FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READINGSetelah dua hari lamanya tidak masuk ke sekolah lantaran sakit, kini Meyna mulai kembali masuk dengan kondisi yang sedikit membaik. Meyna menatap pintu kelasnya dengan tatapan datar. Namun, dadanya terasa sesak ketika membayangkan seluruh orang di kelasnya membencinya.
Meyna memasuki kelas dengan pandangan yang datar. Mencoba untuk tak peduli dengan tatapan mereka semua yang membencinya. Baru saja duduk, Meyna sudah di hadapkan dengan sosok yang ia benci. Siapa lagi jika bukan Jovan.
Meyna mengangkat wajahnya lantas menatap Jovan datar. "Ada apa?" tanyanya cuek.
"Nggak," jawab Jovan lantas duduk di bangkunya.
Meyna mengangkat kedua bahunya seolah tak peduli dengan sikap cuek Jovan tadi. Toh Meyna sudah terbiasa dengan perlakuan itu.
Meyna menoleh ke arah belakang di mana ada Darren yang sudah terduduk sembari memainkan ponsel. Meyna menatap Darren sejenak, ingin mengucapkan terima kasih, tetapi Meyna sedikit tak berani.
Meyna masih ingat betul tentang kejadian malam itu. Di mana ia dikejar oleh ayah dari Kila dan Darren lah yang menjadi penolongnya malam itu.
Darren yang sadar tengah diperhatikan pun, hanya diam saja menatap Meyna yang masih menundukkan kepala. Ia memutar bola matanya malas ketika melihat wajah Meyna. Rasa benci itu semakin besar ketika mengetahui fakta bahwa Meyna adalah teman satu kelasnya.
"Darren," panggil Meyna dengan lengkungan bibir yang membentuk senyuman manis.
Darren hanya terdiam menatap Meyna. Ia terlalu malas berbasa-basi dengan gadis yang ada di hadapannya ini.
"Makasih buat kejadian malam itu, ya. Gue nggak tau kalau nggak ada lo gimana." Meyna menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal sama sekali.
Tentu perlakuan Meyna pada Darren itu mendapat tatapan tajam dari cowok yang tengah mengunyah permen karet. Siapa lagi jika bukan Jovan, cowok yang selalu menyuruh Meyna.
"Gue nggak berniat bantuin lo. Gue cuma males aja liat pria tua itu." Darren tersenyum smirk.
Ah iya. Meyna ingat betul bahwa ayah dari Kila itu seolah mengenal Darren. Tentunya itu juga yang membuat Meyna merasa penasaran. Sebenarnya ada hubungan apa antara Darren dan juga ayahnya Kila? Tetapi, jika ia bertanya demikian, sudah pasti tidak sopan. Jadi, ia lebih baik diam. Dan berterima kasih saja itu pun sudah cukup.
"Intinya gue makasih sama lo Darren." Meyna kembali menghadap ke depan tanpa mau mengucapkan apa pun lagi.
Harusnya gue bunuh lo aja nggak sih, Mey? Gue muak liat wajah lo. Gue muak lihat lo enak-enak sekolah tanpa mikirin masalah. Bahkan, lo sama sekali nggak mikirin tentang Kila. Andai lo tau, gue benci lihat lo, Mey...
Forgive Me
Menatap jalanan sembari menunggu bus datang itu sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi Meyna. Sebenarnya tadi Meyna diperintah oleh Reyhan untuk ikut dengannya, tetapi Meyna menolak. Terlalu banyak sudah pengorbanan yang Reyhan lakukan untuknya. Dan ia terlalu takut jika ia tak bisa membalas perlakuan baik Reyhan itu.
Sesekali Meyna bersenandung kecil agar tidak merasa bosan menunggu bus. Meyna juga pulang sedikit terlambat karena ia diperintah oleh guru untuk membantu membersihkan perpustakaan. Ketika tengah fokus bersenandung kecil, Meyna melihat adanya seseorang yang begitu familiar baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Teen FictionPerihal gadis yang menjadi bahan untuk meluapkan emosi. Gadis yang menahan emosinya sendiri. Gadis yang selalu bingung harus berpulang ke mana. Ketenangan seolah tak pernah berpihak pada gadis itu. Masalah keluarga, teman, dan masalah yang lainnnya...