FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READINGMeyna menatap aneh laki-laki yang ada di sampingnya itu. Terkejut dengan apa yang terjadi barusan serta alasan laki-laki itu menolongnya. Tentu itu semua membuat Meyna sedikit kebingungan.
"Kok lo nolongin, gue...?" tanya Meyna.
Jovan selaku seseorang yang menolong tadi pun hanya diam. Ia lantas menatap gadis yang ada di belakang Meyna dengan tatapan tajam. Ia beranjak lalu berjalan mendekat ke arah gadis itu.
Dengan gerakan yang cepat, Jovan memberikan tamparan cukup keras di pipi gadis itu. Tentu saja itu membuat Meyna membungkam mulutnya. Sejahat apa pun Jovan padanya, Jovan tak pernah sekali pun melakukan kekerasan fisik. Kejadian barusan membuat Meyna merasa aneh sekaligus terkejut dengan sikap Jovan hari ini.
Raisa yang ditampar pun meringis kesakitan sembari melempar tatapan tajam ke arah Meyna.
"Maksud lo apa sih, tampar gue?!" Tatapan Raisa beralih pada Jovan yang kini wajahnya terlihat memerah lantaran menahan emosi.
"Masih tanya kenapa gue tampar lo?! Lo sengaja mau bikin anak orang mati?! Punya apa lo sampai berani lakuin itu?!" sentak Jovan membuat atensi orang-orang menatap ke arahnya.
"Haha, lagian lo benci dia juga, kan?! Kenapa malah tolongin dia dan justru tampar gue kayak gini, hah?!"
Jovan mendecih. "Jadi sengaja mau buat anak orang mati?! Sejahat apa pun gue, gue nggak akan libatin nyawa orang. Kalau Meyna mati gimana, hah?! Lo mau tanggung jawab?!"
Raisa hanya diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Tak pernah menyangka jika Jovan selaku orang pertama yang membenci Meyna pun, justru membela gadis miskin itu. Sungguh, rasanya Raisa ingin sekali memukul wajah Jovan saat ini supaya Jovan sadar.
"Males gue denger alasan lo, Jovan." Raisa pergi dari hadapan Jovan dengan rasa kesal yang begitu mendominasi.
Jovan menoleh ke arah Meyna yang hanya diam di tempatnya. Perlahan, Jovan mendekat lalu menatap Meyna datar.
"Gue anter lo pulang," ucap Jovan lalu mengulurkan tangannya tepat di depan wajah Meyna.
Meyna mendongak menatap Jovan. Apa yang sebenarnya terjadi pada pikiran Jovan? Bukankah Jovan membencinya? Mengapa Jovan tidak memberikan dirinya mati daripada harus repot-repot menolongnya.
"Kenapa lo tolongin gue? Lo belum jawab pertanyaan gue tadi, Jovan." Meyna bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Jovan.
Jovan menghela napas panjang sebelum menjawabnya. "Gue nggak mau lo mati," jawabnya dengan nada yang cuek.
Meyna mengerutkan kening ketika mendengar itu. "Bukannya lo benci gue? Kenapa lo nggak biarin gue mati aja? Kenapa harus repot-repot nolongin gue yang lo benci itu?"
Jovan bergeming. Ia juga terlalu bingung dengan jalan pikirannya. Melihat Meyna yang hendak mati di jalan raya itu membuat dirinya semakin teringat dengan ibunya. Ibunya pernah mengalami hal ini yang membuat ibunya tidak bisa berjalan. Dan pelaku dari penabrakan itu adalah kakak dari Meyna.
"Lo baik, Jovan. Makasih," ucap Meyna sembari memunculkan senyuman tipisnya.
"Gue nggak sebaik itu." Jovan menatap Meyna dengan tatapan datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Fiksi RemajaPerihal gadis yang menjadi bahan untuk meluapkan emosi. Gadis yang menahan emosinya sendiri. Gadis yang selalu bingung harus berpulang ke mana. Ketenangan seolah tak pernah berpihak pada gadis itu. Masalah keluarga, teman, dan masalah yang lainnnya...