Forgive Me; 02

96 13 1
                                    

FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READING



Syakila melangkahkan kakinya menuju lantai paling atas dengan mata yang sudah terlihat sembab. Saking lelahnya Syakila dengan hidup, ia sampai tidak ada cela untuk tidak menangis. Sesampainya di tempat itu, Syakila menahan tangis agar tidak mengalir begitu saja.

Menghela napas dengan kasar, Syakila berdiri tepat di pembatas dengan kaki yang terlihat bergetar. Syakila melirik sekilas pandangan lapangan sekolahnya yang luas. Syakila berada di lantai ke tujuh sekolah.

Pemikiran-pemikiran buruk yang mendominasi benak Kila. Rasa sakit akibat tidak disayang oleh orang tua membuat Kila merasa lelah dengan hidupnya. Ucapan demi ucapan yang semalam ayahnya ucapkan, mulai terngiang-ngiang di pikiran Kila.

"Kamu itu! Bisanya cuma buat aib di hidup ayah! Ayah benci sama kamu, Kila! Kamu itu lahir sudah dari aib! Dan sekarang justru kamu ikut-ikutan ibu kamu punya anak dari hasil hubungan gelap!"

"Lebih baik kamu mati saja! Tidak usah hidup bersama ayah! Ayah sudah lelah urus kamu yang tidak berguna itu!"

Merasakan itu, Kila menutup telinga serta berteriak dengan keras. Kila berjongkok tepat di pembatas. Ia membuka mata dan menatap ketiga orang yang tengah berjalan dengan santainya tanpa memikirkan masalah yang Kila hadapi sendirian.

Kila mengepalkan tangannya, ia juga melihat sahabatnya tengah berjalan dengan senyuman yang terpancar di bibir gadis itu. Ya, gadis itu adalah Meyna.

Perlahan, senyuman Kila terbit. Sembari menitikkan air mata, Kila menatap Meyna dengan sayu di bawah sana. Meskipun ia tengah berada di lantai paling atas, Kila dapat melihat bahwa sahabatnya tengah merasa bahagia.

"Meyna ... semoga lo bahagia setelah gue nggak ada."

"Gue capek, gue nggak diinginkan di dunia ini. Lebih baik gue bawa anak ini mati bareng gue, daripada nantinya lahir, tapi nggak punya ayah. Maafin gue, Mey ... gue nggak bisa bahagia bareng lo."

"Dan gue memilih mati di sekolah, supaya semua orang tahu, bahwa yang buat gue hamil, ada di sekolah ini. Biarlah semua orang cari siapa orangnya ...."

Kila kembali berdiri. Napasnya mulai menggebu, air mata mulai mengalir dengan deras. Di bawah sana, sudah banyak yang menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Kila yang berdiri di atas sana. Orang-orang sudah mulai berkerumun dan berteriak kencang, namun sama sekali tidak Kila dengar.

Meyna yang baru menjelajah kerumunan pun langsung melihat ke arah atas. Betapa kagetnya Meyna ketika melihat Kila yang sudah bersiap untuk melompat dari lantai paling atas. Meyna menoleh ke arah Reyhan dengan sorot wajah khawatir.

"Kita ke atas, Rey! Itu Kila mau lompat!" ajak Meyna dengan suara yang cukup keras.

Reyhan menganggukkan kepalanya. Ia menoleh sedikit ke arah atas, di mana Kila tengah menatap ke arahnya dan juga Meyna. Kila tampak menatap sayu keduanya. Namun, terdapat senyuman tipis.

Reyhan langsung menarik tangan Meyna untuk membawa Meyna menuju lantai ketujuh. Namun, belum saja melangkah, Kila sudah terlanjur menjatuhkan diri dengan air mata yang mengalir deras.

Meyna yang melihat itu tentu membulatkan mata. Ketika melihat temannya sudah terjatuh tepat di dekat kerumunan, Meyna langsung berlari. Air matanya sudah mengalir tanpa permisi terlebih dahulu.

"KILAAA!" teriaknya lantas membawa tubuh Kila yang sudah berlumuran darah ke atas pangkuannya.

Meyna menatap wajah Kila tak menyangka. Napas Kila sudah mulai tersengal-sengal, bahkan matanya sudah tidak memancarkan semangat hidup lagi. Meyna menangis tersedu-sedu di depan banyak orang.

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang