FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READINGMembuka isi tudung saji yang ada di meja makan dan tak berisi apa pun membuat Meyna menghela napas. Meyna melangkahkan kakinya menuju dapur, barangkali di sana terdapat sedikit makanan. Meyna merasa lapar sekali saat ini.
Lagi dan lagi, Meyna mendapati dapurnya kosong tak ada bahan makanan sedikit pun. Ingin mengambil makanan yang ada di kulkas membuat Meyna takut. Takut jika akan dimarahi oleh mamanya nanti.
Meyna menolehkan pandangan ke arah abangnya yang baru saja datang. Meyna mencoba bersikap biasa saja meski kini dirinya tengah merasa sangat lapar.
Dengan naasnya, Meyna juga tidak memegang uang sepeserpun. Jadi, ketika hendak membeli makanan pun, Meyna tidak bisa.
Kaivan mendekat ke arah adik pertamanya dengan tatapan yang datar. Meyna tak tahu apa yang abangnya lakukan setelah ini.
"Lo kenapa? Laper?" tanya Kaivan dengan nada yang begitu datar.
Meyna menggeleng cepat mencoba untuk berbohong. "Engga," jawabnya.
Kaivan memutar bola matanya malas lantas merogoh sesuatu di saku celananya. Lantas, ia memberikan uang berwarna biru kepada Meyna. Tentu itu membuat Meyna menautkan alisnya.
"Untuk apa, Bang?" tanya Meyna.
Menghela napas kasar, Kaivan meraih tangan Meyna lantas menaruh uang itu di telapak tangan Meyna. "Buat lo."
Setelahnya, Kaivan langsung saja pergi dari hadapannya. Meyna terdiam mematung ketika merasakan perlakuan dari abangnya yang tak biasa. Meyna melirik sekilas uang yang diberikan tadi. Meyna tersenyum tipis. Rasa senang sedikit terpancar di hatinya.
Baru kali ini Meyna melihat abangnya bersikap berbeda. Tetapi, Meyna juga tak bisa yakin seratus persen bahwa abangnya sudah berubah.
"Ya udah deh, uangnya gue pake buat beli makan. Sisanya disimpan aja buat besok lagi." Meyna langsung saja melangkahkan kakinya dari dapur.
Ketika membuka pintu utama rumahnya, Meyna mendapati adiknya baru pulang bersama sang mama. Meyna menundukkan kepala dan melenggang pergi begitu saja membuat sang mama hanya bersikap acuh tak peduli.
Meyna berjalan menyusuri jalanan yang masih terlihat ramai malam ini. Meyna menarik tudung hoodie yang sedang ia pakai sembari menikmati dinginnya malam yang mulai menusuk kulitnya. Meyna ... menyukai suasana malam.
Lima menit lamanya Meyna berjalan, Meyna melihat adanya penjual sate ayam gerobakan yang masih berjualan. Senyuman Meyna merekah ketika melihat itu. Lantas, Meyna mendekat ke arah penjual sate ayam itu.
"Mas, beli sate ayam pake lontong ya, dibungkus aja." Meyna menatap penjual sate ayam dengan tersenyum tipis.
"Pedes nggak, mbak?"
Meyna menganggukkan kepalanya. "Iya, Mas."
"Tunggu sebentar ya, mbak. Kalau mau duduk silakan aja."
Menganggukkan kepalanya kembali, Meyna langsung saja duduk di bangku yang ada di dekat sini. Sembari menunggu, Meyna memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Ficțiune adolescențiPerihal gadis yang menjadi bahan untuk meluapkan emosi. Gadis yang menahan emosinya sendiri. Gadis yang selalu bingung harus berpulang ke mana. Ketenangan seolah tak pernah berpihak pada gadis itu. Masalah keluarga, teman, dan masalah yang lainnnya...