangan seolah tak pernah berpihak pada gadis itu. Masalah keluarga, teman, dan masalah yang lainnnya...